Apa Kabarnya? Ranomi Kromowidjojo, Perenang Belanda Keturunan Indonesia

"Punya 3 emas di Olimpiade 2008 dan 2012, bagaimana hasilnya di Tokyo tahun ini?"

Feature | 05 August 2021, 08:03
Apa Kabarnya? Ranomi Kromowidjojo, Perenang Belanda Keturunan Indonesia

Libero.id - Sejak bersinar di Olimpiade 2008 Beijing, Ranomi Kromowidjojo menjadi atlet renang yang sangat populer di Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu nama yang melekat. Itu karena Ranomi berasal dari Suriname keturunan Jawa Tengah. 

Lahir dan besar di Belanda, Ranomi mengenal olahraga akuatik ini sejak berusia 3 tahun. Dia mengembangkan bakatnya dengan berlatih di sebuah klub renang lokal di Groningen sebelum akhirnya pindah ke Eindhoven, dan mengikuti banyak kompetisi renang junior di Negeri Kincir Angin maupun Eropa. 

Ranomi mendapatkan tiga medali saat tampil pada Kejuaraan Renang Eropa Junior 2005 dan 2006 dari nomor 50 meter gaya bebas serta 50 meter gaya kupu-kupu. Pada tahun yang sama, dia juga sudah tergabung di tim nasional senior Belanda. Ranomi tampil di Kejuaraan Renang Eropa 2006 di Budapest. 

Selanjutnya, karier renang Ranomi melesat cepat. Dia lolos ke Kejuaraan Dunia Renang 2007 di Melbourne, Australia. Di sana, dia memenangkan medali perunggu dalam estafet gaya bebas 4×100 meter bersama Inge Dekker, Femke Heemskerk, dan Marleen Veldhuis. 

Setahun kemudian, Ranomi tampil di Olimpiade Beijing. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-18, dia menjadi juara Olimpiade dengan memenangkan medali emas dalam gaya bebas 4×100 meter bersama Inge Dekker, Femke Heemskerk, dan Marleen Veldhuis. Waktu mereka adalah 3 menit 33,76 detik.

Ranomi dan kawan-kawannya kembali mendapatkan emas di nomor estafet itu pada Kejuaraan Dunia Renang 2009 di Roma dan 2011 di Shanghai. Kemudian, di Olimpiade 2012, mereka hanya berhasil meraih perak.

Meski di sektor beregu gagal mempertahankan emas di Olimpiade sebelumnya, prestasi indovidual didapatkan Ranomi. Tampil di dua nomor sprint, 50 dan 100 meter gaya bebas, dia meraih emas. Dia mengalahkan perenang Belarus, Aliaksandra Herasimenia, dan menciptakan rekor Olimpiade di kedua nomor bergengsi tersebut. 

Sayang, setelah performa gemilang di Beijing dan London, penampilan Ranomi menurun pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Dia kembali tampil di tiga nomor andalamnya 50 dan 100 meter gaya bebasr, serta estafet gaya bebas 4×100 meter.

Pada nomor estafet, tim Belanda finis keempat. Itulah pertama kalinya mereka gagal mendapat medali sejak Olimpiade 1996. Lalu, pada 100 meter, Ranomi finish di urutan kelima. Dia terpaut 0,09 detik di belakang peringkat ketiga. Sementara pada 50 meter dia finish di urutan keenam dengan 0,12 detik di belakang peraih medali emas, Pernille Blume. 

Lalu, bagaimana dengan hasil Olimpiade 2020? Sama seperti lima tahun lalu di Brasil, Ranomi juga tampil di tiga nomor. Dia tetap mempertahankan nomor estafel dan 50 meter. Tapi, tidak ada lagi 100 meter. Gantinya, 4x1000 meter gaya ganti campuran.

Di nomor 4x100 meter gaya bebas, Belanda hanya menempati posisi keempat di belakang Australia, Kanada, dan Amerika Serikat (AS). Mereka hanya mencatatkan 3 menit 33,70 detik. Lalu, di nomor estafet campuran, Ranomi dkk finish di posisi keenam, di belakang Britania Raya, China, Australia, Italia, dan AS.

Hasil yang kurang lebih sama juga tercipta di 50 meter. Ranomi hanya finish keempat dengan catatan 24,30 detik. Dia dikalahkan Emma McKeon (Australia) dengan 23,81 detik yang sekaligus menjadi rekor baru Olimpiade. Lalu, Sarah Sjoestroem (Swedia) dengan 24,07 detik dan Pernille Blume (Denmark) dengan 24,21 detik.

Dengan prestasi yang terus menurun dan usia yang bertambah, kemungkinan besar Ranomi tidak akan bisa berpartisipasi di Olimpiade 2024 di Paris. Pasalnya, saat itu tiba, dia akan menginjak usia 33 tahun.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network