Kisah Gambia Lolos ke Piala Afrika Perdana Berkat Manusia-manusia Perahu

"Berperingkat 157 FIFA paling bawah diantara 19 tim lolos, The Scorpions mengandalkan sejumlah pemain dari klub Eropa."

Feature | 30 March 2021, 13:30
Kisah Gambia Lolos ke Piala Afrika Perdana Berkat Manusia-manusia Perahu

Libero.id - Selain Komoro, Gambia juga dipastikan tampil di Piala Afrika 2021. Berperingkat 157 FIFA atau yang paling bawah diantara 19 tim yang sudah lolos, The Scorpions mengandalkan sejumlah pemain dari klub Eropa. Beberapa diantaranya "manusia perahu" yang sukses menyeberangi Laut Mediterania untuk mencapai Italia. 

Republik Gambia adalah sebuah negara merdeka di Afrika Barat. Ini adalah negara terkecil di daratan Afrika, yang dikelilingi oleh Senegal, kecuali pantai baratnya di Samudera Atlantik. 

Gambia terletak di kedua sisi hilir Sungai Gambia (dari sinilah nama negaranya berasal), yang mengalir melalui pusat Gambia dan bermuara di Samudera Atlantik. Negara ini memiliki luas 10.689 kilometer persegi dengan populasi 2.173.999 pada sensus 2020. Banjul adalah ibu kota Gambia dan wilayah metropolitan. Sementara kota terbesar adalah Serekunda dan Brikama. 

Pada 1965, Gambia memperoleh kemerdekaan dari Inggris di bawah kepemimpinan Dawda Jawara, yang memerintah sampai Yahya Jammeh merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1994. Adama Barrow menjadi presiden ketiga Gambia pada Januari 2017, setelah mengalahkan Jammeh dalam Pemilihan Umum 2016.

Perekonomian Gambia didominasi oleh pertanian, perikanan dan pariwisata. Pada 2015, sekitar 48,6% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.  Di daerah pedesaan, kemiskinan bahkan lebih luas, hampir 70%. 

Karena kemiskinan itulah banyak warga Gambia mencari kehidupan yang layak di negara lain. Mayoritas bekerja di negara tetangga yang lebih makmur seperti Senegal, Guinea Bissau, Angola, atau Afrika Selatan. Ribuan lainnya bermigrasi ke Eropa, Amerika Utara, hingga Australia.

Sejumlah imigran tersebut ternyata sukses di tempat tujuan. Beberapa diantaranya dikenal sebagai "manusia perahu" yang selama ini menghiasi pemberitaan media internasional terkait krisis migran di Eropa. 

Mereka merupakan orang-orang yang berjalan kaki dari Gambia, melewati Gurun Sahara untuk mencapai Libya. Dari Tripoli, para imigran menyewa perahu kayu sederhana, dijejali puluhan hingga ratusan orang, dan mencoba mencapai Pulau Lampedusa di Laut Mediterania wilayah Italia. Ada yang sukses, tapi tidak sedikit yang harus meregang nyawa. 

Dalam barisan yang sukses mencapai Italia terdapat kiper Gambia, Sheikh Sibi, yang kini bermain di Virtus Verona. Dia meninggalkan Gambia pada usia 16 tahun dengan harapan bisa bermigrasi ke Eropa. Dalam perjalanannya, dia sempat bekerja sebagai pelukis selama 5 bulan di Tripoli. Pada Juli 2015, dia mencapai Pulau Lampedusa menggunakan perahu. 

Setelah kedatangannya di Italia, Sibi ditempatkan di pusat penampungan imigran di Costagrande, Verona. Dia segera dipindahkan ke Virtus Vita, sebuah organisasi nirlaba yang menyambut para migran. Sejak Virtus Vita dan Virtus Verona dimiliki oleh perusahaan yang sama Vencomp. Mereka membantu Sibi untuk melanjutkan karier sepakbola.

