Kisah Tony Costante, Penerjemah yang Kariernya Melambung Berkat Juergen Klopp

"Sekarang, fungsi penerjemah sepakbola sangat vital. Ini contohnya."

Biografi | 13 March 2022, 02:59
Kisah Tony Costante, Penerjemah yang Kariernya Melambung Berkat Juergen Klopp

Libero.id - Sebelum menjadi pelatih yang sukses, Jose Mourinho memulai semuanya sebagai penerjemah Sir Boby Robson saat melatih Pep Guardiola di Barcelona. Tapi, The Special One bukan satu-satunya penerjemah yang menjadi bintang di sepakbola. Contoh lainnya, Tony Constante. 

Banyak penggemar sepakbola yang mungkin saja belum pernah mendengar tentang sepak terjang Costante? Itu wajar karena dia tidak mengikuti jejak Mourinho beralih profesi. Tapi, berkat Juergen Klopp, dia mendadak populer di media sosial.

Costante merupakan seorang penerjemah lepas dan juru bahasa yang telah bekerja di sepakbola sejak 2003. Tugasnya duduk bersama pelatih di meja konferensi pers sebelum dan sesudah pertandingan Liga Champions atau Liga Europa di Inggris. Dia juga membantu pelatih dalam wawancara pribadi dengan wartawan.

Kehidupan seperti itu sudah dijalani Constante sejak 15 tahun lalu. Itu merupakan rutinitas berulang, yang akhirnya berubah pada April 2018. Saat itu, pria yang dibesarkan di Nottingham dari keluarga asal Italia duduk di sebelah Klopp jelang pertandingan Liga Champions melawan AS Roma. Momen itu jadi titik lain dalam kariernya.

Ketika itu, Klopp memberikan jawaban sangat panjang atas pertanyaan wartawan dalam konferensi pers. Dia menyaksikan dengan kagum, tersenyum, dan tertawa, ketika Costante menerjemahkan kata-katanya ke dalam Bahasa Italia dengan sangat fasih dan tanpa cela.

Klopp memulai tepuk tangan untuk Costante setelah dia selesai bicara. Eks pelatih Borussia Dortmund itu menunjukkan kekagumannya. Seketika, potongan video adegan itu viral di media sosial.

"Saya sedikit malu dengan itu (pujian yang didapatkan Klopp). Saya hanya melakukan pekerjaan saya. Memulai tepuk tangan tidak terlalu diperlukan karena saya hanya melakukan apa yang saya dapatkan," kata Constante, dilansir Planet Football.

Costante pertama kali menjadi penerjemah sepakbola jelang final Liga Champions 2002/2003 antara AC Milan dengan Juventus di Old Trafford. Berhubung dua tim Italia bertemu di Inggris, Constante menjadi orang yang sangat sibuk karena mayoritas anggota skuad Milan dan Juventus menolak bicara Bahasa Inggris.

Ketika itu, Constante benar-benar bekerja keras seorang diri. Dia berada di sisi lapangan, mengumumkan susunan pemain, dan menyampaikan informasi penting kepada pendukung Milan maupun Juventus dalam Bahasa Italia. Dia juga diminta sejumlah wartawan Inggris mewawancarai pemain-pemain Italia.

Setahun kemudian, UEFA mulai melakukan konferensi pers sebelum dan sesudah pertandingan Liga Champions dan Piala UEFA dengan lebih serius. Mereka mulai menggunakan penerjemah yang ikut duduk di meja. Dan, ketika itu dilakukan di Inggris melawan klub Italia atau Prancis, Constante yang bertanggung jawab. Sebab, dia juga fasih berbahasa Prancis.

"Tujuannya bukan untuk menerjemahkan semua kata demi kata. Tapi, saya sudah memikirkan apa yang akan saya katakan dalam Bahasa Inggris jika saya menafsirkan pelatih yang berbahasa Prancis atau Italia, sambil mendengarkannya pada saat yang sama," kata Costante.

"Saya tahu beberapa orang merasa sulit untuk memahaminya. Tapi, saya kira kita semua melakukan lebih dari satu hal pada satu waktu dengan otak kita. Ketika saya mengerjakan sebuah pertandingan, saya selalu menonton pertandingan sebenarnya dari tribun dengan buku catatan saya karena anda bisa merasakannya, dan anda melihat apa yang terjadi di lapangan," ungkap Constante.

"Jika seorang pemain keluar karena cedera atau seseorang dikeluarkan, saya akan mencatatnya, karena saya tahu seorang jurnalis akan menanyakan hal-hal itu selama konferensi pers setelah pertandingan," beber Constante.

Berurusan dengan pelatih yang berbeda membuat Constante paham bahwa beberapa orang akan lebih pemarah daripada yang lain jika tim mereka kalah dalam permainan. Dalam situasi itu, mereka kemudian harus menghadapi rentetan pertanyaan yang membosankan.

"Saya melakukan pekerjaan saya dalam pertandingan Manchester United melawan Juventus di Old Trafford (Oktober 2018). Saat itu, MU kalah 0-1. Jelas bahwa Jose (Mourinho) marah. Tapi, dia baik kepada saya dan berterima kasih kepada saya setelah konferensi pers selesai," beber Constante.

Dalam video yang juga viral dari sesi konferensi pers tersebut, Mourinho terlihat mengangguk-angguk selama Costante mengulangi jawaban pembukaannya yang panjang dalam Bahasa Italia. "Sempurna!" kata Mourinho saat itu setelah Costante selesai menerjemahkan ke Bahasa Inggris.

"Jelas, beberapa pelatih berbicara lebih dari satu bahasa dan mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan penerjemah. Bahkan, mereka akan turun tangan untuk mengoreksi penerjemah jika merasa telah melakukan kesalahan," ucap Constante.

"Beberapa dari pelatih itu memang memiliki reputasi (menguasai banyak bahasa asing). Tapi, itu adalah sesuatu yang berhasil saya hindari sejauh ini. Hanya saja, itu (melakukan kesalahan penerjemahan) pasti membuat anda tetap waspada, pungkas Constante.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network