10 Pemain Terbaik Asia yang Berkiprah di Serie A

"Tidak hanya didominasi pemain Jepang, ada pula bintang Serie A dari Irak, Iran dan Korea Selatan."

Feature | 09 September 2020, 12:10
10 Pemain Terbaik Asia yang Berkiprah di Serie A

Libero.id - Bagi pemain asal Asia, mungkin sulit untuk bersaing sejajar dengan nama-nama bintang Serie A seperti Paolo Maldini, Maradona, Kaka hingga Alessandro Del Piero. Namun, negara yang terkenal dengan Pizza-nya itu telah menjadi tempat untuk berkembanganya para pemain Asia dalam satu dekade terakhir.

Lalu siapa saja pemain Asia yang pernah merumput disana dan siapa saja yang terbaik, berikut ulasan pemain Asia terbaik menurut the-afc.com;

10.Hidetoshi Nakata (Jepang)

Libero.id

Kredit: asroma.com

Periode: 1998-2005
Klub: Perugia, AS Roma, Parma, Bologna, Fiorentina
Pertandingan: 182
Gol: 24
Penghargaan: Serie A (2000-01), Coppa Italia (2001-02), 2x Pemain Terbaik AFC, 3x nominasi Ballon d'Or

Menjelang Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002, hanya sedikit dari pesepakbola Jepang yang memiliki reputasi global seperti Nakata. Ketenarannya itu memang sejalan dengan prestasinya di lapangan. Pemain gelandang itu memenangkan gelar liga bersama pemain terkenal seperi Gabriel Batistuta dan Francesco Totti di Roma pada musim 2000/01, mencetak gol melawan Juventus di final untuk membantu Parma memenangkan Coppa Italia pada musim berikutnya, dan dinominasikan untuk Ballon d'Or tiga kali dalam empat tahun sejak 1998 dan berikutnya.

Cerdas dan cekatan, Nakata pensiun pada usia 29 tahun setelah Piala Dunia FIFA 2006, tetapi ia telah meninggalkan legacy serta capaian yang mengesankan selama 7 musim di Italia.

9. Rahman Rezaei (Iran)

Periode: 2001-2008
Klub: Perugia, Messina, Livorno
Jumlah Pertandingan: 129
Gol: 8

Dianggap sebagai salah satu bek Iran terbaik di era modern, Rezaei ditugasi menjaga clean sheet di saat beberapa striker kelas dunia berkumpul di Serie A.

Setelah bergabung dengan Perugia dari Zob Ahan pada 2001, Rezaei memiliki beberapa kenangan terbaiknya di Messina. Pertama membantu mereka mendapatkan promosi dari Seria B, kemudian bermain 36 kali dari 38 pertandingan saat mereka finis di urutan ketujuh di Serie A musim 2004/05, mengalahkan AC Milan dan Inter  di beberapa pertandingan.

8. Ali Adnan (Irak)

Libero.id

Kredit: instagram.com/aliadnankharem

Periode:2015-2019
Klub: Udinese, Atalanta
Jumlah Pertandingan: 68
Gol: 1

Orang Irak pertama yang bermain di kompetisi teratas Italia, Adnan tiba di Udinese dua tahun setelah mengikuti Piala Dunia U-20, dan dengan cepat menjadi pemain reguler. Tendangan bebasnya ke gawang Genoa membuatnya menjadi pencetak gol pertama asal Irak di Serie A, tetapi penampilan impresif di awal debutnya tak mampu dijaga secara konsisten di musim berikutnya.

Sebanyak 37 penampilan dalam dua musim berhasil ia bukukan dan masa peminjaman di Atalanta adalah awal dari kepindahanya ke klub MLS, Vancouver Whitecaps.

7. Yuto Nagatomo (Jepang)

Periode:2010-2018
Klub: Cesena, Inter Milan
Pertandingan: 186
Gol: 9
Penghargaan: Coppa Italia (2010-11), Pemain Terbaik Internasional Asia AFC (2013)

Bek sayap yang energik dan pekerja keras, Nagatomo tiba di Cesena pada tahun 2010 dan membuat dampak yang luar biasa sehingga ia dibawa untuk mendukung juara bertahan Liga Champions UEFA, Inter selama setengah musim di awal debutnya.

Pemain Asia Timur pertama yang bergabung dengan Nerazzurri, Nagatomo membuat dampak yang signifikan, memenangkan Coppa Italia di musim pertamanya. Dia bermain rata-rata 40 pertandingan per musim di semua kompetisi untuk tiga musim berikutnya.

Total 186 penampilan telah ia bukukan, membuatnya menjadi pemegang rekor pertandingan Serie A di antara rekan senegaranya, dan dia juga menjadi pemain Jepang dengan assist di liga terbanyak sebelum pindah ke Galatasaray pada tahun 2018.

6. Mark Bresciano (Australia)

Libero.id

Kredit: parmacalcio1913.com

Periode:2002-2011
Klub: Parma, Palermo, Lazio
Jumlah Pertandingan: 250
Gol: 31

Salah satu dari dua pemain Australia keturunan Italia di dalam list, Bresciano menghabiskan tiga musim bersama Empoli di Serie B, sebelum pindah ke Parma tahun 2001. Catatan itu membuatnya tidak hanya menjadi pemain Serie A, tetapi, pada saat itu, pesepakbola termahal di Australia.

