Kisah Fabio Coentrao, Bagus di Benfica Susah Payah di Real Madrid

"Sempat dielu-elukan Cristiano Ronaldo.."

Biografi | 28 August 2021, 02:08
Kisah Fabio Coentrao, Bagus di Benfica Susah Payah di Real Madrid

Libero.id - Pada ajang Euro 2012, Ronaldo telah memainkan setiap menit bagi timnas Portugal dan mengantarkan mereka hingga fase semi-final, tetapi Euro 2012 belum bisa menjadi sejarah sebagai salah satu musim terbaik Ronaldo, namun sebaliknya, bagi rekannya yang bernama Faviot Coentrao, tampaknya itu adalah titik tertinggi dalam kariernya.

Kita akan membahas kiprah Coentrao dengan cara agak sedikit memutar

Perjalanan Karier Fabio Coentrao

Bek kiri serba bisa ini memiliki visi. bermain menyerang dan bisa memainkan peran lebih jauh dan dalam lagi. Coentrao memulai langkah pertamanya dalam permainan profesional saat memperlihatkan klub lokak, Rio Ave, dimana ia sukses menembus skuat utama sebagai pemain paling muda dan dianggap sebagai bintang masa depan klub.

Coentrao memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Rio Ave, bagaimana tidak, ketika orang tuanya harus pindah dari Portugal saat ia masih berusia 13 tahun dan meninggalkannya sendirian untuk mengejar mimpi-mimpinya, pada titik itukah Rio Ave selalu ada untuk mendukungnya.

Tampil gemilang hanyalah sederet konsekuensi yang membuat  klub-klub besar mulai menaruh minat pada Coentrao. Setelah serangkaian masa pinjaman, pada tahun 2008 Benfica resmi mengontraknya.

Dan dengan segera Coentrao  menjadi bintang di tim utama. Puncaknya ia mendapatkan mahar 26 juta pounds / Rp. 514 miliar yang ditawarkan Real Madrid pada 2011 dengan durasi kontrak enam tahun. Itu membuatnya menjadi bek termahal ketiga dalam sejarah.

Ronaldo menyambut dengan bahagia setelah Coentrao resmi menyusulnya dan mengatakan, "Semua orang tahu Fabio Coentrao,"

"Oleh karena itu, tidak perlu membicarakan kualitasnya. Ia adalah pemain yang sangat kuat dan bisa bermain di beberapa posisi. Ia adalah salah satu pemain terbaik di dunia.”

Coentrao bisa bermain di posisi bek kiri tetapi juga bisa tampil di lini tengah dan kadang-kadang di bek kanan.

Tetapi di Santiago Bernabeu, Coentrao harus bersaing dengan Marcelo untuk mendapatkan tempat di posisi pilihannya. Coentrao selalu masuk dan keluar dari starting XI, tidak bisa mendapatkan tempat permanen.

Pinjaman ke Manchester United untuk musim 2013-14 gagal, dan segera balik kembali ke ibu kota Spanyol. Pada 2014-15, ia hanya bermain sembilan pertandingan, dimana pelatih baru saat itu, Zinedine Zidane telah membuat pilihan bahwa Marcelo adalah pemain utamanya di bek kiri.

Setelah masa pinjaman di Monaco dan Sporting CP, ia akhirnya meninggalkan ibu kota Spanyol untuk selamanya.

Wajah Coentrao tidak pernah benar-benar sumringah saat berada di Madrid. Hal ini membuatnya sering menjadi sasaran pers. Memang, selama musim pertamanya ia dikritik ketika muncul foto-foto dirinya sedang merokok.

Namun, Coentrao merasa seringkali hal itu tidak adil buatnya, dengan mengatakan kepada  Marca  pada tahun 2015, "Jika saya memiliki permainan yang buruk, mereka langsung menyerang saya. Jika saya bermain dengan baik, mereka memberikan pengakuan yang sangat sedikit. Itulah jeleknya media?"

Kembali Ke Rio Ave

Secara total, ia menghabiskan tujuh tahun di Real Madrid sebelum akhirnya pada tahun 2018 kembali ke rumahnya di Portugal, Rio Ave. Meski reputasinya telah turun pesat, dan secara finansial tidak akan lagi sama, tetapi bagi Coentrao ada hal-hal yang jauh lebih penting untuk dikedepankan.


Ia mengatakan kepada Record, "Saya pikir saya perlu bahagia dan saya kehilangan banyak uang untuk mendapatkan kebahagiaan itu di Rio Ave, klub yang selalu bertindak baik dan setia kepada saya. Tidak ada uang yang dapat membayar kebahagiaan. Saya terlahir miskin dan saya tidak keberatan mati miskin.”

Meski sudah berusia 33 tahun, Coentrao masih bisa diandalkan di sayap kiri Rio Ave. Ia sempat pensiun dari sepak bola pada Januari 2020, tetapi kembali bertugas demi membela klub masa kecilnya pada Oktober tahun lalu.

Coentrao menulis di Instagramnya, "Ini adalah titik awal saya di dunia sepak bola. Inilah awal dari jalan yang membawa saya menjalani petualangan yang saya banggakan. Saya menginjak panggung paling terkenal, lapangan paling terkenal. Saya berbagi Olympus dengan para Dewa sepak bola."

“Saya menaklukkan apa yang tidak terpikirkan oleh seorang anak laki-laki yang suatu hari meninggalkan kota ini dan klub ini. Saya kembali dengan semangat yang sama. Senang bisa kembali berada di rumah." tulisnya.

Tapi nasib baik tampaknya belum berpihak pada Coentrao, ia tidak dapat berbuat banyak saat Rio Ave terdegradasi dari Primeira Liga setelah kalah 5-0 di play-off melawan Arouca.

(diaz alvioriki/gie)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network