Kisah Yunus Musah, The Next Paul Pogba yang Jadi Rebutan Banyak Timnas

"Pilih Amerika Serikat, Inggris, atau Ghana?"

Biografi | 21 October 2021, 16:17
Kisah Yunus Musah, The Next Paul Pogba yang Jadi Rebutan Banyak Timnas

Libero.id - Dari Amerika Serikat ke Italia, kemudian Inggris hingga Spanyol, pemain sayap yang kini memperkuat Valencia bernama Yunus Musah memiliki perjalanan karier yang luar biasa dan unik.

Lahir di New York City dari orang tua keturunan Ghana, Musah dan keluarganya sempat menghabiskan sembilan tahun tinggal di Kota Castelfranco Veneto, Italia utara.

Di sanalah dia bergabung dengan klub pertamanya, klub lokal bernama Giorgione Calcio 2000, dan bakatnya langsung terlihat jelas sejak dia tiba.

Hal itu diakui oleh mantan pelatih pertama Musah, Giulio Rinaldi, yang sempat mencoba memainkan Musah bersama dengan pemain yang usianya lebih tua.

Sejak usia dini, sudah jelas bagi Rinaldi bahwa Musah lebih unggul dari teman-temannya. Kepribadiannya yang pemalu dapat dimengerti mengingat usianya, tetapi Musah memiliki bakat alami yang tidak bisa diabaikan oleh Rinaldi.

"Meskipun dia sangat pemalu, dia menerima dan mengambil bagian dalam permainan. Segera saya menyadari dia istimewa. Bahkan jika dia tidak pernah bermain sepakbola sebelumnya, keterampilannya terlihat brilian pada pandangan pertama. Hanya dalam lima menit dia mencetak dua gol, meski masih di bawah umur."

Bermain untuk Klub-klub Top Eropa

Musah dan keluarganya kemudian pindah ke London ketika dia memasuki usia 10 tahun. Tak lama setelah itu, pemuda ini bergabung dengan akademi Arsenal.

Di tempat baru yang penuh tantangan itu, Musah menunjukkan bahwa dirinya memiliki kemampuan teknis dan atribut fisik untuk sukses di level tertinggi. Dia melakukan debutnya bersama Arsenal U-18, meski saat itu usianya dua tahun terpaut lebih muda.

Musah memainkan 16 pertandingan dan mencetak lima gol serta menyumbang tiga assists. Tetapi, seperti banyak pemain Liga Premier pemula di akademi Inggris, Musah membuat keputusan untuk pindah ke luar negeri.

Pada Agustus 2020, dia pindah ke klub La Liga, yakni Valencia. Dia melakukan debut untuk tim utama dalam kemenangan 4-2 atas Levante.

Setelah menyatakan dia lebih suka bermain di tengah, Javi Gracia memainkan Musah sebagai pemain di kedua sektor sayap musim ini.

Sepintas, Musah gagal menunjukkan prestasinya musim ini. Dengan hanya satu gol dan tidak ada assist dalam 27 penampilannya di liga, banyak yang akan menghapus namanya dalam ingatan musim ini.

Tetapi, sejumlah hal perlu diperhitungkan. Pertama, dia baru berusia 18 tahun dan memiliki setidaknya lima tahun untuk terus berkembang. Kedua, dia telah digunakan sebagai pemain pengganti di sekitar setengah pertandingan yang dia ikuti.

Kita juga harus mengakui kekacauan di Valencia. Belakangan ini, Los Che melepas pemain bintang seperti Ferran Torres, Dani Parejo, Norberto Neto, dan Joao Cancelo.

Setelah klub memenangkan gelar La Liga di bawah Rafa Benítez, Valencia duduk di urutan ke-13 pada saat penulisan, dengan hanya delapan kemenangan dalam 30. Dan, secara matematis, posisi itu membawa mereka ke jurang degradasi.

Peringkat Musah tidak terlalu tinggi secara statistik, bahkan kita melihat pemain menyerang U-23 di La Liga musim ini. Namun, Musah masih berusia 18 tahun, masih ada ruang untuk berkembang sangat besar.

Jadi Rebutan Banyak Timnas

Karena kelahirannya di Amerika Serikat, dibesarkan di Italia, masa remaja di Inggris, dan keturunan Ghana, Musah dimanjakan dengan banyak pilihan ketika harus memilih tim nasional.

Dibatasi untuk Inggris dari level U-15 hingga U-18, pemain sayap itu dipanggil ke tim nasional putra AS oleh Gregg Berhalter pada November 2020.

Bintang muda kelahiran New York ini tampil empat kali dan membuat assist dalam kemenangan 4-1 atas Jamaika pada Maret 2020.

Namun, Musah masih hanya tampil di laga persahabatan untuk USMNT sehingga bisa berubah pikiran. Tetapi, anak muda itu siap mewakili negara kelahirannya di masa depan.

"Saya memutuskan untuk mewakili Amerika Serikat, pertama dan terutama karena itu adalah negara tempat saya dilahirkan. Saya merasa proyek yang kami miliki sangat menarik," kata Musah dalam video YouTube.

Sementara Rinaldi berpikir Musah bisa saja menempa karier dengan salah satu tim nasional potensialnya.

“Saya berharap bisa melihatnya di Piala Dunia berikutnya, tidak masalah apakah dia akan mengenakan jersey Ghana, Inggris, Amerika, atau Italia. Paling penting adalah melihatnya di level tertinggi," kata Rinaldi.

Pelatih Inggris, Gareth Southgate, diduga mendekati Musah untuk membujuknya agar tetap bersama The Three Lions walau fokus Musah teralihkan oleh proyek yang menarik di Amerika Serikat, tim nasional yang dipenuhi dengan talenta seusianya.

Apakah Inggris kehilangan bintang potensial? Lima tahun ke depan akan menjadi sangat penting dalam perkembangan Musah menjadi talenta tingkat atas.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network