Dibayangi Gagal ke Kompetisi Eropa, Lyon Tuding Skandal dan Ketidakadilan

"Hanya juara Liga Champions musim ini yang bisa membawa Lyon ke Eropa. Potensi kerugian Rp 1,75 triliun."

Berita | 13 August 2020, 06:04
Dibayangi Gagal ke Kompetisi Eropa, Lyon Tuding Skandal dan Ketidakadilan

Libero.id - Dari delapan presiden klub perempat finalis Liga Champions musim ini, Jean-Michel Aulas menjadi yang paling kontroversial. Bos besar Olympique Lyon itu dikenal sangat vokal jika ada kebijakan FFF, UEFA, atau FIFA yang merugikan klubnya.

Jelang pertandingan melawan Manchester City, Aulas menyatakan peluang Lyon tampil di Liga Champions musim depan 1 berbanding 1 juta. Pasalnya, Les Gones harus menjuarai kompetisi elite Benua Biru tersebut musim ini jika ingin tampil di Eropa musim depan. Untuk juara, klubnya harus melewati jalan berliku dan terjal, termasuk mengalahkan The Citizens.

"Meski peluangnya kecil, ini lebih baik daripada tidak sama sekali. Ini perjalanan yang sulit. Kami harus menyingkirkan tim yang mengalahkan Real Madrid. Hanya keberuntungan yang akan membantu Lyon," ujar Aulas, dilansir Eurosport.

Aulas pantas marah karena hanya trofi Liga Champions musim ini yang akan membawa Lyon berpartisipasi di kompetisi Eropa musim ini. Pasalnya, akibat kebijakan FFF yang menghentikan Ligue 1 dan menyerahkan trofi kepada Paris Saint-Germain terkait pendemi Covid-19, Lyon dipaksa finish di peringkat 7.

Berkali-kali, Aulas menyebut hal tersebut sebagai "ketidakadilan" dan "skandal". Pasalnya, tanpa melihat kondisi obyektif terkait jumlah orang yang terinfeksi Virus Corona, otoritas tertinggi sepak bola Negeri Mode memutuskan menghentikan kompetisi di pekan 28. Saat itu, PSG di puncak, Olympique Marseille runner-up, Rennes peringkat 3 dan Lyon gagal masuk zona Eropa.

"Liga telah melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Kami tidak memiliki hak ketika ada begitu banyak masalah untuk menghentikan satu kejuaraan sementara yang (negara) lain tidak berhenti. Ini adalah ketidakadilan yang mendalam dan saya tidak akan memaafkan. Putusan ini adalah skandal yang absolut," tambah Aulas.

Menurut Aulas, langkah yang diambil pemerintah Jerman dengan mengizinkan Bundesliga digelar sangat bijaksana. Begitu pula dengan Spanyol, Italia, Inggris, Portugal, dan beberapa negara Eropa lainnya.

"Lyon memberi selamat Javier Tebas (presiden Asosiasi Sepak bola Spanyol) dan La Liga atas kembalinya sepak bola di negeri mereka. Kami ikut senang ketika mendengar Perdana Menteri Spanyol (Pedro Sanchez) yang mengatakan La Liga bisa dipertandingan mulai 8 Juni 2020. Langkah itu seharusnya diikuti pemerintahan di negara kami (Prancis)," ungkap Aulas.

Dengan pembatalan Ligue 1 yang berujung kegagalan Lyon ke kompetisi Eropa musim depan jika tidak bisa menjuarai Liga Champions musim ini, Aulas memastikan kerugian besar didapatkan. Angkanya mencapai 100 juta euro.

"Uang 8-9 juta euro yang didapat pada pertandingan melawan Juventus bukanlah apa-apa. Jika ada pertandingan dengan suporter, kami akan mendapatkan 6-7 juta euro. Jadi kita berbicara tentang maksimal 15-20 juta euro (uang yang hilang saat ini). Jika (musim depan) kami tidak bermain di Eropa, akan ada uang hingga 80 juta euro yang hilang. Artinya, kami rugi 100 juta euro," beber Aulas.

Bagi sepak bola Prancis, Aulas dikenal sebagai presiden klub yang paling vokal. Selama bertahun-tahun menjadi penguasa Lyon, dia sangat sering berseberangan pendapat dengan para pengurus FFF maupun LFP. "Saya hanya ingin mereka memperlakukan klub dengan asil," ucap Aulas.

Aulas mengambil alih kepemilikan Lyon pada 15 Juni 1987. Pengusaha teknologi informasi tersebut membangun Les Gones dari nol. Sejumlah pemain muda dididik hingga matang dan beberapa pesepakbola bagus didatangkan. Hasilnya, tujuh trofi Ligue 1 beruntun dikoleksi pada 2001/2002, 2002/2003, 2003/2004, 2004/2005, 2005/2006, 2006/2007, dan 2007/2008.

Namun, tidak selamanya sukses Lyon berkat kehebatan para pemainnya. Politik di organisasi sepak bola Prancis yang dilakukan Aulas juga memiliki andil besar. Selama ini dirinya sangat sering bersuara ketika ada masalah di kompetisi Negeri Mode. Misalnya ketika PSG merusak tatanan Ligue 1 dengan belanja banyak pemain mahal.

"Kami hanya ingin berkompetisi dengan adil. Sepakbola harus dibangun dengan kondisi yang setara agar tercipta kompetisi dengan kualitas bagus," lanjut pria kelahiran 22 Maret 1949 itu.

Sesuai jadwal, Lyon akan melawan Man City di Estadio Jose Avalade, Lisbon, Minggu (16/8/2020) dini hari WIB. Itu akan menjadi tantangan berat untuk Les Gones, meski pada babak 16 besar sanggup menyingkirkan Juventus. Pasalnya, The Citizens memiliki skuad yang lebih solid. Pasukan Pep Guardiola itu juga menjadi tim yang sanggup menghentikan langkah Madrid.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network