Kisah Warriors FC, Klub Terbaik Singapura Kini Tinggal Nama

"Klub ini dulunya bernama Singapore Armed Forces FC. Lalu, apa yang terjadi?"

Biografi | 10 February 2022, 20:11
Kisah Warriors FC, Klub Terbaik Singapura Kini Tinggal Nama

Libero.id - Singapore Armed Forces Football Club (SAFF FC), yang kemudian berganti nama menjadi Warriors FC, pernah jadi klub terhebat di Singapura. Bahkan, Asia Tenggara. Rekor sembilan gelar S-League jadi bukti. Tapi, apa kabarnya The Rhinos sekarang? 

Jika anda mengikuti sepakbola di Asia Tenggara sejak lama, pasti kenal SAFF alias Warriors. Mereka adalah klub terbaik di Negeri Singa selama lebih dari dua dekade. Pemain-pemain nasional Singapura, baik lokal maupun naturalisasi, banyak berasal dari klub ini.

Warriors juga menjuarai kompetisi elite Singapura pada 1997, 1998, 2000, 2002, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2014. Mereka juga menjadi satu-satunya klub asal Singapura yang mampu mencapai babak grup Liga Champions Asia.

Namun, itu masa lalu. Akibat pandemi Covid-19, Warriors tumbang. Mereka mengalami krisis keuangan yang sangat parah selama pandemi. S-League (sekarang Liga Premier Singapura) 2019 menjadi musim terakhir mereka di sepakbola. Dan, sejak 2020, Warriors vakum.

Warriors gagal memenuhi syarat Asosiasi Sepakbola Singapura (SFA) lantaran mengalami defisit finansial 1,1 juta dolar Singapura (Rp11,7 miliar) di akhir musim 2018. Krisis keuangan yang dialami membuat FAS melarang Warriors ambil bagian di kompetisi sejak 2020. Itu adalah vonis yang mengguncang komunitas sepakbola lokal hingga ke pondasinya.

Apalagi, Pengadilan Singapura kemudian memerintahkan Warriors membayar denda 26.000 dolar Singapura (Rp277 juta) dan melunasi gaji yang tertunggak sekitar 300.000 dolar Singapura (Rp3,2 miliar). Itu untuk gaji 35 orang.

Orang-orang yang itu terdiri dari karyawan klub, staf teknis, pemain, pelatih, asisten pelatih, hingga sejumlah eksekutif. Contohnya, striker Prancis, Jonathan Behe, yang belum dibayar 20.253 dolar Singapura (Rp216 juta) dari September hingga November 2019. 

Pemain lainnya adalah Ignatius Ang Yu Heng dan Muhammad Fadhil Noh, yang tidak dibayar 15.000 dolar Singapura (Rp170 juta). Lalu, Poh Yi Feng, yang tidak dibayar 12.000 dolar Singapura (Rp128 juta), dan Yeo Hai Ngee, yang tidak dibayar 11.000 dolar Singapura (Rp117 juta). Sementara salah satu staf pelatih, Lee Bee Seng, tidak dibayar 33.000 dolar Singapura (Rp352 juta) dari Juni hingga Desember 2019.

"Pendapatan kami yang diharapkan tidak terpenuhi (karena pandemi). Itulah sebabnya kami mengalami masalah keuangan," kata Ketua klub Philip Lam saat itu, dilansir The Strait Times.

"Kami telah mencoba pindah ke lokasi yang lebih baik untuk ruang permainan kami, yang merupakan sumber utama pendapatan kami. Tapi, kami menghadapi satu demi satu kendala dalam mencoba mengamankan lokasi yang lebih baik. Tidak ada pertandingan berarti tidak ada pemasukan," tambah Lam.

Ketika Warriors terlambat menyerahkan laporan keuangan untuk periode 2017 dan 2018, terungkap bahwa auditor telah menemukan defisit modal bersih lebih dari 1,1 juta dolar Singapura (Rp11,7 Miliar) pada akhir 2018.

Tentu saja, bagi penggemar sepakbola di Negeri Singa, kebangkrutan Warriors benar-benar mengejutkan. Pasalnya, mereka merupakan salah satu klub tradisional yang sudah lama eksis. 

Warriors dibentuk pada 1975 sebagai tim sepakbola Asosiasi Olahraga Angkatan Bersenjata Singapura (SAFSA). Tujuan awalnya untuk memberikan kesempatan kepada pemain sepakbola berbakat yang bergabung dengan militer untuk tetap bisa bermain secara profesional.

Ketika S-League dibentuk pada 1996, Warriors bergabung dengan menggunakan nama SAFF. Mereka menempati posisi kedua pada 1996, 1999, dan memenangkan liga pada 1997 serta 1998. 

Selanjutnya, The Rhinos menjelma menjadi klub terbaik di Singapura. Dan, kemudian manajemen klub beralih dari militer kepada swasta pada 2013. Akibatnya, klub kemudian berganti menjadi Warriors pada 20 Januari 2013. Setahun kemudian, mereka meraih gelar liga kesembilan. Sialnya, itu menjadi trofi terakhir sebelum vakum pada 2020.

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network