3 Negara ASEAN yang Pernah Dibantai 10 Gol di Kualifikasi Piala Dunia

"Kualitas sepakbola negara Asia Tenggara masih tertinggal jauh. Jadi lumbung gol. Indonesia salah satu korbannya."

Feature | 30 May 2021, 14:17
3 Negara ASEAN yang Pernah Dibantai 10 Gol di Kualifikasi Piala Dunia

Libero.id - Kualitas sepakbola di Asia Tenggara masih tertinggal dari wilayah-wilayah Asia lain seperti Asia Barat dan Asia Timur. Buktinya, dalam tiga edisi kualifikasi Piala Dunia terkini selalu saja ada tim yang dibantai 10 gol tanpa balas.

Untuk membuat kualitas sepakbola di Asia merata, Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) sebenarnya sudah membagi ke dalam beberapa sub konfederasi. Mereka adalah Asia Barat (WAFF), Asia Tengah (CAFA), Asia Selatan (SAFF), Asia Timur (EAFF), serta Asia Tenggara (AFF).

Setiap sub konfederasi memiliki level yang berbeda-beda. Mereka juga mempunyai kompetisi sendiri yang digelar secara rutin setiap satu atau dua tahun. Tujuannya, memperbanyak jam terbang para pemain.

Meski sudah ada usaha ke arah yang lebih baik, fakta menunjukkan kualitas timnas di setiap sub konfederasi sangat berbeda. Asia Barat dan Asia Timur misalnya, memiliki level yang jauh di atas Asia Tenggara, Asia Selatan, atau Asia Tengah. Hasil di kompetisi resmi seperti kualifikasi Piala Dunia menjadi bukti.

Berikut ini 3 negara ASEAN yang dibantai 10 gol tanpa balas dari tim Asia Timur atau Asia Barat pada kualifikasi Piala Dunia dalam 3 edisi terakhir:


1. Bahrain vs Indonesia 10-0 (Kualifikasi Piala Dunia 2014)

Pada 29 Februari 2012, Bahrain dan Indonesia saling berhadapan di Stadion Nasional Bahrain di Riffa. Sebelum pertandingan, Bahrain harus mencetak sembilan gol dan Qatar kalah dalam pertandingan berikutnya melawan Iran untuk melewati Qatar dan melaju ke babak berikutnya.

Tapi, karena gol penyama kedudukan menghadapi Iran lahir pada menit 83, pertandingan berakhir 2-2 dan dengan demikian Qatar melaju ke babak berikutnya, dan bukannya Bahrain.

Jelang pertandingan, Indonesia telah kehilangan semua (lima) pertandingan. Konflik internal di PSSI membuat semua pemain ISL dilarang bermain. Mereka hanya mengirimkan pemain yang bermain di LPI. Padahal, pemain nasional Indonesia yang biasa dan berpengalaman bermain di ISL. Indonesia diketahui telah menurunkan pemain berpengalaman karena situasi ini.

Sebelum pertandingan ini, rekor kekalahan terbesar Indonesia adalah 0-9, yang dicatat pada 1974 dari Denmark. Dalam enam pertemuan sebelumnya antara kedua tim, masing-masing tim telah menang dua kali, dengan dua pertandingan seri. Kedua tim sebelumnya telah bertemu di babak ini di Jakarta, dengan Bahrain menang 2-0.

Sebelum proses kualifikasi, kedua tim terakhir kali bertemu pada penyisihan grup Piala Asia 2007, 10 Juli 2007. Indonesia menang 2-1. Itu membalas kekalahan 1-3 di babak yang sama, tiga tahun sebelumnya.

Saat laga digelar, Indonesia mengalami kemunduran sejak awal ketika Syamsidar terkena kartu merah di menit ketiga. Setelah Bahrain mencetak gol penalti yang dihasilkan, mereka kemudian diberikan total empat penalti, termasuk tiga di babak pertama, meski penjaga gawang pengganti, Andi Muhammad Guntur, berhasil menyelamatkan dua dari empat tendangan.


