Kisah Pertemuan Maradona dengan Wasit Ali Bin Nasir, 29 Tahun Usai Gol Tangan Tuhan

"Ini yang dikatakan Maradona tentang hubungannya dengan wasit tersebut."

Feature | 26 November 2020, 00:52
Kisah Pertemuan Maradona dengan Wasit Ali Bin Nasir, 29 Tahun Usai Gol Tangan Tuhan

Libero.id - Hampir 30 tahun setelah gol kontroversial "Tangan Tuhan" dari Diego Maradona membantu Argentina mengalahkan Inggris di perempat final Piala Dunia 1986, Legenda sepak bola itu bertemu kembali dengan wasit Ali Bennaceur (Ali Bin Nasir). Pertemuan keduanya terjadi pada Agustus 2015.

Selama kunjungan ke Tunisia untuk rekaman serangkaian iklan, Maradona yang berusia 54 mampir untuk mengunjungi Ali Bennaceur, wasit yang selama pertandingan gagal melihatnya menyundul bola dengan tangannya sehingga melewati kiper Inggris Peter Shilton di Stadion Azteca, Meksiko.

Pada pertemuan itu, wasit Ali Bennaceur berusia 71 tahun.

Baru pada sekitar 2005, Maradona yang pernah membela Barcelona dan Napoli itu mengaku meninju bola dengan tangannya

“Akhir pekan ini saya mengunjungi Tunisia dan saya menjalani reuni emosional dengan Ali Bennaceur,” tulis Maradona di Facebooknya.

“Saya memberinya jersey Argentina dan dia memberi saya gambar pertandingan yang tergantung di rumahnya. Dedikasi saya: 'Untuk Ali, teman abadi saya.' "

Ketegangan tinggi terjadi selama perempat final Piala Dunia 1986 itu, yang berlangsung hanya empat tahun setelah Inggris mengalahkan Argentina dalam Perang Falklands. Argentina, yang telah mengklaim kepulauan Atlantik Selatan sejak Inggris mengambilnya pada tahun 1833, juga tidak lama memulai jalan baru menuju demokrasi.

Enam menit memasuki babak kedua, Maradona menceploskan bola dengan tangan kirinya, melewati kepala Shilton.

Bennaceur tidak mengetahui insiden yang membuat Argentina unggul 1-0, yang diprotes dengan keras oleh Inggris. Saat itu tidak ada VAR.

Empat menit kemudian, Maradona melanjutkan untuk mencetak gol yang dianggap banyak orang sebagai gol terbaik dalam sejarah Piala Dunia setelah melakukan sprint 60 meter melewati lima pemain Inggris sebelum menendang bola ke gawang dan membuat Argentina unggul 2-0.

Gary Lineker membalaskan satu gol untuk Inggris di menit ke-81, tetapi itu tidak cukup untuk mencegah Argentina melaju ke semifinal dan memenangkan Piala Dunia kedua mereka di final melawan Jerman Barat.

Dalam wawancara belakangan hari, Bennaceur menyalahkan asisten wasit asal Bulgaria Bogdan Dotchev karena tidak mengangkat bendera saat Maradona meninju bola melewati Shilton.

“Jika Anda melihat pertandingannya, Anda dapat melihat bahwa salah satu hakim garis [Dotchev] berada dalam posisi yang lebih baik [daripada saya],” katanya kepada majalah olahraga Olé pada tahun 2001. 

“Saya memiliki keraguan, tetapi ketika saya melihatnya bahwa hakim garis berlari ke tengah, saya memberikan gol karena saya berkewajiban untuk mengikuti aturan FIFA [mengatakan keputusan Dotchev yang berada dalam posisi lebih baik harus diutamakan].”

Pada awalnya, Maradona membantah menyentuh bola tersebut, dengan mengatakan itu adalah "tangan Tuhan". Kemudian pada 2005 lalu dalam sebuah program televisi di Argentina yang dia bawakan, mantan pemain Barca dan Napoli untuk pertama kalinya mengaku meninju bola dengan tangannya.

Dia menjelaskan bahwa "dari awal" dia berencana menggunakan tangannya karena tingginya 1,66 meter tidak sebanding dengan 1,85 meter Shilton. “Tidak mungkin saya bisa melewati dia dengan sundulan,” katanya.

 

Meski demikian, Maradona tak pernah menyesal menggunakan tangannya dalam pertandingan kontroversial namun berkesan itu.

“Sejujurnya, saya tidak pernah menyesali mencetak gol itu dengan tangan saya dan saya bahkan melakukan hal serupa lagi selama pertandingan antara Napoli dan Udinese di liga Italia. Bahkan pemain Brazil Zico, yang bermain untuk mereka, bertanya kepada saya apakah menurut saya itu tidak benar dan saya mengatakan kepadanya: 'Tidak sama sekali.'

“Ketika saya melihat hakim garis [Dotchev] berlari ke tengah, saya meminta orang-orang untuk memeluk saya karena tidak ada yang datang untuk memberi selamat kepada saya. Mereka seperti malu dan datang untuk memeluk saya seolah-olah mereka berkata, ‘kita merampok laga ini dari mereka.'

"Saya memberi tahu mereka: 'Mereka yang mencuri dari pencuri berhak mendapatkan pengampunan 100 tahun.' Inggris telah melakukan banyak hal terhadap kami dan kami tahu bahwa yang kami hadapi adalah orang Inggris.”

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network