Kisah Mame Biram Diouf, Striker Senegal yang Gagal di Inggris Sukses di Turki

"Konsistensi posisi menjadi kuncinya."

Biografi | 10 October 2021, 01:26
Kisah Mame Biram Diouf, Striker Senegal yang Gagal di Inggris Sukses di Turki

Libero.id - Di Liga Premier, Mame Biram Diouf adalah pemain pekerja keras yang terkadang kurang tenang. Di Turki, pada usia 33 tahun, dia adalah mesin gol.

Lebih dari tiga tahun yang lalu, sepertinya Diouf tidak akan pernah mencetak gol lagi. Dengan hanya empat pertandingan tersisa dari musim Liga Premier 2017/2018, Stoke City hanya berjarak lima poin dari zona aman. The Potters membutuhkan penyerang mereka untuk aktif mencetak gol dengan cepat.

Pada 22 April, dalam pertandingan kandang melawan Burnley, mereka memiliki peluang besar untuk melakukannya.

Stoke memimpin pada menit ke-11, Diouf memberikan assist, dan ketika pemain Senegal itu mendapati dirinya tanpa penjagaan di depan gawang tidak lama kemudian, tiga poin siap untuk diambil.

Namun, Diouf seperti lupa bagaimana menendang bola. Diouf membuang kesempatan dan tidak percara diri sekalipun bermain dengan dukungan tuan rumah.

"Mungkin terlihat buruk dari tempat Anda duduk seperti saat saya berdiri," kata Pelatih Stoke saat itu, Paul Lambert. "Dia tidak pernah membuat keputusan tentang apakah akan menembak atau mengontrolnya, dia seperti terjebak di situasi itu."

Burnley menyamakan kedudukan di babak kedua, dan degradasi Stoke dikonfirmasi dua minggu kemudian.

Setelah kehilangan momen itu, Diouf tidak mencetak gol untuk Stoke selama 580 hari. Dan, gol kemenangan yang dramatis melawan Wigan adalah satu-satunya gol yang dia cetak selama dua musim yang sulit di Championship.

Diouf akhirnya meninggalkan Inggris pada Juli 2020. Dia adalah penyerang tanpa gol berusia 32 tahun yang memiliki kemampuan untuk berlari, sesekali dia menggantikan posisi bek sayap.

Pada saat itu, hanya sedikit yang mengira dia akan menjadi salah satu pencetak gol paling andal di benua itu.

Maju cepat ke hari ini, Diouf yang berusia 33 tahun tidak lagi terjebak dengan momen buruknya saat membela Stoke.

Anda akan terkejut jika dia bermain tanpa mencetak gol, apalagi sepanjang musim saat dia melakukannya pada 2018/2019.

Di tim Super Lig Turki, Hatayspor, Diouf telah terlahir kembali. Musim lalu, di kesempatan pertama Hatayspor di divisi teratas, veteran itu mencetak 19 gol dalam 38 pertandingan. Torehan itu membawa timnya finis di urutan keenam secara tak terduga.

Itu adalah perolehan gol terbaik Diouf secara keseluruhan sejak 2009 ketika dia menarik perhatian Sir Alex Ferguson saat bermain di Norwegia dan penghitungan liga terbaik sepanjang kariernya.

Yang menjadi bagian dari alasan kebangkitan Diouf tampaknya adalah konsistensi. Di Stoke, dia sering dimainkan di posisi yang berbeda. Sang manajer memainkannya di sayap atau bahkan di bek sayap. Ketika dia kembali ke posisi penyerang tengah, dia bisa terlihat seperti tersesat saat membela The Potters.

Di Hatayspor, semuanya berbeda. Sejak hari pertama, pemain Senegal itu bermain sebagai penyerang tengah. Tidak sekali pun dia didorong melebar.

Konsistensi itu telah menuai hasil. Diouf memainkan tiga pertandingan untuk mencetak gol pertamanya di Turki. Sejak itu, dia telah mencetak gol kira-kira di setiap dua pertandingan.

Musim panas ini, juara Super Lig Besiktas mencoba memburu Diouf. Melihat berapa banyak gol yang dia cetak dengan tim yang baru dipromosikan. Mereka pasti tergiur membayangkan dia bermain di lini tengah dengan pemain elite lainnya.

Namun, Hatayspor menolak tawaran tersebut. Mereka justru menjadikan pemain berusia 33 tahun itu sebagai kapten baru mereka.

“Mame Diouf adalah striker yang baik dan atlet yang patut dicontoh,” kata Lutfu Savas, presiden klub dan walikota Hatay.

Untungnya bagi semua orang yang terlibat, tanggung jawab tambahan sebagai kapten tidak memengaruhi penampilan Diouf untuk mencetak gol. Pada September, sang striker mencetak gol sundulan dalam tiga pertandingan berturut-turut. Jumlah golnya musim ini adalah empat gol dari tujuh pertandingan.

Torehan itu membawa Minnows Hatayspor berada di urutan keempat, hanya terpaut tiga poin dari posisi teratas.

Ini adalah era yang tidak diperkirakan oleh penggemar Stoke yang paling menghargai Diouf menjadi kapten timnya, menantang pencetak gol terbanyak, bahkan memembantu mereka di kualifikasi Eropa.

Peremajaan Diouf adalah bukti dari kepercayaan diri dan konsistensi yang dilakukan sang pemain.

Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa Super Lig Turki tidak terlalu kompetitif, tetapi perlu dicatat bahwa Diouf hanya mencetak satu gol dalam 703 menit di kasta kedua Inggris dan sekarang mencetak gol setiap 166 menit di kasta tertinggi Turki.

(diaz alvioriki/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network