Kisah Angkat Besi Tak Pernah Putus Sumbang Medali Sejak Olimpiade 2000

"Sudah 21 tahun selalu sumbang medali. Semoga tahun ini bisa dapat emas perdana!"

Feature | 24 July 2021, 22:26
Kisah Angkat Besi Tak Pernah Putus Sumbang Medali Sejak Olimpiade 2000

Libero.id - Keberhasilan Windy Cantika Aisah mendapatkan medali pertama Indonesia di Olimpiade 2020 Tokyo meneruskan tradisi membanggakan kontingen angkat besi Merah-Putih. Sejak Olimpiade 2000 Sydney selalu saja ada medali yang dibawa pulang ke Tanah Air.

Keberhasilan Windy mempertahankan tradisi medali angkat besi di Olimpiade, sekaligus yang pertama bagi kontingen Indonesia di Tokyo, mendapatkan pujian dari berbagai pihak. Ucapan selamat dilontarkan kepada gadis asal Bandung tersebut. Salah satunya dari Presiden Joko Widodo.

"Kabar baik datang dari Tokyo, hari ini. Atlet angkat besi putri Indonesia, Windy Cantika Aisah, mempersembahkan medali pertama dari ajang Olimpiade Tokyo dengan merebut medali perunggu di kelas 49 kg. Dari Tanah Air, saya menyampaikan selamat," tulis Presiden Jokowi lewat akun Instagram resminya.

Ucapan selamat juga datang dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali. Bahkan, Zainudin langsung melakukan video call dengan Windy, Dirdja Wihardja (pelatih), dan Rosan Roeslani (CdM Kontingen Indonesia sekaligus Ketua Umum PB PABSI).

"Saya sudah video call dengan Pak Dirdja dan Pak Rosan, dan Windy. Alhamdulillah (meraih medali perunggu)," ucap Zainudin, dikutip laman resmi Kemenpora, Sabtu (24/7/2021).

Menpora mengapresiasi medali perdana Indonesia di Tokyo International Forum tersebut. Politisi Partai Golkar itu sangat berharap atlet-atlet lain dari berbagai cabang olahraga lainnya bisa meraih prestasi sehingga memperbaiki peringkat Indonesia di Olimpiade kali.

"Kepada Windy, pelatih, CdM, dan ofisial, saya ucapkan terima kasih atas pencapaian yang membanggakan Indonesia. Ini hasil dari kerja keras selama ini," kata mantan anggota DPR itu.

Hebatnya, selain bulutangkis yang merupakan olahraga penyumbang emas, angkat besi juga menjadi salah satu andalan Indonesia di Olimpiade. Meski belum sehebat bulutangkis, selalu saja ada medali yang berhasil dipersembahkan atlet-atlet Indonesia di kompetisi olahraga paling prestisius di bumi tersebut.

Berikut ini perolehan medali Indonesia di angkat besi dalam 21 tahun terakhir: 


1. Olimpiade 2000 Sydney

Perak: Raema Lisa Rumbewas (48 kg putri)

Perunggu: Sri Indriyani (48 kg putri), Winarni (53 kg putri)

Sejarah langsung ditorehkan tiga srikandi angkat besi Indonesia. Raema Lisa Rumbewas meraih pekan di kelas 48 kg putri dan Sri Indiyani memperoleh perunggu. Keduanya dikalahkan Tara Nott dari Amerika Serikat (AS).

Bahkan, total angkatan Lisa dengan Tara sama, yaitu 185 kg. Tara berhak mendapatkan medali emas hanya dengan regulasi berat badan. Tara memiliki berat 47,48 kg. Sementara Lisa 47,98 kg. Sedangkan Sri meraih perunggu dengan total angkatan 182,5 kg.

Selain Lisa dan Sri, angkat besi putri juga menyumbangkan perunggu di kelas 53 kg atas nama Winardi. Dengan total angkatan 202,5 kg, Winarni dikalahkan Yang Xia (China) dan  Li Feng-ying (Taiwan).


2. Olimpiade 2004 Athena

Perak: Raema Lisa Rumbewas (53 kg putri)

Ditengah kegagalan atlet-atlet angkat besi mempertahankan pencapaian empat tahun sebelumnya, Lisa kembali membuktikan dirinya sebagai wanita perkasa. Dia kembali meraih merak. Kali ini dari kelas 53 kg putri. Lisa mencatatkan total angkatan 210 kg dan tertinggal dari Udomporn Polsak (Thailand), yang mencatatkan 222,5 kg.


3. Olimpiade 2008 Beijing

Perunggu: Eko Yuli Irawan (56 kg putra), Triyatno (62 kg putra), Raema Lisa Rumbewas (53 kg putri)

Lagi-lagi, Lisa memantapkan dirinya sebagai atlet angkat besai terbaik Indonesia. Untuk edisi ketiga secara beruntun, wanita asal Papua itu menyumbangkan medali untuk Indonesia. Hanya saja kali ini perunggu dari kelas 53 kg putri.

Hebatnya, bukan hanya Lisa yang unjuk kekuatan di Beijing. Dua lifter putra, Eko Yuli Irawan dan Triyatno juga tidak mau ketinggalan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, angkat besi putra menyumbang medali. Eko dan Triyatno sama-sama menyumbang perunggu. Eko dari kelas 56 kg dan Triyatno dari 62 kg.


4. Olimpiade 2012 London

Perak: Triyatno (69 kg putra), Citra Febrianti (53 kg putri)

Perunggu: Eko Yuli Irawan (62 kg putra)

Tiga medali angkat besi di Sydney dan Beijing dilanjutkan di London 2012. Saat itu, Triyatno memperbaiki catatannya di Beijing dengan menyumbang perak di kelas 69 kg putra. perak juga disumbangkan Citra Febrianti dari kelas 53 kg putri. Ini menjadi medali pertama Citra di Olimpiade.

Satu medali lagi, yaitu perunggu, kembali disumbangkan Eko dari kelas 62 kg. Eko sebenarnya mencatatkan total angkatan yang sama dengan peraih perak, lifter asal Kolombia,  Oscar Figueroa, yaitu 317 kg. Tapi, berdasarkan regulasi, berat badan Eko lebih dari Figueroa. Eko 61,89 kg dan Figueroa 61,76 kg.


5. Olimpiade 2016 Rio de Janeiro

Perak: Sri Wahyuni Agustiani (48 kg putri), Eko Yuli Irawan (62 kg putra)

Menyamai Lisa, Eko menyumbang medali di Olimpiade untuk edisi ketiga secara beruntun di Olimpiade. Untuk medali ketiganya, dia mendapatkan perak di nomor 62 kg putra. Uniknya, Eko kembali dikalahkan Figueroa. Atlet Kolombia itu meraih emas dengan 318 kg, sementara Eko mencatatkan 312 kg.

Selain Eko, medali perak juga disumbangkan Sri Wahyuni Agustiani di kelas 48 kg putri. Sri mencatatkan total angkatan 192 kg atau harus mengakui keunggulan Sopita Tanasan (Thailand) dengan 200 kg.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network