5 Kapten Terbaik Sepanjang Sejarah Liga Champions

"Nomor 3 melakukan comeback luar biasa pada 2005."

Analisis | 16 September 2021, 16:35
5 Kapten Terbaik Sepanjang Sejarah Liga Champions

Libero.id - Dalam sejarahnya, Liga Champions telah dihiasi oleh banyak pemain kelas dunia dan lebih spesifik lagi para pemain yang memegang tugas sebagai kapten.

Meskipun peran seorang kapten dalam sepakbola tidak begitu menonjol seperti dalam beberapa olahraga tim lainnya, seorang kapten yang baik dapat memimpin pasukannya dengan memberi contoh ketika semangat atau mental rekan-rekannya sedang turun.

Pada catatan itu, berikut adalah lima kapten terhebat dalam sejarah Liga Champions:

5. Javier Zanetti (Inter Milan)
 
Javier Zanetti memimpin Inter Milan meraih gelar Liga Champions 2010.

Zanetti mungkin adalah salah satu kapten yang paling diremehkan dalam sejarah Liga Champions.

Tetapi, tidak dapat disangkal bahwa mantan pemain Argentina itu memainkan peran kunci dalam kampanye peraih treble kontinental bersejarah Inter pada 2009/2010. Zanetti mengerahkan pasukannya di leg kedua semifinal Liga Champions kontra Barcelona di Camp Nou.

Dengan Inter unggul dua gol, tetapi mereka harus kehilangan satu pemain sejak 60 menit. I Nerazzurri pun bangkit melawan. Mereka berjuang dan bertahan seolah-olah hidup mereka bergantung kepada Zanetti. Inter akhirnya kalah pada malam itu, tetapi lolos secara agregat. Beberapa hari kemudian, Zanetti menjadi kapten non-Italia pertama yang meraih treble.

Zanetti yang serba bisa tidak menghasilkan kontribusi gol pada kampanye itu, tetapi dia memastikan pasukannya hidup untuk bertarung di hari lain. Sisanya, seperti yang mereka katakan adalah sejarah.

4. Peter Schmeichel (Manchester United)

Peter Schmeichel adalah salah satu kiper paling berprestasi yang pernah menghiasi Liga Champions. Kiper yang eksentrik, namun brilian. Schmeichel terkenal karena kecerobohannya saat timnya mengejar gol di akhir pertandingan.

Pemenang Euro 1992 bersama Denmark itu terpilih menjadi kapten Manchester United di final Liga Champions 1999 melawan Bayern Muenchen. Itu karena kapten reguler, Roy Keane, tidak bisa diturunkan karena cedera.

Schmeichel melakukan penyelamatan ajaib untuk menggagalkan upaya Ivan Zamorano di semifinal Liga Champions tahun itu. Tapi, dia dikalahkan di awal final saat Bayern memimpin lebih awal.

Namun, kombinasi penyelamatan bagus dari Schmeichel, kemudian Bayern membuang banyak peluang membuat Man United masih tertinggal satu gol saat memasuki injury time.

Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer mencetak gol berturut-turut untuk mematahkan hati Bayern saat Man United menjadi tim Inggris pertama yang memenangkan treble kontinental.

3. Steven Gerrard

Gerrard adalah aktor utama di balik keberhasilan Liverpool meraih gelar Liga Champions pada 2005. Dan, itu melalui cara-cara yang luar biasa.

Bahkan, dalam partai final yang digelar di Turki itu disebut-sebut sebagai 'Keajaiban Istanbul'. The Reds lebih dulu tertinggal tiga gol dari AC Milan di babak pertama.

Namun, kapten Liverpool itu memimpin perlawanan dan mulai menggetarkan I Rossoneri.
Gerrard memulai comeback dengan mencetak gol sundulan. Itu memberi keyakinan kepada rekan satu timnya bahwa pertandingan itu tidak sia-sia dan masih ada banyak waktu.

Setelah Vladimir Smicer membalaskan satu gol lagi, Gerrard memenangkan penalti yang dicetak Xabi Alonso dari rebound untuk mengembalikan keseimbangan.

Penjaga gawang Jerzy Dudek kemudian melakukan penyelamatan ganda yang menakjubkan dari Andriy Shevchenko saat Liverpool melanjutkan untuk memastikan kemenangan yang mustahil dari titik penalti.

Gerrard memulai comeback babak kedua di Istanbul dengan sundulan bagus saat Liverpool secara sensasional bangkit dari ketinggalan tiga gol di babak pertama untuk mengangkat trofi pada 2005.

Gerrard memimpin Liverpool ke final Liga Champions melawan lawan yang sama dua tahun kemudian. Tapi, kali ini tidak ada pengulangan Istanbul. Meski demikian, Gerrard sudah cukup banyak menorehkan namanya sebagai salah satu kapten paling inspiratif di Liga Champions.

2. Paulo Maldini

Paolo Maldini secara luas dianggap sebagai salah satu bek sayap terbaik yang menghiasi permainan. Meskipun dia tidak memberikan kontribusi gol sebanyak yang dilakukan oleh full-back modern, Maldini adalah batu di belakang untuk AC Milan, satu-satunya klub yang pernah dia bela.

Selama karier legendaris yang membentang dua setengah dekade, Maldini akan membawa Milan ke tiga final Liga Champions dalam lima tahun. I Rossoneri memenangkan dua di antaranya, dan hanya gagal mendapatkan yang ketiga karena comeback yang mustahil dari Liverpool.

Kemenangan terakhirnya dalam kompetisi pada 2007 adalah gelar Liga Champions kelimanya (keempat di era Liga Champions).

Maldini menghasilkan penampilan 'Man of the Match' dalam kemenangan Milan di final 2003 melawan Juventus, menampilkan masterclass defensif.

Dua tahun kemudian, melawan Liverpool, Maldini mencetak gol langka di Liga Champions saat I Rossoneri memimpin 3-0 di babak pertama. Tapi Liverpool menyangkal Maldini dan Milan dengan comeback babak kedua yang mustahil yang berpuncak pada kemenangan Liverpool lewat adu penalti.

Namun, pada 2007, melawan oposisi yang sama, Maldini dan Milan tidak dapat dibantah lagi.

1. Sergio Ramos

Ramos adalah salah satu bek paling produktif. Dia mencetak 15 gol di semua laga yang dimainkannya di Liga Champions.

Dua dari gol itu terjadi di final Liga Champions. Yang pertama di saat-saat terakhir final 2014 melawan Atletico saat terjadinya perpanjangan waktu, di mana Madrid mencetak tiga gol tanpa balas untuk memenangkan La Decima mereka.

Dua tahun kemudian, melawan lawan yang sama, Ramos melakukannya lagi. Gol pemain berusia 35 tahun itu pada menit ke-15 memberi Madrid keunggulan satu gol di babak pertama. Setelah Atletico mencetak gol untuk memaksa perpanjangan waktu, adu penalti terjadi, di mana kapten Madrid akan mencetak gol lagi.

Man of the Match di final Liga Champions 2016 akan membawa timnya meraih dua kemenangan lagi dalam beberapa tahun. Itu membuat Madrid bukan hanya satu-satunya tim yang berhasil mempertahankan gelar mereka di era Liga Champions, tetapi juga memenangkan tiga gelar secara beruntun.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network