Sibi membuat debut untuk Virtus Verona pada 30 Oktober 2016 dengan kekalahan 1-2 di Serie D melawan Union Feltre. Dia membuat debut di Serie C dan profesional pada 16 September 2018 dengan kekalahan 0-2 melawan Fermana. 

Kisah yang sama dengan Sibi juga dimiliki Kalifa Manneh. Pada usia 15 tahun, dia melarikan diri dari Gambia dengan perahu dan mendarat di Pulau Sisilia sebagai pengungsi. 

Setelah tiba di Italia, Manneh mengikuti audisi di Akademi Catania. Dengan kemampuan dan fisiknya yang bagus, dia berhasil diterima. Manneh dididik di akademi selama beberapa tahun sebelum melakukan debut profesional bersama Catania dalam pertandingan Serie C melawan Juve Stabia pada 14 Mei 2017. 

Seperti Sibi dan Manneh, jalan yang sama juga harus ditempuh Musa Juwara. Pemain muda Bologna yang sempat dipinjamkan ke Boavista itu juga meninggalkan Gambia saat remaja sebagai anak yatim piatu. Sebatang kara, dia berlayar di Laut Mediterania mencapai Potenza, di selatan Italia.

Ketika berhasil mencapai daratan, Juwara tinggal di tempat penampungan sembari berlatih sepakbola di Virtus Avigliano. Di klub amatir dari Potenza tersebut, dia bertemu Vitantonio Summa, pelatih Virtus. Summa bersedia menjadi orang tua angkat Juwara.

Berkat Summa, Juwara berlatih keras dan dilirik Chievo Verona saat berusia 15 tahun. Tapi, transfernya ke Chievo sempat ditolak otoritas Italia karena status Juwara sebagai imigran gelap. 

Setelah melalui perjuangan panjang di pengadilan, pada musim dingin 2017, Juwara memenangkan gugatan atas pelarangan transfer ke Chievo. Kemudian, setelah 1,5 tahun, Juwara mendapatkan kontrak dari Bologna pada musim panas 2019 dan bermain hingga hari ini. 

Sayang, untuk dua pertandingan terakhir kualifikasi Piala Afrika 2021, Juwara tidak dipanggil karena cedera. Tapi, rekan satu tim sekaligus sahabatnya di Italia, Musa Barrow, ikut bermain.

Meski tidak sedramatis Sibi, Manneh, atau Juawara, Barrow juga meninggalkan Gambia di usia remaja untuk menjadi imigran. Barrow sedikit beruntung karena kemampuan bermain sepakbola sejak di Gambia menarik perhatian pemandu bakat Atalanta Bergamo. Di usia 18 tahun, dia diterima di akademi milik La Dea.

"Saya berasal dari Kanifing Estate. Itu sebuah distrik kecil dengan 2.000 penduduk, di dekat ibu kota Banjul. Idola saya adalah Zinedine Zidane. Anda mengira rambut saya dipotong sangat pendek agar terlihat seperti dia bukan?" ujar Barrow di situs resmi Atalanta.

"Sebagai seorang anak, saya langsung tahu bahwa saya menyukai sepakbola. Saya biasa bermain di jalan atau di lapangan, meninggalkan rumah pagi-pagi sekali, dan kembali pada pukul 19.00. Di Gambia, saya tinggal (yang jaraknya hanya) berjalan kaki 5 menit ke stadion tim nasional. Saudara saya sering mengajak saya menonton pertandingan," tambah penyerang berusia 22 tahun itu.

Barrow baru meninggalkan Atalanta pada 17 Januari 2020 dengan status pinjaman dan Bologna wajib membeli dengan 13 juta euro pada musim panas. Segera setelah transfernya resmi, Barrow menjadi striker utama di bawah Sinisa Mihajlovic dan menjadi salah satu pencetak gol terbanyak klub sejauh ini.

Penampilan Barrow di Stadio Renato Dall'Ara kabarnya telah menarik perhatian para petinggi Real Madrid. Konon, Los Blancos sudah mengirim utusan untuk memantau pemilik 9 caps dan 2 gol untuk Gambia itu dan siap memberikan 18 juta euro kepada Atalanta.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network