Shevchenko Ungkap Kisah di Balik Mimik Wajahnya di Final Liga Champions 2003

"Sheva turut membeberkan aksi aneh Pippo Inzaghi di pagi hari sebelum laga penentuan."

Feature | 12 May 2021, 14:00
Shevchenko Ungkap Kisah di Balik Mimik Wajahnya di Final Liga Champions 2003

Libero.id - Mantan striker AC Milan, Andriy Shevchenko, mengungkapkan apa yang dia pikirkan sebelum melakukan tendangan penalti di final Liga Champions 2003. Sheva juga membeberkan kegiatan apa yang dilakukan Filippo ‘Pippo’ Inzaghi pagi sebelum pertandingan.

Mantan striker itu kini menjadi pelatih tim nasional Ukraina dan berbicara kepada Corriere della Sera Magazine 7 tentang kariernya selama merumput di San Siro.

Sheva memenangkan dua Liga Champions di Milan, di mana pertama kali diraihnya pada 2003. Pada momen ini, I Rossoneri mengalahkan Juventus melalui adu penalti. Sheva berhasil menjadi mencetak gol penentu kemenangan.

“Saya selalu memiliki keraguan, tapi tidak pernah takut. Saya memikirkan segalanya ketika saya akan mengambil penalti. Masa kecil saya di Chernobyl, teman-teman saya yang meninggal, semuanya,” kenang Sheva, seperti dilansir Sportbible.com.

“Namun, saya selalu berkata kepada diri sendiri ‘Jangan berubah pikiran setelah Anda memutuskan arah tembakan penalti'. Saya selalu memikirkan itu sebelum melakukannya,” timpalnya.

“Saya ingat saya meletakkan lidah saya di bibir saya, dan saya menyadari mulut saya benar-benar kering. Saya menatap wasit karena suara bising fans menutupi semua hal lainnya dan saya belum mendengar peluit. Dia mengangguk kepadaku, dan saya mulai (menendang),” paparnya.

“Saat bola setengah jalan, saya melihat Buffon bergerak ke arah yang berlawanan. Saya mengerti sebelum orang lain. Jika itu dilakukan, gambar itu akan tetap selamanya," ujarnya.

Tak hanya itu, Sheva juga membocorkan aksi yang dilakukan Pippo di pagi hari sebelum final. Sheva membeberkan itu karena Pippo adalah mitranya di lini depan I Rossoneri.

“Pippo sangat terobsesi dengan sepak bola. Pagi sebelum final, saya bangun dan melihat ke luar kamar saya,” cetus Sheva.

“Kami menginap di hotel dekat lapangan golf. Saya melihat seseorang berlari sendirian, membuat beberapa gerakan, dan melihat sekeliling seperti melihat apakah wasit tak terlihat meniup peluit karena offside,” ungkap Sheva. “Dia menunjuk ke tujuan imajiner. Orang itu adalah Pippo.”

Namun, Sheva tidak hanya memiliki kenangan indah tentang final Liga Champions. Dia mengungkapkan pernah mengalami mimpi buruk selama tiga bulan setelah kekalahan Milan melawan Liverpool di final Liga Champions 2005.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network