Kisah Marco Verratti Remaja Jadi Korban Gempa Bumi di Abruzzo

"Ini terjadi pada 2009. Dia masih berusia 16 tahun. Rumahnya hancur. Selama dua minggu sempat tidur di mobil"

Feature | 28 June 2021, 20:39
Kisah Marco Verratti Remaja Jadi Korban Gempa Bumi di Abruzzo

Libero.id - Jauh sebelum menjadi pemain terkenal dan membela Italia di Euro 2020, Marco Verratti punya kisah hidup sedih saat remaja. Pada usia 16 tahun, kampung halamannya di L'Aquila, Abruzzo, diguncang gempa bumi hebat 5,9 skala richter. Tragedi yang menghancurkan rumah keluargannya.

Verratti lahir di Pescara dan dibesarkan di L'Aquila. Itu adalah dua kota bertetangga di negara bagian Abruzzo. Verratti kecil mendukung Juventus dan mengidolakan Alessandro del Piero.

Bakat sepakbola Verratti terlihat pada usia dini. Dia bermain di klub-klub lokal di L'Aquila. Kemampuannya mengolah bola membuat tawaran untuk bergabung dengan Akademi Atalanta Bergamo dan Inter Milan datang. Tapi, dia memilih bergabung dengan Pescara dengan harga 5.000 euro (Rp86 juta).

Setelah penampilan impresif untuk Pescara U-16 melawan AC Milan, tawaran kembali datang. Kali ini dari I Rossoneri, yang menawarkan 300.000 euro (Rp5,1 miliar). Tapi, Verratti memutuskan untuk tetap di Pescara.

Alasan tinggal di Pescara adalah karena dirinya masih sangat muda. Apalagi, Pescara dan L'Aquila hanya berjarak 100 km atau 1,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Bersama ayahnya, Verratti remaja sering pulang-pergi Pescara-L'Aquila. Hanya di hari-hari pertandingan dia tinggal di asrama klubnya. 

Namun, aktivitas Verratti remaja sempat terganggu sebuah musibah besar. Pada 6 April 2009 sekitar pukul 3.32 dini hari, keheningan Abruzzo terganggu. Tanah bergetar, bangunan roboh, dan orang-orang berhamburan keluar rumah. Ternyata, gempa bumi besar terjadi. Epicentrumnya di pinggiran L'Aquila.

Gempa dirasakan di seluruh Italia Tengah. Kota-kota di Abruzzo seperti L'Aquila, Pescara, Teramo, hingga Chietta hancur. Getaran dirasakan hingga Roma di sebelah barat Abruzzo, Napoli di selatan, hingga ke Milan jauh di utara. 

Tragedi itu menewaskan 308 orang, lebih dari 1.500 orang terluka, dan setidaknya 65.000 tempat tinggal rata dengan tanah. Itu menjadikan gempa paling mematikan yang melanda Italia sejak gempa Irpinia pada 1980. 

Saat musibah terjadi, Verratti sedang berada di rumah keluargnya. Dia tertidur di kamarnya seperti biasa. "Itu sangat buruk. Saya tertidur dan terbangun dengan perasaan yang belum pernah saya alami sebelumnya dalam hidup saya," ujar Verratti beberapa tahun lalu, dilansir Goal Italy.

"Kemudian kami tidur di mobil selama dua minggu. Pada masa gempa saya juga berhenti bermain sepakbola karena itu benar-benar membuat anda syok. Tapi, pada akhirnya anda harus kuat dan melihat ke depan. Sebab, hanya dengan cara ini anda dapat mengatasi saat-saat sulit," tambah Verratti.

Verratti menyebut rumahnya hancur. Dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan beberapa teman dan tetangganya tertimpa bangunan. Ada yang bisa diselamatkan. Tapi, beberapa lainnya tidak. Itu benar-benar membuat Verratti merinding saat menceritakannya di kemudian hari.

"Berkat orang tua saya, saya dapat mengatasi trauma gempa. Kami kembali ke rumah setelah waktu yang lama. Hari seperti ini sangat penting bagi semua penduduk daerah itu. Ini berfungsi untuk mendapatkan kembali ketenangan di saat yang sulit seperti ini," ungkap Verratti.

Ayahnya meyakinkan Verratti untuk kembali ke lapangan. Setelah masa berkabung selesai, dia kembali menjalani aktivitas seperti biasa bersama Pescara. Dia terus berkembang menjadi pemain muda berbakat. Verratti dipanggil membela Italia U-19, U-20, U-21, hingga level senior.

Pada 18 Juli 2012 dia memutuskan pindah ke Paris Saint-Germain. Proses kepindahan Verratti ke Parc des Princes berjalan mulus. Itu dimulai saat makan malam yang melibatkan agen Verratti, Donato di Campli, dan para petinggi PSG. 

Di Campli memperkenalkan Verratti kepada Nasser Al-Khelaifi dan menyatakan: "Saya memiliki bintang masa depan sepak bola dunia. Namanya Marco Verratti!" Menurut Di Campli, Presiden PSG itu kebingungan menjawab: "Apa yang kamu bicarakan?"

Tapi, Direktur olahraga PSG saat itu, Leonardo Araujo, sudah tahu semua hal tentang Verratti. Pria Brasil itu baru tiba di Paris tahun sebelumnya, setelah menghabiskan dua musim sebagai pelatih AC Milan dan kemudian Inter. 

Leonardo sangat menyadari bakat luar biasa Verratti di Pescara, yang disebut-sebut sebagai "Andrea Pirlo baru" setelah membantu klubnya menjuarai Serie B 2011/2012 sekaligus promosi ke Serie A 2012/2013.

Jadi, hanya beberapa hari setelah proklamasinya yang berani, Di Campli menerima pesan dari Leonardo yang mengatakan: "Saya ingin berbicara dengan anda". Kemudian, transfer itu terjadi dan seperti yang terbukti di masa depan, Verratti menjelma menjadi bintang Gli Azzurri.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network