Masih Ingat Kami? Pelatih-pelatih Euro 2020 Produk Liga Premier

"Ada sejumlah pelatih Euro 2020 yang pernah bekerja di Liga Premier. Ini daftarnya."

Feature | 25 June 2021, 16:02
Masih Ingat Kami? Pelatih-pelatih Euro 2020 Produk Liga Premier

Libero.id - Euro 2020 ternyata dibanji pelatih-pelatih yang pernah bekerja di Liga Premier. Orang-orang tersebut kini bertugas di negara sendiri atau negara asing yang percaya pada kemampuan melatih mereka.

Salah satunya Frank de Boer. "Dua atau tiga tahun lalu saya tidak menyangka berada di kursi ini. Terkadang, sebuah kesempatan muncul, dan kemudian Anda bertanya pada diri sendiri: ‘Apakah saya siap atau tidak?’ Saya merasa saya sudah siap," ucap De Boer saat sukses membawa Belanda melaju ke babak 16 besar Euro 2020.

Terlepas dari karier kepelatihan yang buruk bersama Inter Milan (85 hari) dan Crystal Palace (77 hari), mantan bek Barcelona itu kini telah memimpin salah satu tim paling berbakat di Eropa ke turnamen besar pertama mereka sejak finish ketiga di Piala Dunia 2014.

Namun, jika kita lihat lebih seksama, De Boer hanyalah satu diantara beberapa pelatih Euro 2020 yang pernah melatih tim-tim di Liga Premier. Ada Paulo Sousa yang bertahan hampir tiga bulan di Leicester City pada 2010 sebelum memulai kariernya secara nomaden di Hungaria, Israel ,dan China, yang kemudian membuatnya ditunjuk menjadi pelatih Polandia pada Januari 2021. 

Ada lagi Roberto Martínez yang kini memimpin generasi emas Belgia setelah dipecat oleh Everton pada 2016. Kemudian, Steve Clarke dari Skotlandia, menghabiskan waktunya selama 4 musim sebagai asisten Jose Mourinho di Chelsea sebelum dipecat oleh West Brom beberapa bulan setelah memimpin The Baggies  finish di posisi 8 Liga Premier.

Di awal penunjukan De Boer, banyak sekali yang menentang, terutama dari pengamat sepakbola. Itu karena track record pelatih berusia 51 tahun tersebut terbilang buruk dalam urusan melatih. Apalagi itu terjadi setelah beberapa bulan Ronald Koeman pindah ke Barcelona. 

Bahkan, saudara kembarnya, Ronald de Boer, tampak tidak suka dengan penunjukan saudaranya itu oleh De Oranje. Saat itu, dia mengatakan bahwa Johan Cruyff akan “berbalik dalam kuburnya” jika dia melihat formasi bertahan 5-3-2 yang diterapkan Frank saat menghadapi Georgia.

“Tapi dia juga akan melakukan itu (jika dia melihat) permainan Barcelona di bawah Ronald Koeman. Meski ini masih merupakan sistem yang sangat menarik, ini tentang bagaimana anda mengisinya," ucap Ronald saat itu.

Taktik De Boer yang identik dengan pertahanan tiga pemain, terutama saat berada di Palace, meski mengalami kekalahan saat lattihan bersama dengan tim U-23 klub. Dia juga gagal meraih satu poin dari empat pertandingan Liga Premier. De Boer terpaksa diberhentikan oleh manajemen The Glaziers.

Mantan pelatih Ajax itu menganggur selama lebih dari setahun sebelum bergabung dengan Atlanta United di MLS. Empat gelar liga berturut-turut dengan Ajax setelah menjabat sebagai asisten Bert van Marwijk di Piala Dunia 2010. De Boer memang sangat layak mendapat pujian dan bisa jadi kembali menjadi bagian tim nasional adalah sesuatu yang selama ini menjadi impian para pesepakbola dunia.

Sementara untuk Sousa, kariernya sebagai pemain terbilang cukup sukses di Eropa. Dia sukses memenangkan gelar Liga Champions berturut-turut bersama Juventus dan Borussia Dortmund pada 1995/1996 dan 1996/1997. 

Setelah lima tahun menjadi asisten Carlos Queiroz dan kemudian Luiz Felipe Scolari bersama Portugal, dia memulai karier kepelatihan di Inggris dengan Queens Park Rangers (QPR). Tapi, dipecat setelah sembilan bulan karena klub mengatakan dia telah membocorkan informasi sensitif mengenai transfer klub.

Sousa kemudian melatih Swansea dan sukses membawa The Swans melaju ke babak play-off, meski harus dikalahkan Leicester. Sousa kemudian mencoba peruntungan bersama Leicester, dan dalam sembilan pertandingan di Championship Division tanpa kemenangan. Dia dipecat, meski pada waktu itu ada pemain The Foxes yang menganggapnya bagus,

"Anda bisa melihat dia adalah pelatih yang bagus. Dia kadang-kadang memperdaya kita," ujar mantan pemain Leicester, Richie Wellens.

Bersama Maccabi Tel Aviv dan Basel, Sousa sukses meraih gelar domestik. Sementara di Italia bersama Fiorentina, dia membuat La Viola kembali disegani. Tapi, penggemar Polandia skeptis saat pria Portugal itu masuk sebagai pelatih.

Kemudian untuk Clarke, pekerjaan terakhirnya di Inggris adalah pelatih Reading pada 2014. Pelatih berusia 57 tahun itu kemudian membantu Roberto di Matteo di Aston Villa dan di Kilmarnock pada 2017-2019.

Sedangkan prestasi Martínez di Swansea dan Wigan dibayangi oleh peristiwa di Goodison Park, meski ada laporan dalam beberapa hari terakhir bahwa pria Spanyol bisa saja kembali melatih tim Liga Premier seusai dirinya “ tidak diharapkan untuk menyelesaikan kesepakatannya dengan Belgia.”

"Saya punya kontrak hingga Piala Dunia di Qatar, tetapi komitmen saya selalu sangat jelas,. Saya memiliki peluang untuk pergi dalam 18 bulan terakhir, tetapi itu adalah Euro. Komitmen untuk tampil di Euro adalah satu-satunya hal yang saya yakini," ujar Martinez.

Mancini dari Italia adalah satu-satunya pelatih Euro 2020 yang pernah merasakan gelar juara  Liga Premier, setelah membantu membangun era dominasi Manchester City. Kini, Gli Azzurri yang sedang dalam performa terbaiknya jelas akan dimanfaatkan oleh Mancini untuk terus melaju hingga babak final di Wembley.

Andriy Shevchenko tidak pernah melatih di Inggris. Tapi, mantan penyerang AC Milan itu pernah bergabung dengan Chelsea seharga 30,8 juta Pounds pada 2006 dan gagal memenuhi harapan di Chelsea, kini menjadi pelatih yang cerdas bersama timnas Ukraina sejak 2016.

(muflih miftahul kamal/muf)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network