Kisah Inspiratif Alireza Beiranvand, dari Gelandangan jadi Bintang Sepakbola Iran

"Jika anda ingat, dia mengagalkan penalti CR7 di Piala Dunia 2018. Perjalanann hidupnya luar biasa."

Biografi | 13 September 2021, 06:11
Kisah Inspiratif Alireza Beiranvand, dari Gelandangan jadi Bintang Sepakbola Iran

Libero.id - Setelah pertandingan pertama Iran di Piala Dunia 2014 melawan Nigeria, kiper Alireza Haghighi menjadi berita utama karena ketampanannya. Dia tiba-tiba  menjadi "kekasih online" bagi ribuan wanita di seluruh dunia.

Kemudian, kiper pilihan pertama Iran untuk Piala Dunia 2018, Alireza Beiranvand, tidak setampan Haghighi. Tapi, kisah hidupnya jauh lebih menggetarkan dan bisa menjadi inspirasi bagi jutaan orang di seluruh penjuru bumi.

Beiranvand lahir di Sarabias, Lorestan, dari keluarga yang hidup selalu berpindah-pindah dari pedesaan untuk mencari padang rumput bagi domba-domba mereka. Alireza adalah anak sulung sehingga wajar jika dia bekerja sejak dini untuk membantu keluarganya.

Pekerjaan pertamanya adalah penggembala dan setiap kali dia menemukan waktu luang dia bermain sepakbola dan "dal paran" dengan teman-temannya. Dal paran adalah olahraga tradisional Iran. Aktivitas ini melibatkan melempar batu jarak jauh. Anda tidak akan berpikir itu ada hubungannya dengan sepakbola. Tapi, bertahun-tahun kemudian itu membantu Beiranvand.

Ketika Beiranvand berusia 12 tahun, keluarganya menetap di Sarabias dan dia berlatih dengan tim lokal. Dia memulai sebagai striker. Tapim ketika kiper cedera, dia berdiri di antara mistar dan penyelamatan brilian sudah cukup untuk membuatnya tetap di sana. Beiranvand memutuskan menjadi penjaga gawang, meski ayahnya, Morteza Beiranvand, keberatan.

Beiranvand senior berpikir, seperti banyak ayah Iran, bahwa sepakbola tidak bisa menjadi pekerjaan dan lebih suka Alireza menjadi pekerja sederhana.

"Ayah saya sama sekali tidak menyukai sepakbola dan dia meminta saya untuk bekerja. Dia bahkan merobek pakaian dan sarung tangan saya dan saya bermain dengan tangan kosong beberapa kali," kata Beiranvand kepada The Guardian.

Penjaga gawang muda itu memutuskan untuk melarikan diri dari keluarganya dan pergi ke Teheran untuk mencari kesempatan di salah satu klub besar Iran. Dia meminjam uang dari seorang kerabat dan pergi ke Teheran dengan bus.

Di dalam bus ia bertemu dengan seorang pelatih sepakbola, Hossein Feiz, yang mengelola tim lokal di Teheran. Feiz memberi tahu Beiranvand bahwa dia akan membiarkannya berlatih dengan syarat membayar 200.000 Toman (Rp600.000). Tapi, Beiranvand tidak punya uang atau tempat tinggal.


Hidup di jalanan, tidur di emperan toko

Dia menghabiskan malam di sekitar Menara Azadi. Di sana, banyak orang miskin berkumpul. Suatu malam seorang salesman muda menawarkan Beiranvand sebuah kamar di rumahnya dan dia menerimanya. Tapi, itu tidak lama karena dia memilih tidur di luar klubnya.

"Saya tidur di dekat pintu klub dan ketika saya bangun di pagi hari, saya melihat koin-koin yang dijatuhkan orang untuk saya. Mereka mengira saya pengemis! Ya, saya sarapan yang enak untuk pertama kalinya setelah sekian lama," beber Beiranvand.

