Kisah Stade de Reims, Klub Prancis Pertama di Final Eropa

"Memiliki sejumlah catatan emas di masa lampau"

Biografi | 04 September 2021, 17:32
Kisah Stade de Reims, Klub Prancis Pertama di Final Eropa

Libero.id - Stade de Reims adalah salah satu klub paling ikonik di sepak bola Prancis, mereka berhasil menjadi runner-up Liga Champions dua kali dan juara Liga Prancis enam kali.

Sejarah

Didirikan pada tahun 1934, Stade de Reims menjadi salah satu kekuatan sepakbola pasca perang yang diperhitungkan pada tahun 1950-an. Sampai hari ini, tidak ada klub Prancis lain yang bisa menyamai pencapaiannya saat mencapai final Piala Eropa/Liga Champions, yakni sebanyak dua kali. Mereka kalah pada kedua kesempatan itu dan satu di antaranya mereka bertemu dengan Real Madrid, final perdana kompetisi Liga Champions tahun 1956.

Mereka dominan di liga domestik, di mana tim berjuluk 'Les rouges et blancs' itu sukses mengkoleksi enam gelar Ligue 1 antara tahun 1949 dan 1962. Dikelola secara artistik menjadi tim yang tangguh oleh pelatih legendaris Albert Batteux, yang juga bermain untuk klub.

Tim Batteux didirikan berdasarkan 'jeu la rémoise', permainan Reims menjadi merek sepakbola dengan karakter menyerang yang dieksekusi dengan indah oleh Raymond Kopa, pemenang Ballon d'Or pertama Prancis dan Just Fontaine.

Kepergian Batteux pada tahun 1963 memicu penurunan drastis, mereka seperti kehabisan eksistensi. Tampilan di lapangan yang biasa-biasa saja membuat mereka terperosok di divisi kedua, para penggemar akhirnya menonton klub mereka terdegradasi ke divisi tiga karena alasan keuangan dan mau tidak mau, dinyatakan bangkrut pada Oktober 1991.

Pada Juli 1992, klub berhasil melahirkan kembali 'Stade de Reims Champagne', mereka memulai perjalanan panjang kembali ke Ligue 1 dengan finis di peringkat keenam sepak bola Prancis. Pada tahun 1998, mereka telah naik tiga divisi. Mereka dilatih oleh Marc Collat dan bermain di Ligue 2 pada tahun 2002. Setahun kemudian mereka terdegradasi tetapi setelah melewati 12 bulan yang penuh perjuangan, pelatih Ladislas Lozano sukses membawa Reims kembali ke Ligue 2 sebagai juara divisi Nasional.

Reims kemudian berjuang selama lima musim untuk bermain di kasta kedua, posisi ke-11 pada musim 2006/2007 adalah capaian terbaik mereka dalam periode itu. Turun lagi ke divisi ketiga pada 2008/2009, tetapi mereka berhasil kembali setahun kemudian, dan secara ajaib 20 tahun setelahnya mereka kembali ke Ligue 1 untuk pertama kalinya sejak 33 tahun pada Mei 2012.

Empat tahun yang penuh gejolak menyebabkan degradasi kembali terjadi pada tahun 2016, dan setelah Michel Der Zakarian gagal menyelamatkan Aïssa Mandi dkk dari jurang degradasi, mantan direktur akademi muda klub, David Guion kemudian ditunjuk sebagai bos tim utama. Dia mendapatkan promosi ke Ligue 2 dan juara dengan rekor perolehan poin dan jumlah kemenangan di tahun 2018.

Kini, klub yang bermarkas di Stade Auguste-Delaune itu dilatih oleh eks pemain Barcelona, Óscar García.

Ikon klub: Raymond Kopa

Meskipun Fontaine tetap menjadi pencetak gol terbanyak klub sepanjang masa, tidak ada seorang pun yang namanya bisa membayangi sejarah gemilang klub seperti Kopa. Lahir dengan nama Raymond Kopaszewski di wilayah pertambangan batu bara di Prancis utara, dia pertama kali ditemukan oleh Angers, dimana dia bermain selama dua tahun sebelum bergabung dengan Reims pada tahun 1951.

Dia memenangkan gelar liga dua kali. Dari tiga tahun bermain di Real Madrid, dimana ia bersama bersama Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas mengangkat Piala Eropa setiap tahun. Dia kembali ke Reims pada tahun 1959, satu tahun setelah dia memenangkan Ballon d'Or dan tetap bersama klub bahkan ketika mereka terdegradasi ke Ligue 2. Kopa membantu mereka kembali ke papan atas pada tahun 1966 sebelum mengakhiri kariernya 12 bulan kemudian.

Warna klub

Pelopor klub mengenakan kemeja berwarna emas dan celana pendek hijau untuk memberi kesan botol sampanye yang telah membuat kota dan wilayah itu terkenal. Mereka kemudian beralih ke warna oranye dan hitam di awal tahun 1930-an, tetapi ketika saingan lokal mereka, Sporting Club Rémois juga memakai warna yang sama di tahun 1938, mereka memilih strip merah-putih yang kita kenal sekarang.

Adapun penamaan dari Stade Auguste-Delaune yang bisa menampung 21,029 ribu orang itu diambil dari nama Delaune, yang merupakan anggota komunis yang meninggal karena penyiksaan Nazi pada tahun 1943 setelah perang. Stadion ini pernah digunakan sebagai tempat Piala Dunia pada tahun 1938, awalnya memiliki velodrome di sekitar lapangan, tetapi dihapus karena serangkaian renovasi yang dilakukan pada dekade pertama.

Keempat tribun tersebut memuat nama orang-orang yang telah membuat dampak besar pada sejarah klub, seperti Betteux yang merupakan mantan pemain dan pelatih Reims, kemudian Robert Jonquet yang menjadi salah satu pemain sayap berbakat Reims,  Francis Méano yang tewas secara tragis dalam kecelakaan mobil tahun 1953 pada usia 22 tahun, serta mantan presiden klub, Henri Germain, yang pada masa kepemimpinannya sukses menyumbangkan enam gelar Prancis untuk klub.

Pemain ikonik dan sedikit info tambahan

Bram Appel (1949-54), Carlos Bianchi (1973-77, 1984-85), Just Fontaine (1956-62), Raymond Kopa (1951-56, 59-68), René Masclaux (1964-79), Roger Piantoni (1957-64) dan Pierre Sinibaldi (1944-53).

Dan tahukah kamu, pelatih Guion adalah oran yang sukses membawa tim amatir ini ke perempat final Coupe de France musim 2010/2011, dan menjadi orang pertama yang memimpin tim sejauh itu di persepakbolaan Prancis.

(diaz alvioriki/muf)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network