5 Pelatih Hebat yang Punya Kemampuan Mengintimidasi Lawan

"Zaman media tanpa batas seperti ini, pelatih tidak hanya harus mengerti taktik. Tapi juga harus jago mengacak psikologis musuh."

Feature | 10 November 2020, 02:12
5 Pelatih Hebat yang Punya Kemampuan Mengintimidasi Lawan

Libero.id - Apa yang bisa menuntun manusia untuk dapat melakukan tindakan alias aksi nyata, bermula dari manakah sebuah keberhasilan atau capaian tertinggi?

Jawabannya adalah konsep berpikir. Dari situlah semua bermula, manusia menerjemahkannya menjadi kode-kode dalam bentuk simbol, bahasa tubuh, dan kekuatan lisan.

Meskipun tidak semua orang bisa melakukannya. Tetapi dalam sepakbola kemampuan seperti itu penting dan beberapa pelatih punya hal itu. Misalnya saja daftar kwintet di bawah ini sering menggunakan trik permainan pikiran untuk menghasilkan efek yang hebat.

Pelatih kerap memainkan permainan pikiran sebelum pertandingan sebenarnya. Seorang pelatih terkadang bisa memenangkan yang terakhir (skor) jika unggul dalam yang pertama. Dan yang pertama itu adalah cara berpikir.

Sederhananya, seorang pelatih dapat mengacak-acak psikologi musuh dengan retorika sebelum pertandingan. Jadi tanpa basa-basi lagi, mari kita hitung mundur lima pelatih hebat dalam urusan itu, baik pensiunan atau aktif, mereka dikenal mahir atau punya riwayat dalam permainan pikiran.

5. Bill Shankly

Libero.id

Kredit: liverpoolfc.com

Pada medio 60-70 an, Billy Shankly membalikkan nasib Liverpol, banyak yang mengatakan bahwa Shankly, lah, yang dalam banyak hal membentuk sepakbola modern di Liverpool. Shankly membawa klub yang bermarkas di Anfield itu kembali ke Divisi Pertama dan kemudian memenangkan liga sebanyak tiga kali sekaligus meraih kesuksesan di Eropa.

4. Roberto Mancini

Libero.id

Kredit: mancity.com

Seorang ahli taktik yang hebat, lebih dari itu, Mancini bahkan pembaca psikologi yang lebih baik. Pada hari terakhir paling dramatis dalam sejarah Lia Premier, Roberto Mancini jelas memenangkan permainan pikiran atas Sir Alex Ferguson ketika Manchester City merebut gelar Liga Premier dari kota rival, United.

Taktik merendahkan diri dengan memuji lawan ala Roberto Mancini terbukti membuahkan hasil. Di bawah Mancini, City memulai trah sebagai klub juara.

3. Pep Guardiola

Libero.id

Kredit: mancity.com

Bukan hanya jeli dalam menciptakan ritme permainan indah, seorang Guardiola adalah praktisi permainan pikiran yang hebat. Nama Pep Guardiola melambung karena persaingannya dengan Jose Mourinho di Real Madrid. Dia membawa kejayaan klub Catalunya itu dengan cara yang elegan. Dalam satu kesempatan, Guardiola bahkan pernah mengatakan bahwa Mourinho pantas mendapatkan trofi Liga Champions.

Tapi itu akal bulus Pep, dia 'menggoda' Mourinho dengan sedikit pujian, tapi kita tahu, siapa yang kemudian benar-benar menang. Pep melakukan hal yang sama pada Bayern  Munich, dan diteruskan pada Manchester City. Tak perlu mempertanyakan ketangguhan mental dan integritas para pemain yang pernah ditangani oleh Pep


2. Sir Alex Ferguson

Libero.id

Kredit: manutd.com

Sir Alex Ferguson menjadikan Manchester United kekuatan yang benar-benar dominan dari mulai periode tahun 1990-an dan membawa kesuksesan itu ke abad berikutnya, dengan penuh percaya diri, United menjadi tim yang susah untuk dikalahkan di Liga Premier bahkan Eropa.

Ferguson kerap mengintimidasi wasit, kadang-kadang menyebut mereka tidak layak, bahkan dalam beberapa kesempatan, Ferguson tampak begitu cerdik memainkan pikiran, sebuah istilah di alamatkan untuk kemampuan khusus itu dengan sebutan 'waktu Fergie'.

Cerita lainnya, tentu Ferguson pakai saat berhadapan dengan lawan klub. Misalnya saja, komentarnya bahwa Liverpool memiliki perjalanan yang jauh lebih mudah selama musim 2008-09, dan itu seolah-olah menyebabkan kehancuran tim Rafa Benitez, dan di akhir musim United kemudian merebut gelar.

1. Jose Mourinho

Libero.id

Kredit: premierleague.com

Mungkin Jose Mourinho adalah satu-satunya orang yang paling banyak diasosiasikan dalam permainan sepakbola modern, ia punya obsesi terhadap kemenangan dan dia tidak selalu peduli apakah itu dilakukan dengan cara yang bermoral atau tidak.

Mou pernah menyebut Arsene Wenger dengan 'spesialis kegagalan' lebih parah lagi, Claudio Ranieri disebut sebagai 'tua dan tanpa kemenangan'.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network