Kisah Jim Ratcliffe, Orang Terkaya di Inggris Justru Punya Klub di Prancis

"Ketika orang asing berlomba-lomba berinvestasi di Liga Premier, bos Ineos itu justru memilih Ligue 1. Apa alasannya?"

Feature | 17 February 2021, 12:31
Kisah Jim Ratcliffe, Orang Terkaya di Inggris Justru Punya Klub di Prancis

Libero.id - Entah apa yang ada di kepala Jim Ratcliffe ketika memutuskan membeli mayoritas saham klub Prancis, Nice. Ketika orang asing berlomba-lomba berinvestasi di Liga Premier, bos besar Ineos Chemicals Group itu justru memilih Ligue 1.

Sir James Arthur Ratcliffe lahir di Failsworth, Lancashire, 18 Oktober 1952. Dia adalah seorang insinyur kimia sekaligus miliarder Inggris yang tinggal di Monaco. Dia menjadi pemodal dan industrialis. Ratcliffe merupakan pendiri, pemilik, sekaligus CEO Ineos. Itu adalah perusahaan petrokimia yang didirikan pada 1998 dengan omzet USD15 miliar pada 2019.

Pada Mei 2018, Ratcliffe dinobatkan sebagai orang terkaya di Inggris, dengan kekayaan bersih 21,05 miliar pounds. Pada Juli 2020, Forbes memperkirakan kekayaan bersihnya mencapai USD 18,6 miliar. Itu menempatkan Ratcliffe sebagai orang terkaya dunia di urutan 74 dan kelima di Inggris.

Sebelum menjadi miliarder, Ratcliffe bekerja di perusahaan minyak raksasa, Esso. Tapi, dia memutuskan memperluas keterampilannya ke bidang keuangan dengan mempelajari akuntansi manajemen, mengambil gelar MSc di bidang keuangan di London Business School pada 1978-1980. Lalu, pada 1989, dia bergabung dengan grup ekuitas swasta asal Amerika Serikat (AS), Advent International.

Sebagai orang Inggris, Ratcliffe juga dibesarkan dalam tradisi olahraga, khususnya sepakbola. Sejak kecil, orang tua Ratcliffe sudah terbiasa membawa anak-anaknya menyaksikan pertandingan di stadion maupun televisi.

Karena itu, ketika sudah memiliki kemampuan finansial yang cukup, Ratcliffe mulai mewujudkan ambisinya saat remaja untuk memiliki klub olahraga profesional. Langkah tersebut dimulai pada 13 November 2017. Saat itu. Ratcliffe menjadi pemilik Lausanne-Sport, yaitu klub sepakbola peserta Liga Super Swiss.

Transfer pertama di bawah kepemilikan baru adalah Enzo Zidane Fernandez, yang merupakan putra Zinedine Zidane. Tapi, musim itu berakhir dengan degradasi. Kakak Ratcliffe, Bob, kemudian ditunjuk menjadi presiden klub pada Maret 2019. Lausanne berhasil memenangkan promosi untuk kembali ke divisi teratas sebagai juara Divisi II 2019/2020.  

Setelah Lausanne, Ratcliffe melanjutkan aksinya di olahraga pada 2018 ketika bermitra dengan Ben Ainslie untuk membentuk Ineos Team UK dan bersaing di 36th America's Cup 2021. Ratcliffe dilaporkan menginvestasikan lebih dari 110 juta pounds dalam proyek balapan kapal tiang tinggi (yacht race) profesional dunia itu.

Selanjutnya, pada 19 Maret 2019, Ratcliffe membeli tim balap sepeda profesional asal Inggris, Team Sky, kemudian mengganti namanya menjadi Team Ineos. Balapan kompetitif pertama mereka di bawah sponsor baru adalah Tour de Yorkshire 2019. Mereka kemudian memenangkan Tour de France 2019 bersama pembalap Kolombia, Egan Bernal.

Pada Februari 2020, Ineos menjadi mitra utama Mercedes AMG F1 Team. Mereka menandatangani perjanjian 5 tahun untuk terlibat aktif di Formula 1. Tapi, pada bulan yang sama, Ratcliffe menolak klaim dan rumor bahwa dirinya akan membeli Chelsea dari Roman Abramovich.

Bantahan tersebut dikeluarkan karena harga The Blues sangat tinggi. Alasan lainnya karena pada 22 Agustus 2019, otoritas kompetisi di Prancis (LFP) mengizinkan pengambilalihan Nice senilai 100 juta euro dari pengusaha China-Amerika, Chien Lee, kepada Ratcliffe.

Janji Ratcliffe kepada para pendukung Les Aiglons adalah tidak menguras uang dari sepakbola, melainkan menggunakan kekayaan yang dimiliki untuk membangun tim yang berdiri sejak 115 tahun silam tersebut. Dia ingin menjadikan Nice klub yang bisa mematahkan dominasi Paris Saint-Germain (PSG).

"Kami sangat nyaman dengan posisi kami saat ini dengan Nice yang sebenarnya. Ini berjalan cukup baik. Ini (Nice) cukup menarik. Kami masih belajar dan ini merupakan liga yang cukup menantang di Prancis dengan beberapa pemain yang sangat bertalenta," kata Ratcliffe, dilansir BBC Sport.

Ratcliffe membandingkan pengeluaran di sepakbola jauh lebih besar dari tim balap sepeda miliknya. Ketika Team Ineos menguasai Tour de France 2019, Ratcliffe menyebut hanya mengeluarkan 38 juta pounds per tahun. Jumlah itu sudah termasuk dana dari sponsor yang mencapai 25 juta pounds.

Sedangkan anggaran di sepakbola akan lebih dari 100 juta pounds per musim. Tapi, Ratcliffe juga sadar bahwa pemasukan dari lapangan hijau akan jauh lebih banyak dari balap sepeda lantaran status sepakbola sebagai olahraga global.

"Perjalanan kami hingga sampai ke sini (Nice) cukup panjang. Kami telah melihat banyak klub dengan cara kami melihat bisnis di Ineos. Untuk nilai dan potensi, kami melihat Nice memenuhi kriteria tersebut," ucap lulusan University of Birmingham dan London Business School itu.

Sejak dikuasai Ratcliffe, Nice terus berusaha mencari konsistensi. Musim lalu, mereka berhasil finish di posisi 5 klasemen akhir Ligue 1 ketika dihentikan oleh pemerintah terkait pandemi Covid-19. Untuk musim ini, Nice terseok-seok di papan bawah. Mereka ada di posisi 14 klasemen sementara dari 24 laga yang sudah dijalani.

Buruknya hasil pertandingan telah membuat Nice melakukan suksesi pelatih. Pada 4 Desember 2020, Patrick Vieira digantikan Adrian Ursea setelah menelan 5 kekalahan beruntun.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network