Kisah Penyebab Tragedi Emiliano Sala Mulai Terungkap, Pilotnya Tidak Memenuhi Syarat

"Ini terjadi pada transfer window musim dingin 2019. Kejadian yang menyesakkan hati."

Analisis | 21 October 2021, 01:08
Kisah Penyebab Tragedi Emiliano Sala Mulai Terungkap, Pilotnya Tidak Memenuhi Syarat

Libero.id - Sepakbola pernah dihebohkan karena kasus kecelakaan pesawat Emiliano Sala. Pemain FC Nantes itu meninggal dalam perjalanan menuju klub barunya di Liga Premier, Cardiff City, pada 2019. Hasil sidang pengadilan, pelan-pelan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.

Dalam sebuah sidang di Pengadilan Inggris pada Senin (18/10/2021), Jaksa penuntut, Martin Goudie, menyebut David Henderson bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Henderson adalah petugas yang mengatur jadwal keberangkatan pesawat sewaan yang ditumpangi Sala.

Saat itu, Henderson meminta seorang pilot yang tidak memenuhi syarat untuk menerbangkan pesawat yang ditumpangi Sala menyeberangi Selat Inggris. Dia adalah David Ibbotson.

Henderson, yang sebelumnya ditetapkan sebagai terdakwa dan kini dihadapkan ke meja hijau, mengakui satu tuduhan kelalaian. Seharusnya, Henderson sendiri yang akan menjadi pilot pesawat Sala, dari Cardiff ke Nantes, dan kembali lagi. Tapi, dia tidak bisa karena sedang berlibur di Paris bersama istrinya.

Dalam situasi seperti itu, Henderson meminta Ibbotson mengemudikan pesawatnya. Dia mengenal Ibbotson dengan sangat baik. Keduanya berteman dan bekerja di perusahaan yang sama. Masalahnya, Ibbotson tidak memiliki lisensi komersial untuk menerbangkan pesawat tipe Piper-Malibu.

"Ibbotson tidak kompeten untuk terbang dalam cuaca buruk dan Henderson tahu persis ramalan hari itu. Dia mengabaikan persyaratan tertentu (pilot terbang di cuaca buruk). Penerbangan terorgansasi itu tidak dioperasikan dengan tujuan pelayanan, melainkan bisnis," kata Goudie, dilansir BBC.

Sala memecahkan rekor transfer termahal Cardiff dengan 15 juta pounds (Rp291 miliar), yang disepakati bersama Nantes saat bursa transfer Januari 2019. Setelah melakukan perjalanan ke Cardiff untuk menyelesaikan kesepakatan, Sala kembali ke Prancis untuk berpamitan.

Sayang, dalam penerbangan kembali ke Wales pada 21 Januari 2019 untuk menjalani sesi latihan perdana di klub baru, pesawat yang membawa Sala jatuh. Kemungkinan besar di Selat Inggris dan akibat cuaca yang kurang bersahabat.

Pencarian awal Sala dan Ibbotson dihentikan beberapa hari setelah pesawat bermesin tunggal tersebut hilang. Pencarian menemukan tubuh Sala di reruntuhan pada Februari 2019. Tapi, jasad Ibbotson belum ditemukan. Selang dua bulan setelah jasad Sala ditemukan, ayahnya, Horacio Sala, meninggal karena serangan jantung.

Selanjutnya, penyelidikan kecelakaan udara di Inggris pada Maret 2020 menyimpulkan Ibbotson tidak memiliki lisensi menerbangkan pesawat. Dia juga tidak berpengalaman terbang di malam hari. Dia kehilangan kendali, dan terbang terlalu cepat saat mencoba menghindari cuaca buruk. 

Pada musim panas 2018, atau lebih dari enam bulan sebelum kecelakaan, Henderson diberitahu oleh pemilik pesawat bahwa Ibbotson tidak boleh mengemudikan Piper-Malibu lagi setelah melakukan dua pelanggaran wilayah udara saat menerbangkannya.

"Terdakwa (Henderson) sadar bahwa ada masalah dengan lisensi terbang Ibbotson dari awal. Bahkan, itu sebelum surat-surat dari Otoritas Penerbangan Sipil (CAA) datang ke perusahaan," kata Goudie di depan hakim dan juri.

Setelah surat-surat itu datang, Ibbotson menulis surat kepada Henderson yang berisi kesediaannya untuk menjalani hukuman. Ibbotson juga menyarankan kepada Henderson agar tidak menggunakan dirinya lagi.

Menanggapi surat Ibbotson, Henderson tidak merespons. "Saya hanya menanggapi email dari Fay Keely (perwakilan perusahaan) yang telah meneruskan dua surat dari CAA kepada saya," kata Goudie  menirukan ucapan Henderson di Berita Acara pemeriksaan (BAP). 

"Saya selalu mengatakan terbang yang kami lakukan menantang dan semua orang harus menguasai medannya. Ini adalah kurva pembelajaran yang curam bagi seseorang yang baru dalam operasional. Prasyaratnya adalah kemauan untuk mendengarkan dan belajar," tambah Goudie. 

"Kami berdua memiliki kesempatan menghasilkan uang dari model bisnis ini. Tapi, tidak jika kami mengecewakan klien atau menarik perhatian CAA. Sebagai pebisnis, kami berdua memiliki debitur dan kreditur. Anda mengerti bahwa untuk tetap legal kita tidak bisa mengambil uang di muka," beber Goudie.

Jaksa juga mengungkapkan, Henderson, yang mengelola operasional harian pesawat, telah menghubungi Ibbotson lagi tentang menerbangkan pesawat pada 5 Agustus 2018. "Sejak awal, Henderson sadar dia berurusan dengan seseorang yang memiliki lisensi pribadi, bukan lisensi komersial," ucap Goudie.

Komunikasi antara Henderson dan Ibbotson dari Agustus hingga Oktober 2018 juga diungkapkan di persidangan. Itu menunjukkan Henderson berbicara tentang terbang di malam hari dan terbang di luar kualifikasinya.

Pengadilan membuka fakta bahwa Henderson mencoba mengatur ulang waktu penerbangan kembali ke Cardiff. Tapi, ini untuk menghindari biaya di Bandara Cardiff dan bukan karena kurangnya kualifikasi Ibbotson untuk terbang di malam hari.

Jaksa mengatakan kepada pengadilan bahwa pilot memang memiliki kualifikasi dari Amerika Serikat, yang diterima pada 2014. Tapi, dia tidak diizinkan untuk menerbangkan pesawat komersial dengan tujuan profesional. Artinya, Ibbotson hanya boleh menerbangkan pesawat untuk hobi.

"Ibbotson tidak pernah memegang lisensi pilot komersial di Inggris dan izinnya untuk menerbangkan jenis pesawat (yang ditumpangi Sala)  berakhir pada 20 November 2018," kata Goudie.

Pada malam pesawat hilang, Goudie mengatakan, Henderson mengirim pesan kepada seorang mekanik pesawat di perusahaannya. "Jangan katakan sepatah kata pun jika pertanyaan (dari otoritas) diajukan tentang penerbangan (Sala)," tambah Goudie.

"Jelas, ada bukti bahwa Henderson mengenal Ibbotson dengan baik, Mereka sering mendiskusikan kualifikasinya dengan dia dan tahu dia kurang. Dia mengaku tidak tahu status persis lisensi dan peringkat Ibbotson. Tapi, itu adalah kebohongan besar," pungkas Goudie.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network