Bagaimana Kariernya? 11 Pelatih Eredivisie Penerima Rinus Michels Award

"Sejak 2003/2004, Asosiasi Sepakbola Belanda memberikan penghargaan kepada pelatih-pelatih terbaik di kompetisi domestik. Diberi nama Rinus Michels Award."

Feature | 13 May 2021, 16:00
Bagaimana Kariernya? 11 Pelatih Eredivisie Penerima Rinus Michels Award

Libero.id - Sejak 2003/2004, Asosiasi Sepakbola Belanda (KNVB) memberikan penghargaan kepada pelatih-pelatih terbaik di kompetisi domestik. Diberi nama Rinus Michels Award, penghargaan tersebut sudah dimenangkan 11 pelatih ternama. Ada yang memenangkan lebih dari sekali.

Bagi orang Belanda, Marinus Jacobus Hendricus Michels adalah sosok bertabur jasa. Sebagai pemain, dia menghabiskan seluruh karier untuk Ajax Amsterdam dan tim nasional Belanda. Setelah pensiun, dia dianggap sebagai salah satu pelatih terhebat sepanjang masa.

Michels menjadi yang paling terkenal karena prestasi kepelatihannya. Dia memenangkan Liga Champions bersama Ajax dan La Liga dengan Barcelona. Michels memiliki empat masa jabatan sebagai pelatih De Oranje dan mencapai final Piala Dunia 1974 serta memenangkan Euro 1988.

Kehebatan Michels diakui dunia. Dia dinobatkan sebagai Pelatih Abad Ini oleh FIFA pada 1999 dan pada 2007 didaulat sebagai Pelatih Sepakbola Terbesar Setelah Perang Dunia II oleh The Times. 

Menggunakan nama pelatih legendaris yang mengajarkan "totaal voetbal", Rinus Michels Award tidak hanya diberikan kepada orang-orang Belanda. Ini juga ditujukan kepada pelatih-pelatih asing yang sukses di kompetisi Negeri Kincir Angin setiap musimnya.

Berikut ini karier 11 pelatih pemenangan penghargaan bergengsi tersebut sejak 2003/2004 hingga 2018/2019 (2019/2020 tidak diberikan karena kompetisi dihentikan akibat pandemi Covid-19):


1. Co Adriaanse (2003/2004)

Jacobus Adriaanse meraih penghargaan ini setelah membawa AZ Alkmaar menempati posisi 5 klasemen akhir Eredivisie 2003/2004 untuk menggapai tiket Piala UEFA 2004/2005. Meski Ajax yang menjuarai liga, semua orang menilai penampilan AZ dibawah Adriaanse sangat bagus, khususnya jika melihat materi yang dimiliki.

Sekarang, Adriaanse sudah tidak aktif di sepakbola untuk menikmati hari tuanya. Sebelum pensiun, dia sempat melatih FC Porto, Metalurh Donetsk, Al-Sadd Doha, Red Bull Salzburg, Qatar U-23 dan FC Twente.


2. Guus Hiddink (2004/2005, 2005/2006)

Libero.id

Kredit: fifa.com

Guus Hiddink memilih untuk kembali ke negara asalnya dan mengambil alih tugas kepelatihan di PSV Eindhoven setelah sukses bersama Korea Selatan di Piala Dunia 2002.

Selama periode keduanya bersama PSV, Hiddink memenangkan tiga gelar Eredivisie (2002/2003, 2004/2005, 2005/2006), Piala KNVB 2005, dan Johan Cruyff Shield 2003. Di Eropa, Liga Champions 2004/2005 menjadi penampilan pertama PSV di semifinal sejak mengadopsi format saat ini pada 1992/1993. PSV kalah tipis di semifinal dari Milan karena gol tandang.

Pada Liga Champions 2005/2006, PSV berhasil melewati babak penyisihan grup. Tapi, tersingkir di babak gugur pertama, setelah kalah lima dari 11 pertandingan awal. Kemudian, Park Ji-sung pindah ke Manchester United, Lee Young-pyo ke Tottenham Hotspur, Mark van Bommel ke Barcelona, Johann Vogel ke Milan, dan Wilfred Bouma ke Aston Villa.

Periode ini di PSV akan membuat Hiddink menjadi pelatih Belanda paling sukses dalam sejarah, dengan enam gelar Eredivisie dan empat Piala KNVB. Itu melampaui rekor Michels sehingga normal jika dia meraih dua Rinus Michels Award secara beruntun sebelum meninggalkan PSV pada 2006 untuk melatih Australia.

