Kisah Turkgucu! Klub Turki di Jerman Peserta Bundesliga 3

"Banyaknya orang Turki di Jerman telah masuk ke semua aspek kehidupan, termasuk sepakbola. Sampai masuk timnas Jerman dan bikin klub sendiri!"

Feature | 05 December 2020, 14:01
Kisah Turkgucu! Klub Turki di Jerman Peserta Bundesliga 3

Libero.id - Berapa jumlah total imigram Turki di Jerman? Tidak ada yang tahu pasti, meski sensus terbaru menunjukkan 7 juta orang. Tapi, itu bukan angka absolut karena banyak yang ilegal. Bisa jadi lebih banyak atau justru sedikit.

Banyaknya orang Turki di Jerman telah masuk ke semua aspek kehidupan, termasuk sepakbola. Di tim nasional Jerman, nama-nama Turki seperti Mehmet Scholl, Mesut Oezil, hingga Ilkay Guendogan sempat menghiasi starting line-up. Sementara timnas Turki juga diperkuat banyak pemain kelahiran Jerman. Hamit dan Halil Altintop, Nuri Sahin, atau Yildiray Basturk adalah ada contohnya.

Imigran Turki di Jerman tidak hanya bermain sepakbola di klub-klub asli Jerman, melainkan juga yang didirikan orang Turki sendiri. Salah satu contoh tim beraroma Turki yang sedang naik daun musim ini adalah Turkgucu Muenchen. Klub yang berarti "Kekuatan Turki" itu berasal dari Muenchen dan bermain di Bundesliga 3 (Divisi III).

Turkgucu klub yang sangat unik. Mereka menggabungkan identitas Turki dengan Bavaria. Logo klub mengacu pada lambang Asosiasi Sepakbola Turki (TFF) dengan bendera Turki dan bendera Bavaria. Bendera Bavaria juga ada di logo klub terbaik Eropa saat ini, Bayern Muenchen.

Turkgucu tidak menjadikan kota sebagai basis dukungan. Layaknya Bhayangkara FC di Liga Indonesia yang menjadikan keluarga besar Polri di seluruh nusantara sebagai suporter, Turkgucu juga mengincar para imigram Turki yang tersebar di hampir semua kota di Jerman. Merekalah yang menjadi pasar Turkgucu sejak pertama kali dilahiran pada 1975 hingga musim 2020/2021.

"Ketika fans dapat menghadiri pertandingan lagi, saya pikir semua pertandingan tandang kami akan menjadi pertandingan kandang. Di mana pun kami bermain, saya pikir kami akan memiliki lebih banyak pendukung Turki daripada tim tuan rumah. Itu keuntungan kami," ujar Direktur Turkgucu, Roman Plesche, kepada Deutsche Welle.

Pada tahun-tahun awal pembentukan hingga beberapa musim lalu, Turkgucu memiliki kebijakan untuk merekrut pemain-pemain keturunan Turki yang lahir dan besar di Jerman atau pemain yang didatangkan langsung dari Turki. Orang-orang dengan nama Turki seperti Unal Tosun, Emre Kurt, Erol Eldan Alkan, Karem Kavuk, atau Sercan Sararer sangat dominan di starting line-up.

Namun, seiring globalisasi yang melanda sepakbola, Turkgucu menjadi semakin internasional. Orang-orang dengan nama Jerman seperti Rene Vollath, Benedikt Kirsch, Thomas Haas, atau Maximilian Engl juga bisa bermain di klub. Mereka juga punya pemain-pemain dengan nama Korea seperti Park Yi-young, Belanda (Tom Boere), atau Serbia (Filip Kusic).

"Ini klub Turki. Tapi, kesuksesan adalah yang terpenting. Itu yang utama. Jika anda memiliki seseorang bernama Mueller dan pemain Turki atau Turki-Jerman, dan kualitasnya sama, kami mungkin akan merekrut pemain Turki itu," tambah Plesche.

Saat ini, Turkgucu dibiayai oleh investor asal Turki, Hasan Kivran. Orang ini lahir di Turki dan menjadi pemilik sebuah perusahaan investasi di Jerman. Kivran telah lama tinggal di Jerman dan pernah menjadi pemain sepakbola yang membela Turkgucu pada 1980-an. Dia telah menghabiskan lebih dari 1 juta euro sejak bergabung dengan klub pada 2016.

"Saya dari Muenchen. Tapi, saya memiliki latar belakang Turki. Saya bisa 100% mengidentifikasi diri dengan klub. Turkgucu seperti memiliki tim nasional Turki di Jerman. Kami mungkin tidak memiliki banyak pemain Turki saat ini. Tapi, jika anda melihat klub seperti Fenerbache atau Galatasaray, mereka juga tidak memiliki banyak pemain Turki," kata gelandang Turkgucu, Ünal Tosun.

Meski ada banyak orang yang menyambut gembira keberadaan Turkgucu, bukan berarti tidak memiliki pembenci. Klub imigran seperti Turkgucu menghadapi tantangan unik, salah satunya membuat marah sekelompok kecil Neo Nazi dan kaum Xenophobia.

Sama seperti negara-negara di Eropa lainnya atau Amerika Serikat, rasialisme masih menjadi momok menakutkan bagi banyak imigran. Bukan hanya pemain-pemain Turki-Jerman, hinaan rasial juga menimpa pemain-pemain dari Asia atau pemain Jerman berkulit hitam.

Salah satu korbannya adalah Yi-young. Gelandang asal Korea Selatan itu dilaporkan menerima pelecehan rasial dari penggemar Waldhof Mannheim. Ada lagi sebuah organisasi sayap kanan bertajuk "Der III. Weg", yang memprotes penampilan Turkgucu di liga profesional, karena dianggap tidak cocok dengan pandangan mengenai kemurnian ras Aria.

"Saya tidak berpikir itu penting bagi rata-rata orang Jerman. Tapi, pasti ada beberapa orang Jerman yang benar-benar terganggu oleh fakta bahwa kami telah naik dan berhasil," ucap salah satu pendukung Turkgucu yang mengaku bernama Haki.

Bagi orang seperti Haki, Turkgucu memberikan rasa bangga dan representasi bagi komunitas yang telah lama menjadi bagian penting dari masyarakat Jerman. Meski minoritas yang tidak diinginkan, banyak penggemar sepakbola akan memperhatikan dengan serius tentang apa yang dapat dicapai oleh klub imigran pertama di negara itu dalam sepakbola profesional.

"Kami bangga bermain di divisi ini. Saya pikir kami memiliki tim yang kuat. Dan, saya pikir beberapa klub di level ini akan segera melihat apa yang akan mereka hadapi (ketika bertemu Turkgucu)," pungkas Plesche.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network