13 Pemain Naturalisasi dari 23 Skuad Qatar di Piala Emas CONCACAF 2021

"Entah harus dipuji atau dikritik, faktanya, ini negara kecil. Penduduknya sedikit. Tapi, kaya raya!"

Feature | 21 July 2021, 15:05
13 Pemain Naturalisasi dari 23 Skuad Qatar di Piala Emas CONCACAF 2021

Libero.id - Menggunakan pemain naturalisasi di tim nasional Qatar bukan hal aneh. Mereka sudah melakukannya sejak lama. Tapi, bagaimana jika jumlahnya 50% dari skuad? Itulah yang ditampilkan The Maroon selama Piala Emas CONCACAF 2021.

Sebagai tim undangan, Qatar tidak tampil memalukan sebagai perwakilan Asia di kompetisi untuk negara-negara Amerika Utara, Tengah, dan Karibia tersebut. Mereka baru saja lolos ke perempat final setelah mengalahkan Honduras 2-0 di BBVA Stadium, Houston, pada pertandingan terakhir Grup D, Rabu (21/7/2021) pagi WIB.

Jika melihat penampilan di fase grup dengan dua kemenangan dan satu skor imbang, Qatar diyakini akan bisa melangkah ke semifinal. Pasalnya, pada pertarungan babak delapan besar, The Maroon akan bertemu El Salvador di State Farm Stadium, Glendale, Minggu (25/7/2021) pagi WIB.

Salah satu faktor performa membanggakan Qatar di fase grup dengan mengumpulkan tujuh poin dari tiga pertandingan plus memasukkan sembilan gol dan menderita tiga gol adalah materi pemain. Fakta menunjukkan, 13 dari 23 anggota skuad berstatus pemain naturalisasi.

Berikut ini 13 anggota skuad Qatar di Piala Emas CONCACAF 2021 yang memiliki status pemain naturalisasi:


1. Pedro Miguel Carvalho Deus Correia (Portugal-Cape Verde)

Biasa dipanggil Ro-Ro, bek tengah kelahiran Algueirao-Mem Martins, 6 Agustus 1990, itu datang ke Qatar pada transfer window musim dingin 2011 untuk membela Al Ahli. Lima tahun kemudian, dia mendapatkan paspor Qatar dan menjalani debut timnas pada 29 Maret 2016 melawan China di Kualifikasi Piala Dunia 2018.


2. Boualem Khoukhi (Aljazair)

Khoukhi lahir dan besar di Aljazair. Pada 9 November 2010, dia dipanggil untuk pertama kalinya ke Aljazair U-23 untuk sepasang pertandingan persahabatan melawan Tunisia. Saat itu, dia sudah bermain untuk Al Arabi setelah pindah dari JSM Cheraga pada 2009.

Awalnya, Khoukhi menolak panggilan Asosiasi Sepakbola Qatar (QFA) tak lama setelah dia tiba di Doha. Pemain yang beroperasi sebagai bek tengah merangkap gelandang bertahan tersebut mengklaim cinta Aljazair dan tidak akan dinaturalisasi untuk sejumlah uang.

Selanjutnya, Khoukhi justru menelan ludahnya sendiri setelah panggilan tim senior Aljazair tak kunjung datang. Di lain pihak, klubnya meminta Khoukhi berganti paspor untuk menghilangkan kuota pemain asing. Dia bersedia dan pada 13 November 2013 dipanggil Qatar B (U-23) untuk selanjutnya membela tim utama Qatar.


3. Bassam al-Rawi (Irak)

Bassam Hisham Ali al-Rawi lahir di Irak, tapi pindah ke Qatar ketika masih kecil. Dia telah tinggal di Doha sejak itu. Dia bersekolah di Qatar sebelum diterima di Akademi Aspire. Ayah Bassam, Hisham al-Rawi, bermain untuk Irak pada 1990-an.


4. Ahmed Suhail (Irak)

Ahmed Suhail Saber Al-Hamawende adalah pemain Al Sadd. Dia adalah putra dari mantan penjaga gawang Irak, Suhail Saber. Kakaknya adalah Rami Suhail, yang merupakan pemain sepakbola, yang juga telah dinaturalisasi oleh Qatar.


5. Musab Kheder (Sudan)

Kheder lahir dan besar di Sudan sebelum pindah ke Qatar bersama orang tuanya. Dia memulai karier di Al Sadd dan memilih membela Qatar di level internasional dibanding tanah kelahirannya.


6. Abdulaziz Hatem (Sudan)

Hatem lahir dan besar di Qatar dari orang tua asal Sudan. Pemain Al Rayyan itu memiliki kualifikasi untuk membela Sudan maupun Qatar. Tapi, dengan alasan profesional, dia memutuskan me,mbela The Maroon sejak 2009.


7. Mohammed Waad (Irak)

Mohammed Waad Abdulwahab Jadoua Al Bayati memiliki saudara kembar, Fahad Waad. Lahir di Irak pada 18 September 1999, Waad dan keluarga mengungsi ke Qatar saat invasi Amerika Serikat dilaksanakan untuk menggulingkan Saddam Husein. Sejak saat itu, dia memutuskan menjadi warga negara Qatar.