Akhirnya, Feiz setuju untuk memberi Beiranvand kesempatan berlatih tanpa harus membayar. Beiranvand tinggal di rumah rekannya selama dua minggu dan kemudian mulai bekerja di pabrik penjahitan milik ayah dari rekan satu timnya yang lain sehingga dia bisa tidur di pabrik pada malam hari.

Pekerjaan berikutnya adalah bekerja di pencucian mobil dan, karena tinggi badannya, ia menjadi spesialis dalam mencuci SUV. 

Suatu hari, Beiranvand menemukan dirinya dalam situasi yang sulit. Legenda Iran, Ali Daei, muncul untuk membersihkan mobilnya dan rekan-rekan Beiranvand mendorongnya untuk berbicara dengan mantan striker Bayern Muenchen itu untuk melihat apakah dia akan membantunya mengembangkan karier sepakbola. 

Beiranvand tidak menerima saran mereka. Dia lebih suka menemukan jalannya sendiri. "Saya tahu jika saya telah berbicara dengan Daei, dia pasti akan membantu saya. Tapi, saya malu untuk berbicara dengannya dan menceritakan tentang situasi saya," kata Beiranvand.

Segera setelah itu dia bertemu dengan pelatih Naft-e-Tehran dan pindah ke sana. Awalnya, klub membiarkan dia tinggal di musala. Tapi, setelah beberapa saat, mereka mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa tidur di sana lagi. 

Jadi, dia mencari pekerjaan di toko pizza untuk memiliki tempat tinggal di malam hari. Di sana, momen menantang lainnya muncul. Pelatihnya, yang tidak tahu apa-apa tentang pekerjaan Beiranvand, datang untuk membeli pizza. Penjaga gawang tidak ingin melihatnya. Tapi, pemilik toko memaksanya untuk melayani dan sang pelatih terkejut.

"Saya mengalami banyak kesulitan untuk mewujudkan impian saya. Tapi, saya tidak punya niat untuk melupakannya," ucap Beiranvand.

Mencari pekerjaan lain untuk memiliki tempat tinggal untuk malam itu sulit dan akhirnya dia menerima pekerjaan sebagai pembersih jalanan. Terkadang, dia harus menyapu taman besar sendirian dan sulit untuk tetap fit ketika pertandingan. 

Dipecat oleh Naft-e-Tehran karena berlatih dengan tim lain dan cedera, dia pergi ke Homa. Tapi, di sana enggan memberinya kontrak. Beiranvand merasa mimpinya sedang sekarat. 

Kemudian, pelatih Naft-e-Tehran U-23 menelepon dan mengatakan kepadanya bahwa jika dia tidak bergabung dengan klub lain, dia bisa kembali. "Mungkin sudah takdir bahwa pelatih Homa tidak ingin mengontrak saya. Jika saya tetap di tim itu, mungkin saya tidak akan pernah mencapai level seperti sekarang ini," ungkap Beiranvand.

Beiranvand mulai bersinar. Dia dipilih untuk Iran U-23 dan kemudian menjadi penjaga gawang tim utama Naft-e-Tehran. 

Tapi, itu adalah permainan masa kecilnya, dal paran, yang membuatnya terkenal di luar negeri. Melempar batu selama beberapa tahun memungkinkan dia untuk melempar bola lebih jauh dari banyak kiper lain dan assist 70 meternya melawan Tractor Sazi pada 2014 menarik perhatian media asing.

Pada  2015, Beiranvand akhirnya menjadi kiper pilihan pertama Iran. Dengan 12 clean sheets di kualifikasi, dia membantu Team Melli melaju ke Rusia. "Saya mengalami banyak kesulitan untuk mewujudkan impian saya. Tapi, saya tidak berniat melupakannya karena mereka membuat saya orang saya sekarang," kata Beiranvand.

Setelah Piala Dunia bersejarah, karier Beiranvand semakin moncer. Dia membela klub elite Persepoli sebelum pergi ke Belgia untuk membela Royal Antwerp pada 2020. Musim ini, pemuda berusia 28 tahun itu dipinjamkan ke Boavista di kompetisi Portugal.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network