Ditolak UEFA dan CONMEBOL, Piala Dunia 2 Tahunan Didukung CONCACAF, AFC, CAF

"Apakah alasan penolakan itu terkait pemain? Sebenarnya tidak! Lalu, apa? Ini jawabannya."

Analisis | 30 November 2021, 15:00
Ditolak UEFA dan CONMEBOL, Piala Dunia 2 Tahunan Didukung CONCACAF, AFC, CAF

Libero.id - Apa yang anda pikirkan tentang rencana Piala Dunia yang akan digelar dua tahun sekali? Gagasan itu bukan baru  muncul sekarang. Gagasan itu terus digulirkan untuk menguji tanggapan publik. Sebab, selain UEFA dan CONMEBOL, tiga dari enam konfederasi anggota FIFA sudah menyatakan dukungan.

Wacana menggelar Piala Dunia setiap dua tahun yang digulirkan FIFA mendapatkan banyak tanggapan pro dan kontra. Bagi penentang, itu akan memberatkan pemain. Bagi pendukung, itu akan menjadi media pemerataan kesempatan. 

Orang-orang yang kontra kebanyakan berasal dari UEFA dan CONMEBOL. Pasalnya, konfederasi di Eropa dan Amerika Selatan itu memiliki agenda yang sangat padat setiap tahun. Mereka punya banyak ajang antarklub dan antarnegara.

Sebaliknya, konfederasi di luar Eropa dan Amerika Selatan, menyambut ide FIFA. Itu karena Piala Dunia setiap dua tahun akan membuat dominasi UEFA dan CONMEBOL di sepakbola terkikis. Negara-negara lainya di luar Eropa dan Amerika Selatan tidak hanya akan menjadi penonton, melainkan juga terlibat aktif. Tentu saja akan ada pemerataan pendapatan yang fair. 

Salah satu konfederasi yang secara resmi memberikan dukungan adalah Afrika. Akhir pekan lalu, CAF menggelar Sidang Umum Luar Biasa di Kairo, Mesir. Hasilnya, pertemuan itu bulat memutuskan CAF menjadi konfederasi pertama yang secara resmi mendukung proposal FIFA.

"CAF menyambut keputusan Kongres FIFA untuk melakukan studi kelayakan terhadap rencana penyelenggaraan Piala Dunia, baik putra ataupun putri, tiap dua tahun sekali. Jika berdasarkan studi FIFA menyatakan hal itu bisa dilakukan, maka kami akan mendukung perubahan tersebut," bunyi pernyataan resmi CAF, dikutip BBC Sport.

Rencananya, FIFA akan melakukan pertemuan lanjutan  dengan sejumlah pihak terkait, termasuk para perwakilan konfederasi regional, pada 20 Desember 2021. Pertemuan itu secara khusus akan membahas rencana perubahan jadwal penyelenggaran Piala Dunia.

Selain CAF, dukungan terhadap wacana itu juga sempat dilontarkan Konfederasi Sepakbola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF) dan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC). Meski belum diresmikan, tanda-tanda dukungan sudah muncul sejak lama. 

Sebaliknya, UEFA dan CONMEBOL terus bersikeras menolak rencana itu. Bahkan, CONMEBOL mengangaku tidak akan mengirimkan Brasil dan Argentina jika FIFA tetap memaksakan turnamen. Sementara UEFA akan melarang klub menyerahkan pemain.

Mengomentari penolakan tersebut, Presiden FIFA, Gianni Infantino, menjawab dengan santai. "Mereka takut jika sesuatu berubah. Posisi kepemimpinan mereka terancam," ujar pria asal Swiss itu, dilansir Sky Sports

Infantino percaya Piala Dunia yang lebih sering akan meningkatkan partisipasi dari negara-negara di luar kekuatan utama, terutama di Afrika, Asia, dan Amerika Utara. "Kami perlu memberikan peluang lebih banyak untuk pihak-pihak, seperti sepakbola Afrika, bersinar di pentas global," kata Infantino.

Seperti yang dikatakan Infantino, menggunakan pemain kelelahan sebagai alasan penolakan Piala Dunia 2 tahun sekali tidak berasalan. Pasalnya, selama ini justru kompetisi di Eropa dan Amerika Latin sendirilah yang telah membuat pemain kelelahan. 

Yang mendukung berargumen bahwa dengan Piala Dunia 2 tahun sekali, otomatis akan memaksa UEFA dan CONMEBOL mengurangi jadwal kompetisi. Di Eropa misalnya, saat ini ada tiga kompetisi antarklub, yaitu Liga Champions, Liga Europa, Liga Konfederasi Eropa. Itu belum termasuk Piala Super Eropa, UEFA Nations League, dan Euro.

Sementara di Amerika Selatan, CONMEBOL memiliki Copa Libertadores dan Copa Sudamericana untuk klub. Sementara di level negara ada Copa America setiap dua tahun sekali. Itu belum Kualifikasi Piala Dunia yang mempertemukan 10 tim dalam format liga.

Bayangkan, berapa uang yang didapatkan UEFA dan CONMEBOL dari ajang yang penontonnya mayoritas berasal dari Asia, Afrika, dan Amerika Utara? Apakah itu adil membiarkan ketiga konfederasi menjadi penonton abadi sepakbola?

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network