Kisah Inspiratif Belgia, Negeri Kecil di Eropa Jadi Kekuatan Sepakbola Dunia

"Gagal total di Euro 2000, Belgia berbenah. Proses 20 tahun baru bisa dinikmati hasilnya sekarang. Salut!"

Feature | 12 June 2021, 13:29
Kisah Inspiratif Belgia, Negeri Kecil di Eropa Jadi Kekuatan Sepakbola Dunia

Libero.id - Belgia adalah negara kecil di Eropa. Berpenduduk  11 juta orang, terjepit diantara Prancis dan Jerman di Eropa Barat, mereka pertama kali berhasil mencapai peringkat teratas FIFA pada 2015 dan tetap kokoh di puncak sejak 2018 hingga sekarang.

Perjalanan Belgia mencapain posisi sekarang tidak dimulai 1, 2, 3, atau 4 tahun, melainkan 20 tahun! Semuanya berawal sejak mereka menyelenggarakan Euro 2000 bersama Belanda. Kegembiraan Belgia menjadi tuan rumah bersama berakhir dengan penghinaan karena mereka tersingkir di penyisihan grup.

Hanya sembilan hari setelah pembukaan meriah di Stade de Roi Baudouin, Brussels, Belgia dikalahkan Turki 0-2 lewat dua gol Hakan Sukur. Kekalahan yang membuat tuan rumah masuk kotak benar-benar menyadarkan semua orang yang bertanggung jawab terhadap sepakbola Belgia.

Michel Sablon adalah direktur teknis tim nasional saat itu. Dia mengatakan organisasi sebagai tuan rumah turnamen adalah "sukses besar". Tapi, kinerja di lapangan sama sekali tidak. "Itu tidak baik untuk para pemain, tidak baik untuk klub, tidak baik untuk timnas," kata Sablon kepada CNN.

Seperti kuda yang dicambuk, Sablon dan timnya segera berbenah. Dia tidak membuang banyak waktu. Dia bekerja mengidentifikasi visi baru untuk sepakbola Belgia. "Kami melakukannya pada  Sabtu dan Minggu, dari jam 7 pagi. sampai jam 7 malam. Kami memulai dari awal dengan selembar kertas putih dan kami mengembangkan semuanya," tambah Sablon.

Sablon memulainya dengan sport science. Dia merekrut empat universitas ternama  di Belgia untuk membantu meneliti beban kerja pemain muda dalam permainan lima lawan satu atau delapan lawan satu.

Tidak ada detail yang terlalu kecil. Misalnya, jam 9 pada Minggu pagi yang benar-benar waktu terbaik bagi anak-anak untuk bermain? Mereka menganalisis data dari 1.500 pertandingan remaja, meminta kerjasama 70 pelatih di semua level permainan, dan membuat 120 presentasi ke klub yang memakan waktu hampir satu tahun.

Formasi 4-4-2 yang tradisional, tapi kaku, dibuang dan digantikan dengan susunan pemain 4-3-3 yang lebih fleksibel dan menyerang. Itu memaksa pemain individu untuk lebih bertanggung jawab dengan bola.

Tapi, mengubah apa yang sudah mendarah daging bukan seperti membalik telapak tangan. "Saya ingat bahwa pertandingan pertama yang kami lakukan adalah tim U-17 melawan Prancis. Kami kalah 1-7 dan kemudian reaksi datang. Tapi,  setahun kemudian, di kategori usia yang sama, kami mendominasi Prancis dan mengalahkan mereka," ungkap Sablon.


Saling mengenal dan bermain bersama sejak kanak-kanak

Sekitar waktu ini, pemain muda pemula seperti Romelu Lukaku, Eden Hazard, atau Kevin de Bruyne  baru berusia 8-10 tahun. Tidak ada yang mungkin mengetahuinya saat itu. Tapi, mereka dan banyak pemain lain dari generasi baru itu akan segera diluncurkan pada lintasan karier yang akan mengubah permainan dunia.