Dari Negeri Kanguru, Hiddink pergi ke Rusia sambil menjadi pelatih interim Chelsea dalam dua periode. Lalu, Turki, Anzhi Makhachkala, Belanda, China U-21, dan sekarang di Curacao. Curacao? Itu koloni Belanda di Karibia anggota CONCACAF.


3. Louis van Gaal (2006/2007, 2008/2009)

Ketika Aloysius Paulus Maria van Gaal membawa Ajax merajai Eropa dengan gelar Liga Champions 1994/1995, Rinus Michels Award belum ada. Beruntung, ketika menukangi AZ pada 2005-2006, penghargaan ini sudah dilangsungkan.

Hasilnya, Van Gaal mendapatkan Rinus Michels Award dua kali pada 2006/2007 dan 2008/2009. Di bawah Van Gaal, AZ finish runner-up Eredivisie 2005/2006 dan ketiga pada 2006/2007. AZ juga menjadi runner-up Piala KNVB 2006/2007 dan kalah dalam play-off kualifikasi Liga Champions 2007/2008 dari Ajax.

AZ musim 2008/2009 memiliki rekor pertahanan terbaik di Eredivisie dan rekor pencetak gol terbaik kedua, di belakang Ajax, berkat duo ofensif pencetak gol terbanyak liga, Mounir El Hamdaoui dan Ari.

Mereka dinobatkan sebagai juara liga pada 19 April atau satu hari setelah menderita kekalahan tak terduga di kandang melawan Vitesse, yang mengakhiri serangkaian 28 pertandingan tak terkalahkan (melampaui rekor tim 1980/2081 pada 25 laga). Pada hari yang sama, Ajax, satu-satunya lawan yang secara teori masih mampu mengungguli AZ, kalah dari PSV. 

Setelah dari AZ, Van Gaal tetap menjadi pelatih yang sukses. Dia membawa Bayern Muenchen menjuarai Bundesliga, DFB-Pokal, dan DFL-Supercup. Ada lagi Piala FA dengan Manchester United dan peringkat 3 Piala Dunia 2014 bersama De Oranje.


4. Fred Rutten (2007/2008)

Musim itu PSV yang menjuarai Eredivisie. Tapi, justru Fred Rutten yang dinobatkan sebagai pelatih terbaik. Itu karena keberhasilannya meloloskan Twente ke kualifikasi Liga Champions setelah mengalahkan Ajax di play-off. Sepanjang musim, timnya juga tampil bagus. Akibatnya, pada musim panas 2008 dia dikontrak Schalke 04.

Dianggap kurang bagus di Schalke, Rutten kembali ke Belanda untuk menukangi PSV, Vitesse, dan Feyenoord. Selanjutnya, pergi ke Al Shabab di Dubai dan Maccabi Haifa di Israel. Terakhir, dia digantikan Vincent Kompany di Anderlecht.


5. Steve McClaren (2009/2010)

Steve McClaren menjadi pelatih asing pertama yang memenangkan Rinus Michels Award setelah melanjutkan kerja Fred Rutten di Twente dengan sempurna. Pria Inggris itu membuat awal yang baik untuk musim 2008/2009. Klub mengamankan tempat kedua di Eredivisie di belakang AZ dan mencapai final Piala KNVB (kalah adu penalti dari Heerenveen).

Twente juga lolos dari babak grup di Piala UEFA setelah mengalahkan Racing Santander dan Schalke 04 asuhan Rutten. Ini adalah pertama kalinya dalam 30 tahun klub bertahan di kompetisi Eropa setelah musim dingin. Twente akhirnya tersingkir melalui adu penalti di Babak 32 oleh Marseille.

Pada kampanye 2009/2010, McClaren, memimpin tim untuk beberapa hasil yang mengesankan. Twente mencapai puncak Eredivisie pada Oktober dan tetap berada di puncak selama beberapa bulan berikutnya. Mereka terus memuncaki liga hingga akhir musim dengan mengalahkan PSV dan Ajax.

McClaren pergi setelah itu. Dia melatih VfL Wolfsburg, Nottingham Forest, Twente, Derby County, Newcastle United, Derby County, Queens Park Rangers. Tapi, tidak ada yang sesukses saat berada di Belanda.


