Raih 1 Poin dari 3 Laga, Inilah 4 Pekerjaan Rumah Shin Tae-yong di Timnas Indonesia

"Positifnya banyak pemain muda. Fisik, mentalitas, semangat juga bagus. Tapi, ada hal negatif yang harus dibenahi."

Berita | 12 June 2021, 02:36
Raih 1 Poin dari 3 Laga, Inilah 4 Pekerjaan Rumah Shin Tae-yong di Timnas Indonesia

Libero.id - Tim nasional Indonesia resmi mengakhiri Kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan raihan 1 poin. Satu-satunya skor imbang didapatkan tim Garuda di era Shin Tae-yong, yaitu saat bertemu Thailand. Kini, nakhoda asal Korea Selatan itu punya pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi.

Pada pertandingan terakhir di Zabeel Stadium, Dubai, 12 Juni 2021 dini hari WIB, Indonesia harus mengakui keunggulan Uni Emirat Arab (UEA) 5 gol tanpa balas. Gol-gol yang bersarang ke jala Muhammad Riyandi dihasilkan Ali Mabkhout (2 gol), Fabio Lima (2 gol), serta Sebastian Tagliabue.

Meski secara hasil kalah memalukan, Indonesia memiliki masa depan yang cukup bagus di ajang-ajang selanjutnya. Pasalnya, mayoritas anggota skuad Garuda yang dibawa Tae-yong ke UEA masih berusia muda.

Pemain-pemain tersebut memiliki fisik yang cukup bagus. Semangat juang mereka a layak mendapatkan acungan dua jempol. Para pemain juga bertarung dengan sungguh-sungguh seolah tidak peduli jika peluang tim Garuda untuk melaju ke fase selanjutnya sudah tertutup sejak era Simon McMenemy.

Selain sejumlah hal posistif, kekalahan dari Vietnam dan UEA serta skor imbang dengan Thailand di Dubai memunculkan sejumlah hal negatif yang harus segera diselesaikan solusinya. Pasalnya, di masa depan timnas masih memiliki sejumlah agenda. Sebut saja play-off Kualifikasi Piala Asia, SEA Games, hingga Piala AFF.

Nah, berikut ini 4 pekerjaan rumah yang harus segera diperbaiki Shin Tae-yong:


1. Antisipasi umpan silang

Masalah lemahnya antisipasi umpan silang pemain-pemain timnas sebenarnya tidak terjadi di era Tae-yong semata. Sejak dulu, titik lemah utama tim Garuda adalah umpan lambung yang menusuk area penalti.

Postur pemain-pemain Indonesia yang masuk kategori pendek benar-benar dimanfaatkan lawan. Faktanya, sangat sulit menemukan pemain jangkung di Indonesia. Dalam skuad Tae-yong, pemain seperti Rifad Marasabessy berpostur 166 cm. Lalu, Andy Setyo (180 cm), Rachmat Irianto (173 cm), Rizky Ridho Ramadhani (183 cm), Pratama Arhan (170 cm), Firza Andika (167 cm), Asnawi Mangkualam (175 cm), Arif Satria (183 cm), Didik Wahyu Wijayance (173), dan Ryuji Utomo (183 cm).

Dengan kondisi seperti itu, lawan selalu menggunakan taktik yang sama. Contohnya gol Adisak Karisom saat Indonesia bermain imbang 2-2 dengan Thailand. Lalu, saat bertemu Vietnam. Yang paling baru ketika berhadapan dengan permainan solid UEA.

Sebenarnya, Tae-yong sadar betul dengan hal itu. Apalagi, saat uji coba melawan Afghanistan dan Oman, Indonesia juga menderita dengan umpan-umpan silang bola atas. Begitu pula dengan timnas U-19.


2. Transisi bertahan ke menyerang

Masalah berikutnya adalah transisi dari bertahan ke menyerang. Seringkali para pemain bertahan melakukan tugas yang cukup baik. Mereka disiplin saat bertahan dan mampu menjaga organisasi pertahanan dengan baik.

Tapi, ketika bola bisa dicuri atau jatuh ke kaki pemain Indonesia, transisi menuju serangan sangat buruk. Pemain sering salah umpan. Mereka mudah bingung saat akan memberikan bola ke pemain depan. Akibatnya, skenario serangan yang coba disusun sering layu sebelum berkembang.

"Kami harus lebih kompak lagi dalam bertahan dan menyerang. Terutama pada penekanan di teknik cara bertahan yang baik serta efektif dan simpel. Lalu, ada passing, set piece defence dan offence, kemudian terakhir adalah shoot-out," ujar Tae-yong setalah uji coba melawan Afghanistan.


3. Serangan balik belum maksimal

Buruknya transisi para pemain Indonesia juga berimbas pada sering gagalnya serangan balik yang dilancarkan. Para pemain masih belum bisa mengambil keputusan cepat. Mereka masih sering bingung apakah bola harus diumpan ke rekannya atau ditembak ke gawang.

"Kalau dilihat juga kekurangan ada saat tidak bisa melakukan serangan balik yang baik. Itu yang harus diperbaiki. Secara keseluruhan masih banyak kekurangan," kata Tae-yong setekah uji coba melawan Oman.


4. Eksekusi ke gawang lawan

Penderitaan Indonesia semakin lengkap karena tidak memiliki pemain yang jago melakukan eksekusi ke gawang lawan. Kushedya Hari Yudo, Muhamas Rafli, hingga Saddam Gafar yang diplot sebagai penyerang tengah belum mampu menjawab tantangan Tae-yong.

Meski mereka bermain ngotot dan tak kenal lelah, dua gol timnas di Dubai justru lahir dari pemain tengah. Kadek Agung dan Evan Dimas menjadi penyelamat Indonesia saat bertemu Thailand. 

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network