Kisah Rafael Ungkap Sisi Buruk Van Gaal: Dia Banyak Omong, Semuanya Omong Kosong

"'Di hari pertama, dia tidak bicara denganku. Di hari kedua, dia bilang, 'Kamu boleh pergi.'"

Feature | 01 October 2020, 08:26
Kisah Rafael Ungkap Sisi Buruk Van Gaal: Dia Banyak Omong, Semuanya Omong Kosong

Libero.id - Tujuh tahun mengabdi di Old Trafford, Rafael sukses meraih tiga gelar Liga Premier di bawah asuhan Sir Alex Ferguson, tetapi ia pernah menghabiskan satu musim yang tidak menyenangkan di bawah Van Gaal sebelum dijual ke Lyon pada 2015.

"Ketika mereka mengatakan Van Gaal adalah manajer, banyak teman menelepon saya. Saya tidak percaya, karena banyak orang mengatakan kepada saya bahwa dia tidak menyukai pemain Brasil (karena gaya permainan mereka). Mereka mengatakan kepada saya, 'Hal pertama yang akan dia lakukan adalah mengeluarkan Anda, '" ujar pemain berusia 30 tahun itu kepada Adam Crafton dari The Athletic dalam sebuah wawancara eksklusif.

“Sebenarnya itu hal yang kedua karena di hari pertama, dia tidak bicara denganku. Di hari kedua, dia bilang, 'Kamu boleh pergi.' Saya bahkan tidak berlatih dan dia mengatakan itu. Saya tidak percaya. Dia tidak menjelaskan mengapa,” lanjut Rafael.

Kini saudara dari Fabio itu bermain untuk tim asal Turki, Istanbul Basakhsehir yang musim lalu menjadi jawara Liga Super Turki.

"Dia berkata, 'Anda tidak akan bermain musim ini, saya tidak akan menggunakan Anda, jika Anda ingin pergi, Anda bisa  pergi.' Saya berkata, 'Oke.' Saya masih berusaha memperjuangkan tempat saya. Saya tinggal satu tahun bersamanya. Itu sangat, sangat sulit. Dia adalah salah satu orang terburuk yang pernah bekerja dengan saya."

Sepengalaman Rafael bersama Sir Alex Ferguson, ia tahu betul bahwa pria Skotlandia itu hanya akan berbicara panjang lebar dengan pemain yang dia tahu akan merespons dan membiarkan pemain lainnya untuk berpikir sendiri.

Libero.id

Rafael bersama Sir Alex Ferguson

Namun Van Gaal berbeda, pria Belanda itu akan selalu memberikan kabar kepada anak asuhnya setiap hari.

"Setiap hari, setelah sarapan, setelah makan siang, atau jika kita makan malam bersama, dia akan berbicara dengan semua orang selama 15 menit ... Kamu tahu kapan kamu mulai berhenti mendengarkan apa yang dikatakan seseorang, karena mereka berbicara begitu banyak? Dia ingin untuk menunjukkan bahwa dia bisa berbicara. Tapi itu setiap hari! Sepanjang waktu! Anda harus menunggu sampai semua orang menghabiskan makanan mereka untuk pergi, itu bagus, oke, tapi kemudian kami melihatnya berbicara, selama 15 menit, dengan segala hormat, tentang omong kosong. Itu adalah kebenaran!”

Sementara beberapa penggemar Setan Merah berpikir pemain berusia 30 tahun itu hanya sakit hati terhadap mantan manajer timnas Belanda itu dan memang benar bila Van Gaal adalah orang yang egois. Bahkan ia mendapat julukan ‘Si Tangan Besi’ sudah cukup menjelaskan karakternya.

Meski secara terang-terangan tak menyukai Van Gaal, Rafael justru tak begitu benci dengan gaya permainan yang diterapkan oleh Van Gaal dengan mengatakan “bukan yang terburuk". Dia juga membela David Moyes yang memiliki tugas tanpa pamrih untuk mencoba menggantikan Ferguson, sebelum kedatangan Van Gaal setahun kemudian.

"Moyes tidak seperti Van Gaal, bahkan tidak sedikit pun," ujarnya.

"Maksud saya di sini sebagai manusia. Masalahnya adalah semua orang mengira Moyes akan menjadi pelatih yang hampir sama dengan Ferguson, tetapi mereka adalah orang yang berbeda, di luar lapangan dan di dalam lapangan."

Tentu, Rafael memiliki kenangan hangat tentang Sir Alex, yang selalu memuji bek sayap dan saudara kembarnya, Fabio, saat mereka muncul sebagai remaja di tim utama United.

Dia mengakui bahwa "Saya tidak pernah sama" setelah Ferguson pensiun dan memang benar bahwa ia belum sepenuhnya memiliki karier profesional seperti yang ditakdirkannya ketika dia memperkuat Brasil pada usia 22 tahun.

Terkait dengan kondisi United sekarang, ia merasa Ole Gunnar Solskjaer harus meningkatkan lagi kemampuan lini belakang apalagi setelah kekalahan Setan Merah dari Crystal Palace di laga pembuka Liga Premier.

"Semuanya agak sulit. Ini adalah pertandingan pertama - santai. Tentu saja kami harus menjadi lebih baik. Orang-orang tidak peduli jika para pemain hanya memiliki satu pertandingan pramusim untuk persiapan. Mereka hanya berkata, 'OLE OUT atau KENAPA ANDA TIDAK MEMBELI PEMAIN? ' Itu yang saya tidak mengerti” ujar Rafael kepada The Athletic.

"Tentu saja kami membutuhkan beberapa pemain (belakang), tetapi musim lalu kami memenangkan hampir setiap pertandingan. Tim tumbuh bersama. Sekarang, Anda mendengarkan orang-orang dan seolah-olah jika kami tidak membeli pemain, kami akan kehilangan setiap pertandingan," tutup Rafael.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network