Selama hampir satu dekade, gelandang serang itu menjadi pemain permanen di Serie A, membuat lebih dari 20 penampilan liga selama delapan musim berturut-turut, dan memainkan peran kunci dalam perebutan tiket Eropa untuk Parma dan Palermo. Bresciano pernah mengumumkan niatnya untuk menjadi pemain Serie A terbaik Australia, dan dengan 250 penampilan, 31 gol serta 17 assist, sulit untuk membantah bahwa ia gagal.

5. Keisuke Honda (Jepang)

Periode:2014-2017
Klub: AC Milan
Jumlah Pertandingan: 81
Gol: 9
Penghargaan: Supercoppa Italiana (2018)

Salah satu pemain top asal Benua Kuning, Honda tiba di Milan pada Januari 2014 di tengah ekspektasi yang tinggi setelah bermain di Belanda dan Rusia serta menjadi pemain penting tim Samurai Biru dalam beberapa tahun terakhir.

Waktunya bersama Rossoneri bertepatan dengan masa sulit klub - mereka finis di urutan kedelapan, kesepuluh, dan ketujuh dalam tiga musim pertamanya - tetapi ia menunjukkan momen-momen berkualitas, menyumbang 9 gol dan 12 assist baik sebagai pemain sayap ataupun gelandang.

Pemain pengganti yang tidak digunakan saat Milan mengalahkan Juventus untuk mengklaim Supercoppa Italiana 2016, masa jabatan Honda di Italia berakhir dengan momen kemenangan, mencetak tendangan bebas melawan Bologna dalam pertandingan terakhirnya untuk membantu juara Eropa tujuh kali itu kembali ke kompetisi Eropa setelah absen empat tahun.

4. Ahn Jung-hwan (Korea Selatan)

Libero.id

Kredit: the-afc.com

Periode: 2000-2002
Klub: Perugia
Pertandingan: 30
Gol: 5

Ahn Jung-hwan nasibnya mungkin berbeda karena kejadian di Piala Dunia tahun 2000. Saat itu mantan penyerang Perugia tersebut mencetak gol emas yang membuat Azzurri tersingkir dari Piala Dunia 2002 - sebuah sundulan yang mengakhiri kariernya di Italia - dan masa dua tahunnya di Umbria adalah yang tersisa.

Meskipun waktu permainannya terbatas, Ahn menunjukkan potensinya di Italia, membuat sebuah pertanyaan besar, apa yang akan terjadi jika penyerang berbakat itu diberi kesempatan untuk melanjutkan apa yang sudah dimulai.

3. Takayuki Morimoto (Jepang)

Periode:2006-2012
Klub: Catania, Novara
Pertandingan: 104
Gol: 19

Setelah melakukan debut profesionalnya di Jepang sebelum usia 16 tahun, Morimoto yang baru berusia 18 tahun mencetak beberapa momen setelah turun dari bangku cadangan dalam debutnya di Serie A. Meski mengalami cedera lutut yang serius, dia kembali menjadi kontributor di dua klubnya. Biasa digunakan sebagai pemain pengganti, Morimoto menyumbang sembilan gol di semua kompetisi pada musim 2008/09 dan menambah enam gol lagi pada musim berikutnya, yang pada akhirnya mencetak lebih banyak gol Serie A dalam open play daripada pemain Jepang lainnya.

Hari-harinya di Italia berakhir pada usia 24 tahun, dengan sang penyerang itu pulang ke Jepang memenangkan gelar Liga J1 bersama Kawasaki Frontale pada 2017 lalu.

2. Vince Grella (Australia)

Libero.id

Kredit: twitter.com/parmacalcio_en

Periode:1998-2009
Klub: Empoli, Parma, Torino
Jumlah Pertandingan: 173
Gol: 4

Gelandang bertahan yang handal, Grella bergabung dengan Empoli bersama teman dekatnya Mark Bresciano di akhir 90-an, menjalani karirr yang luar biasa untuk tiga klub Serie A.

Ia adalah pemain yang sering menjaga Zinedine Zidane ketika masih bermain di Juventus. Awal karir Grella di Serie A  didahului dengan bermain selama tiga musim di Serie B, tetapi ia pindah ke Blackburn Rovers pada tahun 2008 dengan lebih dari 170 penampilan di liga teratas, dan menjadi pemain penting Parma ketika mencapai semifinal Piala UEFA pada 2004/05.

1. Shunsuke Nakamura (Jepang)

Periode:2002-2005
Klub: Reggina
Jumlah Pertandingan: 81
Gol: 11

Penandatanganan berharga untuk Reggina yang baru dipromosikan pada tahun 2002, Nakamura menjadi bintang di musim pertamanya di Italia. Dia mencetak delapan gol di semua kompetisi untuk membantu tim Calabria menghindari zona degradasi.

Terhambat oleh cedera, perjuangan Reggina di lapangan, dan pergantian manajer klub, Nakamura tidak pernah lagi menjadi pemain reguler yang kemudian menghantarkannya ke Celtic, tempat yang membuatnya menjadi pemain favorit semua orang dan memenangkan tiga gelar Liga Skotlandia.

Bakat yang luar biasa, terutama dengan bola mati, Nakamura meninggalkan jejaknya di sepak bola Italia, tetapi dia bisa dibilang paling diingat di Eropa atas apa yang dia lakukan setelah mencetak gol-gol penting The Bhoys, terutama ketika mencetak gol saat melawan Manchester United.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network