2. Uni Emirat Arab vs Malaysia 10-0 (Kualifikasi Piala Dunia 2018)

Pada 3 September 2015, UEA menjamu Malaysia di Mohammed Bin Zayed Stadium, Abu Dhabi. Itu pertandingan ketiga Malaysia setelah sebelumnya menghajar Timor Leste 3-0 dan dikalahkan Palestina 0-6. Sementara UEA baru memainkan satu pertandingan saat mengalahkan Timor Leste 3-0.

Saat itu, Malaysia dipimpin Dollah Saleh. Drama kekalahan terbesar dalam 50 tahun tersebut diwarnai penggunaan tiga kiper berbeda, yaitu Khairul Fahmi Che Mat, Zamir Selamat, dan Khairul Azhan Khalid.

Fahmi langsung diganti pada menit 28 saat sudah kemasukan empat gol. Dia digantikan Zamin. Tapi, penjaga gawang Perak itu mengalami cedera dan harus ditandu keluar. Akibatnya, Khairul masuk sebagai pertahanan terakhir di menit 62. Pergantian tersebut tidak memberikan dampak apa-apa karena harus memungut bola dari gawangnya sebanyak enam kali.

Dengan hasil tersebut, Dollah langsung mengundurkan diri sebagai pelatih Malaysia. Posisi mantan penyerang itu digantikan Ong Kim Swee. Setelah itu, mereka berbenah dan pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 mampu mengalahkan Indonesia dua kali di Jakarta dan Kuala Lumpur.
 

3. Jepang vs Myanmar 10-0 (Kualifikasi Piala Dunia 2022)

Diperkuat mayoritas pemain Eropa, Jepang menghadapi Myanmar di Fukuda Denshi Arena, Chiba, 28 Mei 2021. Itu merupakan pertandingan pertama lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia Grup F yang terpusat di Chiba.

Jepang tampil sangat dominan sepanjang 90 menit. Samurai Blue tercatat melepaskan 27 tembakan percobaan dengan 13 diantaranya tepat sasaran. Mereka juga memiliki penguasaan bola mencapai 77%. Itu membuat Myanmar tampil bertahan sambil mencoba melakukan serangan balik.

Penampilan kelas dunia ala Jepang langsung terlihat ketika Takumi Minamino membuka rekening gol timnya ketika laga baru memasuki delapan menit. Tim tuan rumah menambah tiga gol melalui hattrick Yuya Osako. Jepang unggul 4-0 hingga turun minum.

Osako menambah golnya lagi ketika babak kedua berjalan empat menit. Jepang kembali mencetak gol melalui Hidemasa Morita, Minamino (gol kedua), dan Daichi Kamada. Osako melengkapi penampilannya dengan gol kelima pada menit 88 sebelum Ko Itakuri menutup pesta gol Jepang menjelang akhir pertandingan. Laga tuntas dengan kemenangan 10-0.

Selain kualitas yang berbeda, salah satu penyebab kekalahan memalukan Myanmar adalah pemogokan yang dilakukan sejumlah pemain terkait kudeta militer yang dilakukan beberapa waktu lalu. Salah satu yang memboikot adalah penjaga gawang, Kyaw Zin Htet.

"Kami hanya akan bermain sepakbola di jalan sampai kami mendapatkan demokrasi. Kami tidak akan bermain untuk tim nasional di bawah kediktatoran militer dan kami memprotes untuk mengirimkan pesan itu," kata Kyaw Zin Htet kepada media Jerman, DW World.

Seorang pejabat di Asosiasi Sepakbola Myanmar (MFF) mengatakan kepada AFP bahwa sebanyak setengah dari skuad biasanya absen dari kualifikasi. Beberapa pemain kembali ke provinsi asalnya selama protes, sementara yang lain secara terbuka menolak untuk bermain.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network