8. Karim Boudiaf (Maroko-Aljazair-Prancis)

Boudiaf lahir di Prancis, dan merupakan keturunan Maroko-Aljazair. Pada 22 Desember 2009, Boudiaf dipanggil Aljazair U-23 untuk pemusatan latihan nasional. Tapi, kemudian dia berpaling setelah memperoleh kewarganegaraan Qatar dan dipanggil ke timnas pada 13 November 2013.

Dia melakukan debut resminya untuk The Maroon pada 25 Desember 2014 pada Piala Asia Barat 2014 dalam kemenangan 1-0 melawan Palestina. Gol pertama Boudiaf datang dalam di laga ke-15 saat Qatar bermain imbang dengan Irlandia Utara di Inggris.


9. Assim Madibo (Sudan-Prancis)

Madibo memulai karier sepakbola di Auxerre (Prancis). Lalu, pada 2015, dia lulus dari Aspire Academy di Qatar. Pada Januari 2015, Madibo bergabung dengan klub Austria, LASK Linz. Tapi, pada Januari 2016, dia meninggalkan klub untuk bergabung dengan Cultural Leonesa. Kemudian, pada Juli 2017, Madibo dipinjamkan ke klub  Belgia, Eupen.

Terlahir di Qatar dari keluarga Sudan, Madibo dapat mewakili Qatar dan Sudan. Madibo telah mewakili negaranya di berbagai kelompok umur. Dia adalah anggota Qatar U-19 saat menjuarai Piala AFC U-19 2014. Dia juga bermain di Piala Dunia U-20 2015 untuk Qatar U-20.


10. Ahmed Alaaeldin (Mesir)

Alaaeldin tiba di Qatar saat berusia 10 tahun. Ayahnya, seorang insinyur sipil Mesir, yang membawa keluarganya ke Doha pada 2003. Karena statusnya itulah Alaaeldin bisa membela Mesir dan Qatar. Tapi, dia memilih Qatar dan tampil di Piala AFC U-23 2016. Saat itu, dia adalah pencetak gol terbanyak turnamen dengan 6 gol.


11. Mohammed Muntari (Ghana)

Muntari memulai karier di Golden Lions Soccer Academy, yang dimiliki oleh mantan pemain Ghana, Nii Lamptey. Lalu, dia bergabung dengan El Jaish pada 2012. Pada Juli 2015, Muntari menandatangani kontrak lima tahun dengan Lekhwiya.

Dia lahir dan besar di Ghana. Tapi, di awal kariernya pindah ke Qatar dan menjadi warga negara yang dinaturalisasi. Dia melakukan debut pada 27 Desember 2014 dalam pertandingan persahabatan melawan Estonia. Di laga tersebut Muntari langsung mencetak gol.


12. Yusuf Abdurisag (Somalia)

Lahir di Mogadishu, 6 Agustus 1999, Abdurisag dan keluarganya mengungsi dari Somalia ke Qatar untuk menghindari perang berkepanjangan. Dia memulai karier di Al Sadd sebelum akhirnya dinaturalisasi pada 2008. Dia sempat membela Qatar U-20 dan U-23.


13. Almoez Ali (Sudan)

Almoez Ali Zainalabedeen Mohamed Abdulla lahir di Sudan dan pindah ke Qatar saat kanak-kanak. Ibunnya berkewarganegaraan ganda (Qatar-Sudan) dan lahir di Qatar. Dia mulai bermain untuk Al-Mesaimeer ketika dia berusia 7 tahun. Kemudian, pindah ke Aspire Academy dan bermain sepakbola di tim junior Lekhwiya.

Dengan statusnya seperti itu, Ali memutuskan membela Qatar di level internasional. Dia sudah bermain untuk Qatar U-20 dan U-23 sebelum menjalani debut senior pada 8 Agustus 2016 melawan Irak.

Tapi, bukan berarti status Ali tidak dipermasalahkan. Pada 30 Januari 2019, segera setelah kekalahan 0-4 di semifinal Piala Asia  2019, Uni Emirat Arab (UEA) mengajukan banding resmi ke AFC atas status Ali. Mereka mengklaim Ali tidak memenuhi syarat untuk membela Qatar dengan alasan residensi berdasarkan Pasal 7 Statuta FIFA.

Dalam pasal itu disebutkan bawah kelayakan pemain untuk bermain di9 timnas baru jika dia telah "tinggal terus menerus selama setidaknya lima tahun setelah mencapai usia 18 di wilayah negara yang bersangkutan". Diduga bahwa Ali tidak tinggal terus menerus di Qatar setidaknya selama lima tahun di atas usia 18 tahun, meski mengklaim bahwa ibunya lahir di Qatar.

Beruntung, pada 1 Februari 2019, Komite Disiplin dan Etika AFC menolak protes UEA. Tapi, pada Agustus 2020, kasus tersebut akhirnya diselesaikan di Pengadilan Arbitrasi Olahraga (CAS), yang berbasis di Lausanne, Swiss. CAS menetapkan Ali adalah warga negara Qatar, yang memiliki beberapa ikatan dengan negaranya, terutama bahwa ibu kandungnya lahir di Qatar.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network