Kisah Romarinho, DNA Romario Tidak Menjamin Kesuksesan Karier Sepakbola

"Menjadi putra pesepakbola legendaris Brasil tidak pernah mudah bagi Romarinho."

Biografi | 22 July 2021, 21:22
Kisah Romarinho, DNA Romario Tidak Menjamin Kesuksesan Karier Sepakbola

Libero.id - Punya ayah pesepakbola hebat sekelas Romario de Souza Faria ternyata tidak menjamin karier Romario de Souza Faria Filho alias Romarinho moncer. Di usia 27 tahun, Romarinho sudah tidak memiliki klub.

Romarinho lahir di Barcelona, 20 September 1993, ketika sang ayah bermain di La Liga. Seperti sang ayah, Romarinho juga menyukai sepakbola sejak kecil. Selain melihat sang ayah bermain, dia juga mendapatkan pelajaran langsung sejak masih balita.

Kemudian, Romarinho bergabung dengan tim muda Vasco da Gama pada 2007. Pada 5 Desember 2012, dia mengundurkan diri dari klub dan pindah ke Brasiliense FC, di ibu kota Brasilia, sehari kemudian. Romarinho melakukan debut seniornya selama kampanye 2013. Dia mencetak gol dalam kemenangan 3-0 di Campeonato Brasiliense tahun melawan Brasilia FC.

Tapi, pada 5 Januari 2015, Romarinho meninggalkan Brasiliense, dan segera kembali ke klub pertamanya Vasco. Di sana, dia melakukan debut di Serie A pada 29 Agustus 2015. Romarinho masuk sebagai pemain pengganti Julio dos Santos dalam kekalahan kandang 0-1 melawan Figueirense.

Pada akhir 2015, Romarinho setuju untuk menghabiskan tahun yang akan datang bersama Zweigen Kanazawa di J2 League. Meski di kasta kedua, penampilan Romarinho mengecewakan sehingga harus kembali ke Brasil untuk membela Macae untuk Campeonato Carioca 2017.

Lagi-lagi, Romarinho gagal menunjukkan penampilan memuaskan. Kemudian, dia bergabung dengan Tupi di Serie C. Di sana, Romarinho hanya mencetak satu gol di klub asal Minas Gerais tersebut.

Dari Tupi, Romarinho Romarinho menandatangani kontrak dengan Figueirense pada Desember 2017. Dia bermain hanya tiga pertandingan saat mereka memenangkan Campeonato Catarinense, mencetak gol pada 24 Januari 2018 untuk memenangkan pertandingan kandang melawan Brusque.

Dari klub itu, Romarinho pindah Alvinegro di Serie B. Lalu, kembali lagi ke Tupi pada Januari 2019. Tiga bulan kemudian, setelah menyelesaikan Campeonato Mineiro 2019 dengan delapan pertandingan dan satu gol, dia menandatangani kontrak dengan Maringa di Serie D.

Pada 9 Desember 2019, Romarinho kembali ke Santa Catarina, bergabung dengan Joinville. Di sana, dia bertahan hingga 2021, meski jarang mendapatkan kesempatan bermain. Lalu, Romarinho pindah ke Campeonato Gaucho bersama Novo Hamburgo. Tapi, dia hanya bertahan lima pertandingan sebelum pergi karena alasan pribadi pada 26 Maret 2021. Dan, hingga sekarang tidak memiliki klub.


Nama besar orang tua bukan jaminan sukses

Menurut Romarinho, menjadi anak Romario tidak mudah. Di masa kecil, dirinya memang bisa bertemu banyak pesepakbola hebat. Tapi, setelah dewasa dan berkarier sebagai pesepakbola, orang selalu membanding-bandingkan.

"(Johan) Cruyff membawakanku boneka beruang, tapi ibuku tidak suka hadiah itu, karena dia ingin memberiku bola sebagai hadiah pertamaku. Boneka beruang ini bisa berubah menjadi bolasepak. Jadi, keluarga saya sangat senang pada akhirnya. Hadiah pertama saya adalah dari pemain hebat seperti Cruyff," kenang Romarinho, dilansir Goal Brazil.

Namun, terlepas dari minat Cruyff padanya dan memiliki pemain hebat sepanjang masa seperti Romario sebagai ayahnya, segalanya tidak mudah bagi pemain sayap ini. Dia merasa akarnya telah meningkatkan tekanan lebih besar dari pemain menapun yang bermaun bersamannya.

"Sejak saya mulai bermain sepakbola, saya mendapatkan perhatian khusus karena saya adalah putra Romario. Selalu ada perbandingan dengan ayah saya, karena dia adalah idola yang hebat. Tapi, saya sudah terbiasa sekarang. Bagi saya itu sudah menjadi hal yang biasa," kata Romarinho.

"Sejak saya lahir, mainan favorit saya adalah sepakbola dan ketika saya berusia lima atau enam tahun, saya mulai bermain futsal di Vasco da Gama. Bermain sepakbola selalu menjadi bagian dari diri saya. Saya bermimpi menjadi seorang profesional dan sekarang itu benar-benar terjadi," tambah Romarinho.

Seperti ayahnya yang terkenal, Romarinho juga bermain di depan. Tapi, sementara mantan bintang Brasil itu adalah seorang finisher jempolan, Romarinho justru sebaliknya.

"Ayah saya mencoba membawa saya ke Spanyol dan ada minat dari Espanyol dan Las Palmas. Tapi, saya memilih untuk tinggal di sini di Brasil. Ayah saya selalu meminta saya untuk berlari lebih banyak, menggiring bola, dan mencetak gol. Tapi, saya tidak seperti dia. Saya bukan striker. Saya lebih suka bermain di sayap. Tapi, saya selalu ingin mencetak gol," ungkap Romarinho.

"Saya suka sesi latihan dan saya banyak berlari. Ayah saya tidak membutuhkan hal itu. Hei apa yang istimewa? Tapi, saya harus bekerja keras," pungkas Romarinho.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network