Juventus 2021, Akhir Sebuah Era

"Unik, semuanya diawali dengan Conte dan diakhiri oleh Conte."

Analisis | 01 May 2021, 06:20
Juventus 2021, Akhir Sebuah Era

Libero.id - Hanya sedikit orang yang ingat bahwa masa Andrea Agnelli di Juventus tidak dimulai dengan trofi dan pujian. Sebaliknya, tim Luigi Delneri mengakhiri musim 2010-11 di tempat ketujuh, gagal lolos ke kompetisi Eropa mana pun.

Titik balik terjadi pada musim panas 2011, ketika Antonio Conte ditunjuk sebagai pelatih kepala, waktu itu Andrea Pirlo tiba dengan status free transfer dari Milan dan ketika itu Si Nyonya Tua memainkan musim pertama mereka di kandang baru, Allianz Stadium.
 
Semenjak itu Juventus memenangi tiga gelar Serie A dengan Conte, dilanjutkan lima dengan Max Allegri dan satu lagi dengan Maurizio Sarri.

Mantan pelatih Napoli itu didatangkan dengan mentalitas menyerang yang baru. Allegri telah memenangkan 11 gelar selama lima musim dan mencapai dua final Liga Champions, tetapi Juventus memecatnya dengan sisa kontrak satu tahun, mungkin mereka melupakan moto : "Menang tidaklah penting. Itu satu-satunya hal yang penting."

Sarri memang memenangkan Scudetto, tetapi gagal berempati dengan para pemainnya. Idenya tentang sepak bola adalah kebalikan dari apa yang digunakan para veteran Juventus. Selain itu, dia tidak memiliki banyak penggemar di ruang ganti. Sebetulnya pemecatannya tidak ada hubungannya dengan hasil Juventus di lapangan.

Sekarang, Juventus tengah ditangani Pirlo, dan Bianconeri menemukan diri mereka terpaut 12 poin dari Inter di puncak klasmen. Mantan gelandang Juventus itu pernah merasakan era jaya Juventus bersama Conte. Sekarang, ironisnya, ia menghantarkan Juve sebaliknya.

Juventus tidak pernah memenangkan lebih dari tiga pertandingan Serie A berturut-turut musim ini. Sementara itu Inter selalu bagus dengan sembilan kemenangan beruntung. Di atas kertas, Scudetto ada di tangan Inter Milan. Dan begitulah, sudah sepantasnya.

Inter menjadi tim paling konsisten di Serie A musim ini dan itu tidak ada hubungannya dengan tersingkirnya mereka di Liga Champions di awal musim, seperti halnya yang diklaim banyak orang.

Anda tidak bisa meletakkan dominasi Inter di Serie A karena kurang mujurnya nasib mereka di level sepak bola Eropa.

Mereka hampir saja memenangkan gelar ke-19 mereka, dan tampaknya ini tergantung pada pelatih dengan ide-ide yang jelas. Setidaknya, sejak musim panas lalu, mereka punya visi yang jelas dan hal ini telah membawa mereka ke posisi seperti yang sekarang.

Inter Milan boleh saja tidak memainkan sepak bola terbaik di Serie A. Mereka juga tidak selalu sempurna, terutama di level Eropa, di mana mereka tidak pernah lolos ke babak 16 besar dalam dua musim di bawah asuhan Conte.

Namun, para pemain Inter bersatu. Mereka semua mengikuti rencana pelatih mereka. Mereka sepertinya selalu mengendalikan permainan. Lebih penting lagi, Conte telah memberi mereka mentalitas juara.

Juventus, di sisi lain, terlihat rapuh, bahkan ketika mereka memimpin klasemen. Juventus menggantikan Sarri dengan pemain hebat tetapi belum pernah menjadi pelatih. Pirlo membuat kesalahan, tetapi dia bukan satu-satunya yang bersalah atas situasi memalukan yang dihadapi Juventus sekarang.

Bianconeri selalu berada di empat besar sejak musim 2010-11. Tapi siapa sangka
risiko kehilangan tempat di Liga Champions adalah skenario yang tidak diprediksi oleh siapa pun musim ini.

Tentu ini buruk bagi Juventus, tidak hanya untuk implikasi olahraga yang akan ditimbulkannya tetapi juga implikasi ekonomi.

Dari semua penjelasan di atas, agaknya kita bisa menarik kesimpulan. Era kejayaan Juventus dulu, dan kini mungkin akan berpindah ke Inter Milan. Kira-kira dapat digambarkan begini : semuanya dimulai dengan Conte dan akan berakhir dengan dia.

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan Juventus


  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network