Mengenang Era Kejayaan Denmark dan Ceko pada Dekade 1990-an

"Situasinya sama persis dengan Euro 2020. Denmark dan Ceko tidak banyak dihuni pemain bintang."

Feature | 29 June 2021, 17:24
Mengenang Era Kejayaan Denmark dan Ceko pada Dekade 1990-an

Libero.id - Siapa sangka salah satu pertandingan perempat final Euro 2020 akan mempertemukan Republik Ceko dengan Denmark? Ini seperti mengulang era kejayaan kedua negara pada dekade 1990-an. Saat itu, Denmark menjuarai Euro 1992. Sementara Ceko finalis Euro 1996.

Beda dengan Piala Dunia yang hanya menjadi monopoli negara-negara besar, Euro sejak lama dikenal sebagai kompetisi yang ramah dengan kejutan. Denmark pada 1992 atau Yunani pada 2004 menjadi bukti.

Faktanya, untuk edisi 2020, salah satu dari Denmark atau Ceko akan berada di semifinal.  Bahkan, potensi mereka untuk kembali berada di final juga besar jika melihat penampilan mereka di babak 16 besar yang pantas dibanggakan suporter.


Deja vu Euro 1992

Ketika Denmark memenangkan turnamen akbar Eropa ini pada 1992, mereka adalah tim yang sebenarnya tidak lolos. Mereka hadir di turnamen setelah Yugoslavia didiskualifikasi karena Perang Balkan meletus.

Saat itu, hanya ada tujuh pemain yang merumput di luar Denmark. Sementara tahun ini hanya empat pemain yang berasal dari klub Denmark. Sebagian besar anggota skuad ereka bermain sepakbola di liga-liga top Eropa, termasuk pemain dari Chelsea, AC Milan, dan Barcelona.

Sama seperti 1992, Denmark juga memiliki awal yang lambat dalam babak penyisihan grup. Mereka juga membutuhkan kemenangan di pertandingan terakhir untuk lolos. Saat itu, mereka mengalahkan Prancis dan kali ini mengalahkan Rusia dengan tendangan jarak jauh Mikkel Damsgaard dan Andreas Christensen.

Pada 1992, Michael Laudrup keluar dari tim menjelang turnamen. Itu berarti Denmark tanpa pemain terbaik yang dimiliki. Saat ini, Christian Eriksen kolaps di laga melawan Finlandia. Setelah itu, pemain Inter Milan itu tidak diizinkan bermain di pertandingan-pertandingan Euro 2020.

Tapi, tanpa Eriksen, Denmark memiliki pertahanan yang solid, dengan hanya Spanyol yang kebobolan lebih sedikit tembakan per pertandingan. Dalam dua pertandingan terakhir, mereka telah menunjukkan bahwa lini depan bisa mencetak gol. Denmark saat ini adalah pencetak gol terbanyak bersama di Euro 2020 dan memiliki tembakan terbanyak kedua per pertandingan.


Dilarang meremehkan Ceko

Sebenarnya, performa Ceko saat memasuki turnamen sedikit lebih buruk dari Denmark. Tapi, mereka telah mengalahkan Inggris dan bermain imbang dengan Belgia dalam dua tahun menjelang Euro 2020.

Empat tahun setelah kemenangan Denmark di Euro,  Ceko hampir menjadi pemenang Euro 1996. Saat itu, mereka mengalahkan Prancis dan Portugal di perempat final dan semifinal. Tapi, di final melawan Jerman, mereka kalah setelah Oliver Bierhoff mencetak gol emas di babak perpanjangan waktu.

Dalam perjalanan ke final itu, tidak ada pemain Ceko yang mencetak lebih dari satu gol. Tapi, pada turnamen tahun ini, Patrik Schick dari Bayer Leverkusen sudah memiliki empat gol dan bisa mendapatkan Sepatu Emas jika konsisten mencetak gol di laga-laga selanjutnya.

Terakhir kali pemain Ceko memenangkan Sepatu Emas di Euro adalah pada 2004. Ketika itu, Milan Baros mencetak lima gol dan Ceko mengalahkan Denmark di perempat final sebelum kalah dari Yunani di semifinal.

Dibanding Denmark, Ceko saat ini memiliki lebih banyak pemain liga domestik. Tapi, setelah Euro 2020, beberapa pemain Slavia Praha dan Sparta Praha dilaporkan mendapatkan tawaran bermain dari luar negeri. Mereka juga tidak memiliki nama besar sekelas Pavel Nedved. 

Kurangnya nama besar pemain dan dikombinasikan dengan peringkat 40 FIFA telah menyebabkan beberapa orang meremehkan Ceko. Tapi, kemenangan melawan Belanda berarti orang-orang mungkin mulai memperhatikan mereka.

Belanda memiliki banyak bola di sekitar area Ceko dalam pertandingan itu. Tapi, entah bagaimana tidak berhasil mendapatkan satupun tembakan tepat sasaran. Keberuntungan kemudian didapatkan Ceko di babak kedua ketika Matthijs de Ligt tergelincir dan mendapat kartu merah. Itu membalikkan jalannya pertandingan.

Tapi, seperti gol Yussuf Yurary Poulsen untuk Denmark melawan Rusia, setiap tim membuat keberuntungannya sendiri dalam sepakbola dengan menekan lawan dengan baik. Selain itu, ada kalanya tim terbaik di kompetisi adalah yang paling beruntung.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network