Kisah Pablo Aimar, Pemain Hebat Argentina yang Hidup di Bawah Bayang-bayang Juan Roman Riquelme

"Pilihan Lionel Messi saat membandingkan keduanya."

Analisis | 05 November 2021, 14:16
Kisah Pablo Aimar, Pemain Hebat Argentina yang Hidup di Bawah Bayang-bayang Juan Roman Riquelme

Libero.id - Hampir tiga tahun setelah pensiun dari permainan, tepatnya pada 23 Januari 2018, Pablo Aimar kembali bermain dalam sebuah laga amal. Saat itu gelandang Argentina sudah berusia 38 tahun.

Dalam laga itu Aimar mengenakan ban kapten untuk Estudiantes de Rio Cuarto, klub Argentina tempat dia menghabiskan delapan tahun di tingkat pemuda.

Keesokan harinya, Aimar akan menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Juan Roman Riquelme, playmaker lain yang sangat berbakat yang kariernya memiliki banyak kesamaan dengan karier Aimar.

“Aimar banyak mengajari saya,” ungkap Riquelme. “Satu-satunya hal yang kami lewatkan adalah bermain bersama di level klub. Saya tidak bisa meyakinkan dia untuk datang ke Villarreal.”

Pada akhir 1990-an, Aimar dan Riquelme sama-sama muncul di sepakbola Argentina. Mereka masuk dalam bagian penting di skuad utama di Buenos Aires.

Yang satu lulusan River Plate, yang lain produk Boca Juniors.

Keduanya membintangi kemenangan Argentina di Kejuaraan Dunia Pemuda FIFA 1997. Mereka mengalahkan tim Inggris yang berisi Jamie Carragher (19), Danny Murphy (20) dan Michael Owen (17).
Dalam kemenangan 2-1 Argentina atas Inggris, Aimar (17) dan Riquelme (18) menyumbang satu gol masing-masing. Sejak saat itu, karier mereka seolah saling bersaing.

Setelah membangun reputasi sebagai salah satu pemain muda berbakat di Argentina, Aimar pindah ke Spanyol pada 2001. Sementara Riquelme mengikutinya setahun kemudian.

Antara akhir 1990-an dan akhir 2000-an, Aimar akan mendapatkan 52 caps untuk Argentina, sementara Riquelme mengumpulkan 51 caps.

Bersamaan sampai akhir, kedua pemain mengakhiri karier mereka dengan mantra di dua klub Argentina pertama mereka: Aimar di River dan kemudian Estudiantes Rio Cuarto; Riquelme dengan Boca dan kemudian Argentinos Juniors.

Meski saling bersaing, Aimar dan Riquelme berteman baik di luar lapangan.

Terlepas dari kesamaan mereka, bagaimanapun, kedua pemain tersebut meninggalkan warisan yang berbeda.

Sementara Riquelme secara luas dianggap sebagai salah satu playmaker terbaik dari generasinya, Aimar cuma dianggap sebagai bayang-bayang Riquelme.

Ada alasan untuk menempatkan Riquelme di tempat yang lebih tinggi dari Aimar. Pertama, raihan trofi lebih siignifikan, terdiri dari empat gelar liga, tiga kemenangan Copa Libertadores dan segelintir piala lainnya.

Walau mantan playmaker Boca itu mendapatkan satu caps lebih sedikit dari Aimar di level internasional, Riquelme bisa dibilang membuat lebih banyak kesan di panggung terbesar. Riquelme unggul di Piala Dunia 2006 dan menjadi kapten Argentina untuk kemenangan di Olimpiade 2008.

Ada juga argumen yang benar-benar valid, tetapi lebih sulit untuk ditunjukkan bahwa Riquelme sedikit lebih berbakat secara alami.

Bagaimanapun, itu gagal untuk menjelaskan satu pertanyaan penting: Mengapa Riquelme tampaknya memiliki reputasi yang lebih besar di Eropa dan juga Amerika Selatan?

Riquelme menghabiskan empat setengah musim di Spanyol, satu bersama Barcelona dan sisanya — lebih sukses — di Villarreal. Dia bersinar antara 2003 dan 2006, meraih Pemain Asing Terbaik La Liga di musim 2004/2005 dan menempatkan gaya bermainnya yang mudah di depan mata Eropa.

Kami mengetahuinya. Sampai hari ini, playmaker yang intens menyerang dengan minim tanggung jawab bertahan itu berupaya keras menempati 'peran Riquelme'. Beberapa lainnya — Claude Makelele menjadi salah satu contoh nyata — telah secara komprehensif mendefinisikan posisi dan gaya bermainnya yang sesuai.

Tapi bagaimana dengan Aimar?

Mengingat reputasi masing-masing dari dua orang Argentina di Eropa, maka mudah berasumsi bahwa Riquelme menikmati kesuksesan yang lebih besar di sini.

Kehidupan Pablo Aimar

Namun, Aimar yang bermain di Eropa selama 12 tahun, yang lebih efisien mengubah penampilannya menjadi trofi Eropa.

Setelah tiba di Valencia pada Januari 2001, sang gelandang beradaptasi dengan mudah, mencetak gol debut dan mencapai final Liga Champions di paruh musim pertamanya.

Hanya sebulan setelah transfernya, David Lacey dari The Guardian mencatat:  “Gaizka Mendieta dan pemuda Argentina yang sangat berbakat, Pablo Cesar Aimar, membawa (Manchester) United dalam pertempuran akal yang mereka tahu terlalu banyak jawaban untuk kenyamanan.”

Selama tiga tahun berikutnya, Valencia akan mengklaim satu Piala UEFA dan dua trofi La Liga. Sejak kepergian Aimar, mereka tidak memenangkan keduanya.

Namun kesuksesan Aimar di Eropa tidak berakhir di situ.

Setelah menghabiskan dua tahun bersama Zaragoza pada pertengahan 2000-an, gelandang itu membentuk serangan mematikan saat pindah ke tim Portugal, Benfica, bekerja sama dengan Javier Saviola dan Angel di Maria.

Benfica memenangkan Liga Primeira 2009/2010, mencetak 78 gol dalam 30 pertandingan. Bahkan, Aimar menempati urutan kedua dalam peringkat assist.

Jadi, haruskah kita, orang Eropa yang menyaksikan Aimar yang sering brilian dan Riquelme yang terkadang brilian, tidak merujuk 'peran Aimar' sebanyak 'peran Riquelme'?

Sebuah teori tentang status

Bukan hanya penghargaan tim yang dapat menilai reputasi kedua pemain. Apalagi, Lionel Messi menganggap salah seorang pemain idolanya, Aimar, begitu enak ditonton.

Riquelme memang memiliki lebih banyak bakat alami daripada Aimar, tetapi dia memperkuat status legendanya dengan cara lain.

Sementara Aimar berbeda. Dia memiliki trik yang membuatnya mendapatkan dua julukan: 'badut' dan 'penyihir'. Tapi, dia juga seorang gelandang serang yang lebih ortodoks, seseorang yang bisa bermain di lubang, melebar, atau striker dalam berbagai sistem taktis.

Dia tidak harus menjadi pusat tim, dan dia tidak berhenti berlari ketika timnya kehilangan bola.

Aimar memiliki banyak talenta, tentu saja, tetapi keahliannya yang lebih lengkap membuatnya tidak terlalu mencolok di era gelandang serang yang hebat, termasuk ketika disandingkan dengan rekannya sendiri, Juan Roman Riquelme.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network