6. Michel Preud'homme (2010/2011)

Michel Georges Jean Ghislain Preud'homme mewarisi kesuksesan Rutten dan McClaren ketika mengambil alih Twente pada 2010. Dalam waktu singkat, mantan kiper timnas Belgia itu menghadirkan Johan Cruyff Shield 2010 dan Piala KNVB 2010/2011. Itu cukup membuat dia menjadi pelatih terbaik di Belanda.

Selanjutnya, Preud'homme melatih Al-Shabab Riyadh untuk menjuarai Saudi Professional League 2011/2012. Lalu, dia pulang ke Club Brugge menjuarai Piala Belgia 2014/2015, Belgian Pro League 2015/2016, dan Piala Super Belgia. Terakhir, Preud'homme berhenti sebagai pelatih Standard Liege seusai musim 2019/2020.


7. Ronald Koeman (2011/2012)

Libero.id

Kredit: instagram.com/ronaldkoeman

Saat ini Ronald Koeman sedang berjuang untuk membawa Barcelona menjuarai La Liga setelah beberapa pekan lalu berjaya di Copa del Rey. Jika gagal, maka prestasi tersebut sama dengan yang dihasilkan di Valencia pada 2007/2008.

Tapi, siapa sangka Koeman pernah mendapatkan Rinus Michels Award. Itu terjadi ketika pada 21 Juli 2011, ditunjuk sebagai pelatih Feyenoord. Dia menandatangani kontrak satu tahun sebagai pengganti Mario Been. Dia menjadi individu pertama yang pernah menjabat sebagai pemain dan pelatih di "tiga klub besar Belanda" (Ajax, PSV, Feyenoord).

Pada awal 2012, diumumkan bahwa kontraknya diperpanjang. Tapi, pada Februari 2014, Koeman mengumumkan akan meninggalkan Feyenoord pada akhir musim 2013/2014 untuk mengejar ambisi lain. Dia melanjutkan karier di Southampton, Everton, Belanda, dan sekarang di Barcelona.


8. Frank de Boer (2012/2013, 2013/2014)

Keberhasilan Ajax meraih gelar Eredivisie 2010/2011, 2011/2012, 2012/2013, 2013/2014 membuat Frank de Boer menjadi pelatih terbaik dua edisi beruntun. Setelah itu, dia menetap sebentar di Inter Milan dan Crystal Palace tanpa prestasi sebelum sukses dengan Atlanta United di MLS.

Sekarang, saudara kembar Ronald de Boer itu diberi kepercayaan memimpin De Oranje di Euro 2020 yang mundur ke 2021 akibat Covid-19.


9. Phillip Cocu (2014/2015, 2017/2018)

Phillip John-William Cocu menyerahkan kursi pelatih Derby County kepada Wayne Rooney pada 14 November 2020 setelah terpuruk di dasar klasemen Championship Division. Sebelumnya, mantan gelandang Barcelona tersebut juga diberhentikan Fenerbahce di tengah jalan.

Dua pemecatan itu tidak diduga jika melihat hasil kerja Cocu untuk PSV pada 2013-2018. Eredivisie (2014/2015, 2015/2016, 2017/2018), Piala KNVB Cup (2011/2012), dan Johan Cruyff Shield (2015, 2016) membuatnya menjadi pelatih terbaik di kampung halamannya dua kali.


10. Erik ten Hag (2015/2016, 2018/2019)

Libero.id

Kredit: instagram.com/afcajax

Masih menukangi Ajax hingga hari ini, Erik ten Hag selalu masuk radar setiap kali klub kaya Eropa melakukan suksesi pelatih. Dia pernah disebut sebagai calon pelatih Juventus. Pernah juga dengan Barcelona, Manchester United, Bayern Muenchen, dan yang terbaru Tottenham Hotspur.

Semua itu terjadi karena sepak terjang Ajax yang membanggakan bersama Ten Hag. Selain juara Belanda, Ajax juga nyaris ke final Liga Champions jika tidak dikalahkan Tottenham.


11. Peter Bosz (2016/2017)

Menjadi runner-up Liga Eropa 2016/2017 akibat dikalahkan Manchester United membuat Peter Bosz meraih Rinus Michels Award. Setelah final bersejarah itu, dia diminta menukangi Borussia Dortmund. Tapi, gagal. Sempat menganggur 1 tahun, Bosz ditunjuk melatih Bayer Leverkusen. Dia diberhentikan pada 23 Maret 2021 setelah hasil yang minor di Bundesliga.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network