Kisah Mark Viduka, Legenda Leeds United Kini Mengasingkan Diri Jualan Kopi

"Biasanya, mantan pemain akan tetap terhubung dengan sepakbola. Tapi, Viduka beda."

Biografi | 12 September 2021, 07:44
Kisah Mark Viduka, Legenda Leeds United Kini Mengasingkan Diri Jualan Kopi

Libero.id - Jika anda menyempatkan diri mengunjungi Zagreb, Kroasia, cobalah berkendara ke utara dengan jalanan yang terjal dan berkelok-kelok, hutan lebat, serta populasi yang semakin menipis. Tepat di luar Gereja St.Mirko beratap biru yang mencolok, tersembunyi di perbukitan, terdapat sebuah kedai kopi.

Melacak pemiliknya sulit, terutama karena dia tidak ingin ditemukan. Tapi, bagi mereka yang mengenalnya, dia pernah menjadi berita utama di sepakbola dengan total 269 gol yang dicetak di Glasgow Celtic, Leeds United, Middlesbrough, hingga Newcastle United.

Siapa dia? Dia adalah Mark Viduka. Meski berpaspor Australia dan membela tim Kanguru di berbagai ajang internasional, darah Viduka tetap Kroasia. Jadi, setelah pensiun, dia memutuskan kembali ke Zagreb dan membuka cafe yang menyediakan kopi dan live music.

"Orang-orang yang saya temui berkata: 'Kamu tidak seperti yang saya bayangkan'. Saya sering bertanya-tanya: 'Mengapa?' Saya sama sekali tidak terobsesi dengan ketenaran. Saya tidak menyukainya. Saya tidak terobsesi dengan uang. Hal itu hanya sebagai sampingan," ujar Viduka saat ditanya mengapa menjauh dari keramaian sepakbola, dilansir Dailymail.

"Anda telah melihat seperti apa sepakbola. Banyak penjilat. Orang-orang tidak jujur yang mencoba menipu anda. Tapi, saya selalu berusaha untuk tetap jujur pada diri saya sendiri," tambah Viduka.

"Mungkin itu sebabnya ada persepsi negatif ini, karena saya tidak sesuai. Saya lahir dan besar di Australia. Tapi, orang tua saya orang Kroasia. Saya memiliki toleransi Australia. Tapi, saya juga memiliki sisi Kroasia saya. Saya akan bertahan jika saya percaya pada sesuatu. Ini tentang jujur pada diri sendiri," ungkap Viduka.

Pilihan hidup Viduka setelah pensiun memang unik. Dia tidak tertarik menjadi pelatih, pengurus klub, agen pemain, atau komentator televisi. Padahal, jika dia mau, banyak klub dan stasiun televisi di Australia, Britania Raya, dan Kroasia yang menawari.

"Banyak pemain menyedot penggemar, pelatih, jurnalis, dan semua orang menyukai mereka. Tapi, orang macam apa ketika anda menghapus semua lelucon? Apakah mereka orang baik atau hanya main-main?" ucap Viduka.

Keberadaan Viduka sekarang jauh dari ketegangan sepakbola. Satu-satunya alasan dia bermain sebagai pembawa damai adalah diantara ketiga putranya yang masih remaja.

"Saya meninggalkan Australia untuk bergabung dengan klub Kroasia, Dinamo Zagreb, pada usia 19 dan jatuh cinta dengan gaya hidup di kota ini. Kami ingin membuka kafe untuk bersenang-senang. Kafe tempat semua orang diterima. Jadi, di sini (Zagreb) kita sekarang. Saya melakukan semua pekerjaan. Saya hanya duduk di sini dan minum kopi," ungkap Viduka.

Tapi, ketenangan Viduka sempat terganggu ketika gempa bumi besar melanda Zagreb. "Seolah-olah seseorang mengambil rumah itu dan mengguncangnya. Hal paling menakutkan yang pernah saya alami. Kami beruntung itu terjadi pada pukul 6.20 pagi dan selama lockdown (Covid-19). Jadi, tidak ada seorang pun di jalanan. Saya takut memikirkan betapa lebih buruknya hal itu," kata Viduka.

"Kami berlari keluar, dengan piyama kami, dan salju mulai turun. Kami harus duduk di dalam mobil selama berjam-jam, takut akan gempa susulan. Anda menyadari betapa lemahnya kita dibandingkan dengan alam," tambah Viduka.

Viduka meninggalkan Zagreb pada 1998 untuk menandatangani kontrak dengan Celtic di Skotlandia. "Saya bekerja keras di Celtic. Klub sedang kacau, tapi saya adalah pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik tahun itu. Saya benar-benar meninggalkan hati saya  di sana," beber Viduka.

Leeds kemudian mendatangkan Viduka pada 2000 setelah sukses di Skotlandia. Viduka menjelma menjadi pencetak gol terbanyak di masing-masing dari empat musimnya di Elland Road. Tapi, ada penyesalan bagaimana itu berakhir. Degradasi menyusul penjualan pemain terbaik mereka.

"Kami tidak memiliki petunjuk tentang masalah keuangan. Tapi, kemudian orang-orang seperti Woody (Jonathan Woodgate) dijual. Itu adalah bencana. Saya diusir di pertandingan terakhir saya, dan itu membuat saya frustrasi. Tim tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Setelah David O'Leary dipecat, kami kehilangan aura itu. Tidak ada disiplin yang sama," ungkap Viduka.

"Bukan hanya Peter Reid (pelatih yang berselisih dengan Viduka), seluruh klub menjadi tanpa hukum. Jika anda memiliki skuad bernilai jutaan, seperti kami, dapatkan pelatih yang bagus. Seseorang yang tahu apa yang dia lakukan. Lihatlah Marcelo Bielsa sekarang. Dia telah membuktikan apa yang bisa dicapai pelatih," beber Viduka.

Selain karier yang gemilang, Viduka juga sering dihubungkan dengan beberapa pemain Kroasia. Bahkan, banyak yang menyebut dirinya masih memiliki hubungan darah dengan Luka Modric. Benarkah?

"Tidak. Semua orang mengatakan itu. Dia berhubungan dengan sepupu saya melalui pernikahan. Tapi, kita berteman. Dia seorang pria yang baik. Rumahnya tidak jauh dari sini. Dia membelinya dari Zvonimir Boban," pungkas Viduka.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network