Romelu Lukaku adalah salah satu penyerang paling kuat di planet ini. Dia penyerang mematikan yang baru saja membantu Inter Milan meraih gelar Serie A. Lukaku tidak pernah kekurangan kepercayaan diri atau rasa lapar dan keinginan untuk sukses. Dia sudah terjun ke profesional di usia 16 tahun dan merupakan produk reformasi yang digagas Sablon.

"Saya tahu saya memiliki seluruh paket. Saya berpikir bahwa saya berbeda dari semua pemain lain yang mereka miliki di depan. Kami tahu bahwa pada satu titik, kami (generasinya) akan mengambil alih (timnas)," ucap Lukaku.

Benar saja. Belgia sekarang menikmati suasana keakraban yang akan membuat iri banyak negara tetangga. Lukaku menjelaskan bagaimana dia mengenal banyak rekan setimnya sejak berusia 11 atau 12 tahun. Mereka sering mengenang masa lalu ketika bersama-sama dalam tugas internasional.

"Kami biasa duduk bersama di satu meja dan berdebat siapa yang memiliki tim yunior terbaik, siapa yang mencetak gol terbanyak, turnamen yang biasa kami hadiri. Itu keren," kata Lukaku.

Bermain bersama sejak junior menjadi kunci sukses generasi terbaru Belgia. "Kami saling kenal sejak lama. Misalnya, saya bermain melawan Lukaku ketika kami berusia 12, 13 tahun. Jadi, itu seperti setengah hidup saya. Ketika kami berkumpul, kami adalah sekelompok teman," beber Thibaut Courtois.

"Saya ingat pergi ke Piala Dunia pertama kami di Brasil, orang-orang berkata: 'Bagaimana para pemain akan berperilaku setelah satu bulan bersama? Apakah akan ada perkelahian? Apakah akan ada masalah di antara mereka?' Dan, ternyata tidak, karena kami sangat mengenal satu sama lain. Kami adalah sekelompok teman. Kami pergi bermain golf bersama. Kami bermain kartu bersama. Kami bermain PlayStation bersama," tambah kiper Real Madrid itu.

Cerita Courtois juga dibenarkan Lukaku. "Itu benar. Kami saling mengenal satu sama lain sejak kami masih sangat muda. Lebih mudah ketika anda bermain dalam grup dan anda sudah mengenal hampir semua orang selama bertahun-tahun," ucap Lukaku.

Skuad inti Belgia saat ini sangat berpengalaman. Sembilan dari mereka telah memainkan 80 pertandingan atau lebih dan empat pemain telah mendapatkan lebih dari 100 caps.

Pelatih Belgia asal Spanyol, Roberto Martinez, mencatat bahwa sangat tidak biasa bagi timnas di mana pun untuk memiliki banyak pemain berpengalaman di setiap posisi. "Dalam 52 pertandingan terakhir yang saya pimpin, kami mendapat rata-rata 3 gol. Ada kontinuitas yang tidak didapatkan di tempat lain," ungkap Martinez.


Keberagaman ras, budaya, dan bahasa jadi kekuatan pemersatu

Ketika Belgia turun ke lapangan di Euro 2020 dan Piala Dunia 2022, mereka akan menjadi bukti nyata manfaat keberagaman dan inklusivitas. Pada saat dalam sejarah dunia ketika rasisme, xenofobia, dan intoleransi sedang meningkat, Belgia telah menunjukkan kemungkinan ketika perbedaan budaya dan agama dianut.

"Banyak pemain memiliki akar Kongo. Beberapa pemain memiliki akar Spanyol atau Maroko. Itu menunjukkan tidak masalah ras apa yang anda miliki. Selama anda bekerja sama dengan benar, semuanya bisa baik-baik saja," kata Lukaku.

Di negara kecil seperti itu, tiga bahasa yang berbeda mungkin menjadi penghalang untuk maju. Tapi, di Belgia itu menjadi kekuatan. "Kami adalah negara yang aneh. Kami memiliki bagian Belanda, bagian Prancis, dan bagian Jerman. Jelas, tidak mudah menjadi satu bangsa bersama. Tapi, saya pikir Belgia memiliki pemandangan yang indah ini," ujar Cortouis.

