Kisah Patrick Vieira, Cadangan AC Milan Menjadi Roh Arsenal yang Tak Terkalahkan

"Siapa sangka, tersia-siakan di Italia, Vieira menjadi gelandang jangkar legendaris Arsenal."

Biografi | 05 November 2020, 12:54
Kisah Patrick Vieira, Cadangan AC Milan Menjadi Roh Arsenal yang Tak Terkalahkan

Libero.id - Setelah didatangkan dari Cannes, dimana ia memulai debutnya pada usia 17 tahun dan menjadi kapten dua tahun kemudian, karier Patrick Vieira tampaknya menuju kegemilangan manakala ia pindah ke AC Milan. Vieira bergabung dengan I Rossoneri jelang penutupan musim 1995.

Namun apa yang terjadi sungguh di luar harapannya. 12 bulan kemudian, ia hanya membuat dua penampilan di tim utama dengan sebagian besar waktunya dihabiskan di bangku cadangan.

Pada waktu itu, Vieira seperti pemain muda berbakat yang bingung karena ia sendiri ingin hengkang dari Milan namun masih belum menemukan tim yang cocok. Sempat dikaitkan dengan Ajax, namun tidak terjadi kesepakatan dan pada pertengahan Agustus 1996, Vieira resmi bergabung dengan Arsenal. Pindah ke Highbury, Vieira dilatih oleh orang senegaranya, Arsene Wenger.

Dalam salah satu langkah paling mencengangkan dalam sejarah transfer modern, Wenger mengangkat seorang gelandang tak dikenal dari tanah Itali menjadi pemimpin Arsenal yang ikonik. Kelak Vieira akan selalu dikenal sebagai salah satu bagian dari 'The Invincibles' milik Arsenal ketika menyelesaikan Liga Premier musim 2003/04 tanpa terkalahkan.

Vieira memulai debutnya untuk The Gunners pada bulan November 1996. Pada akhir musim pertamanya, Vieira telah membuat 38 penampilan di semua kompetisi. Penampilannya sangat solid di lini tengah The Gunners membuat mereka finis di tempat ketiga Liga Premier, hanya kehilangan kualifikasi Liga Champions karena selisih gol.

Ketika Emmanuel Petit bergabung di musim berikutnya, lini tengah Arsenal semakin solid dan dari sana sebuah dongeng luar biasa tercipta.

Pada saat itu, Manchester United yang sudah  memenangkan dua gelar liga dari dua edisi terakhir dan mereka adalah tim favorit juara dengan dominasi anak asuh Sir Alex Ferguson yang sangat kuat.

Nyatanya, tim asuhan Arsene Wenger adalah lawan yang sering merepotkan Setan Merah, dan hal itu mereka buktikan ketika United menyambangi markas Arsenal di Highbury pada November 1997.

Dalam permainan taktik dan keuletan, keterampilan dan fisik, tim Wenger menang dengan Vieira mencetak salah satu gol dalam kemenangan 3-2. Arsenal sukses mengudeta gelar United, dan beberapa musim berikutnya, Patrick Vieira adalah orang yang akan sering berselisih dengan Roy Keane di dalam maupun luar lapangan.

Sayangnya, cedera lutut sempat memengaruhi performanya. Tak lama setelah ia kembali, semangat dan keinginan yang luar biasa untuk menebus waktu yang hilang, kartu merah tiba-tiba menjadi pemandangan yang akrab bagi pemain Prancis yang agresif itu.

Di bulan Januari saat melawan Coventry City, ia dikeluarkan dari lapangan menyusul pelanggaran kerasnya, meskipun keputusan wasit saat memberikan Vieira kartu merah adalah keputusan yang menurut Wenger ”benar-benar konyol".

Pada musim itu, Arsenal berhasil merebut gelar liga dari genggaman Alex Ferguson, dengan selisih satu poin. Itulah titik di mana Arsenal dinobatkan sebagai klub top Inggris untuk pertama kalinya sejak itu.

Mereka juga sukses merengkuh Piala FA dengan mengalahkan Newcastle United 2-0 di final. Trofi tersebut membuktikan kunci untuk membuka pintu ke periode kesuksesan bagi tim Lindon utara yang belum pernah diraih sebelumnya. ketika Tony Adams pensiun pada tahun 2003, hanya ada satu kandidat untuk mengambil ban kapten, dan pemain itu adalah Patrick Vieira.

Selama sembilan tahun, Vieira telah bermain lebih dari 400 pertandingan untuk Arsenal dan memenangkan tiga mahkota Liga Premier dan empat Piala FA, termasuk gelar 'ganda' lainnya pada tahun 2002.

Namun, pada musim 2003/04, dengan Vieira yang memegang ban kapten selanjutnya, Arsenal berubah menjadi tim yang disegani dengan rekor hebat, dan bocah yang dahulu tak terpakai di Italia kini menjadi pemain besar di tanah ratu Elizabeth. Dari 38 pertandingan, Arsenal berhasil meraih 26 kemenangan, 12 seri , dan tidak mengalami kekalahan adalah sebuah catatan statistik yang selamanya akan dikenang sebagai 'Season of the Invincibles.'

Pada saat itu, terutama mengingat daya saing dari Liga Premier dan rasa lapar Manchester United yang rakus akan gelar, tampaknya hanya keangkuhan yang fantastis dari sebuah klub untuk bisa melewati musim domestik tanpa dikalahkan. Itulah yang dilakukan Arsenal dengan Patrick Vieira yang dominan di tengah lapangan.

Selama edisi tersebut, Vieira hanya mencetak dua gol, dan salah satu golnya cukup istimewa manakala ia mencetak gol dalam pertandingan imbang 2-2 saat berhadapan dengan Tottenham Hotspur. Tentu saja, dalam pertandingan yang digelar pada 25 April 2004 itu menuntut The Lilywhites untuk bisa menumbangkan pasukan Arsene Wenger.

Jelas tekanan besar ada di pundak Vieira serta rekan satunya tim, Sol Campbell. Pada akhirnya anak-anak The Gunners mampu memimpin pertandingan terlebih dahulu kendati harus bermain imbang di akhir laga dan Patrick Vieira sukses mengangkat trofi Liga Premier, dan membuat dirinya sendiri mendapat tempat di antara para pemain hebat Meriam London.

Pertandingan final Piala FA 2005 menjadi perpisahan yang sempurna untuk Vieira dan Arsenal. Pertandingan yang mempertemukan The Gunners dan Manchester United itu berhasil dimenangkan mereka melalui gol yang dicetak Vieira saat adu penalti di London utara.

Di musim berikutnya, ia pindah ke Serie A bersama Juventus, yang disusul dengan Inter Milan sebelum kembali lagi ke Inggris bersama Manchester City. Vieira kemudian menyatakan pensiun dari lapangan hijau pada 7 Juli 2010. Dia akan dikenang sebagai pemain bintang dunia, pemenang multi-trofi, baik bersama negara dan klub, serta kini sedang menikmati masa kepelatihannya bersama OGC Nice.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network