Martinez juga setuju dengan Courtois. "Saya pikir keberagaman adalah senjata terbesar kami di ruang ganti. Anda selalu mendapatkan pandangan yang berbeda, solusi yang berbeda. Anda sangat sadar di usia muda bahwa dalam hidup anda dapat melakukan banyak hal dengan banyak cara," ungkap mantan pelatih Everton itu.

"Ketika Marc Wilmots menjadi pelatih, dia berbicara dalam Bahasa Belanda dan sebagian dalam Bahasa Prancis. Sekarang, dengan Roberto, semua orang berbicara Bahasa Inggris. Tapi, kami berbicara satu sama lain dalam Bahasa Prancis dan Belanda," beber Lukaku.

"Tidak ada masalah belajar bahasa pada usia empat atau lima tahun. Saya melihat anak-anak berbicara tiga dan empat bahasa dan sungguh luar biasa bagaimana hal itu terbuka. Orang Belgia itu hebat," ucap Martinez.

"Saya akan mengatakan bahwa itulah kekuatan terbesar pemain Belgia. Mereka hanya akan masuk ke ruang ganti dan mencoba menjadi berharga. Itu bukan penghalang budaya. Keberagaman adalah senjata terbesar yang kami miliki di ruang ganti," tambah Martinez.


Memiliki banyak pemain di klub besar luar negeri

Kunci ketiga yang tak kalah penting dari kesuksesan Belgia adalah ekspor pemain ke luar negeri. Tidak masalah di liga mana, pemain-pemain Belgia dididik untuk mengadu nasib di luar negara. Itu akan membuat mentalitas mereka terasah. 

“Anda harus keluar dari zona nyaman anda. Para pemain yang ada di sini keluar dari zona nyaman mereka untuk berkarier bagi diri mereka sendiri. Kami pergi dan kami menguji diri kami sendiri, kami mengambil risiko, dan itulah sepakbola yang seharusnya," jelas Lukaku.

Bermain di luar Belgia kini sudah menjadi semacam keharusan bagi pesepakbola yang baru lulus dari akademi. "Lima belas, 20 tahun lalu, hampir tidak ada pemain yang bermain di luar Belgia. Sekarang, hampir semua orang bermain di salah satu tim terbesar di dunia," kata Courtois.

Courtois telah memenangkan trofi utama dengan kedua klub Madrid (Atletico dan Real) ditambah dua gelar Liga Premier dengan Chelsea. De Bruyne telah menjadi salah satu pemain terbaik di dunia di Manchester City. 

Hazard juga telah memenangkan gelar liga domestik di tiga negara berbeda dan Liga Eropa dua kali bersama Chelsea. Lukaku juga pernah bermain untuk Chelsea, Everton, dan Manchester United, dan sekarang menjadi juara di Italia.

Belum lagi eksploitasi Toby Alderweireld (Tottenham), Jan Vertonghen (Benfica), dan Thomas Meunier (Dortmund). Kemudian, Youri Tielemans (Leicester City), Thorgan Hazard (Dortmund), Dries Mertens (Napoli), hingga Michy Batshuayi, yang bermain di Crystal Palace dengan status pinjaman dari Chelsea.

"Semangat kami harus menjadi tujuan yang sangat jelas, mimpi. Saya selalu percaya bahwa jika kami berbagi semangat kami, maka sangat mudah untuk berkomitmen pada tujuan dan memberikan segalanya, bukan hanya dua jam saat kami berlatih," kata Martinez.

Kini, sepak terjang para pemain Belgia akan ditunggu saat pertandingan pertama Euro 2020 dilaksanakan. Sesuai jadwal, mereka akan menghadapi Rusia di Krestovsky Stadium, Saint Petersburg, 13 Juni 2021 dini hari WIB. Diprediksi, Belgia akan bisa memetik 3 poin. 

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network