Kisah Graziano Pelle, Pemain Mata Duitan Tinggalkan Timnas Demi Gaji Besar

"Saat terpilih masuk timnas, mereka akan berusaha bertahan selama mungkin. Anehnya, itu tidak berlaku untuk Graziano Pelle. Alasannya, uang!"

Biografi | 06 May 2021, 14:11
Kisah Graziano Pelle, Pemain Mata Duitan Tinggalkan Timnas Demi Gaji Besar

Libero.id - Bermain untuk negara adalah cita-cita semua pemain sepakbola profesional di seluruh dunia. Apapun dilakukan demi membela tim nasional. Saat sudah terpilih, mereka akan berusaha bertahan selama mungkin. Anehnya, hal itu tidak berlaku untuk Graziano Pelle. Alasannya, uang!

Berasal dari Monteroni di Lecce dan putra dari mantan penyerang Lecce saat di Serie C, Roberto Pelle, Pelle mulai bermain untuk tim muda klub lokal yang sama dengan ayahnya. Dia bergabung dengan tim junior Lecce dan berkembang melalui akademi.

Pelle memenangkan dua gelar Campionato Primavera dan Coppa Italia Primavera 2002 bersama klub yang bermarkas di Stadio Via del Mare itu. Dia melakukan debut di Serie A pada 11 Januari 2004 dengan kekalahan 1-2 di kandang melawan Bologna. Dia juga membuat total dua penampilan di musim itu.

Pada Januari 2005, Pelle dipinjamkan ke Catania di Serie B. Di sana, dia sering digunakan, meski gagal mencetak gol. Pada musim panas, Pelle terpilih masuk skuad Italia U-20 di Piala Dunia U-20 2005. Dia mencetak 4 gol, tapi Italia U-20 terhenti di perempat final.

Pelle kembali ke Lecce untuk kampanye 2005/2006. Tapi, dia dipinjamkan lagi di jendela transfer musim dingin ke Crotone di Serie B. Setelah kembali, dia dipinjamkan lagi untuk musim 2006/2007. Kali ini ke Cesena. Di sana dia mengalami hal hebat dengan 10 gol di Serie B.

Tapi, karier Pelle baru benar-benar bersinar saat meninggalkan Lecce pada musim panas 2007 untuk bergabung ke AZ Alkmaar. Awalnya, semua berjalan sulit karena dia berjuang untuk menggantikan Danny Koevermans, yang pindah PSV Eindhoven. Dia menyelesaikan musim pertama dengan hanya 3 gol dalam 27 pertandingan.

Setelah beradaptasi, Pelle mulai bermain bagus. Meski masih minim gol, dia membantu AZ menjuarai Eredivisie 2008/2009. Tapi, dilepas ke Parma pada musim panas 2011 sebelum kembali ke Belanda membela Feyenoord.

Keputusan bermain di Rotterdam tepat. Meski klubnya gagal juara, Pelle menunjukkan diri sebagai penyerang yang berkualitas. Pengalaman di AZ membuat dirinya tidak perlu beradaptasi lagi. Selama dua musim membela Feyenoord, dia bermain 57 kali di Eredivisie dengan mencetak 50 gol!

Ketajaman di Belanda membuat Pelle menjadi buruan tim-tim Liga Premier. Pelle ditransfer 8 juta pounds oleh Southampton pada musim panas 2014. Di sana dia bertemu kembali dengan Ronald Koeman. Pelle membuat debut kompetitif pada 17 Agustus 2014 melawan Liverpool. Sementara gol liga pertama datang di laga kontra West Ham United.

Penampilan Pelle di St Mary's sebenarnya sangat bagus. Di musim pertama, dia bermain 38 kali di Liga Premier dengan 12 gol. Lalu, pada musim 2015/2016, dia bermain 30 kali dengan 11 gol.

Aksi-aksi Pelle di Liga Premier juga berujung panggilan timnas senior. Pada 4 Oktober 2014, dia masuk skuad untuk pertandingan Kualifikasi Euro 2016 melawan Azerbaijan dan Malta. Dia melakukan debut sebagai starter saat bertandang ke Malta, 13 Oktober 2014. Dia mencetak gol dari jarak dekat setelah tendangan sudut pada menit 29.

Pelle terus menjadi pemain reguler Italia selama 2 tahun. Pada 31 Mei 2016, dia masuk dalam skuad 23 orang asuhan Antonio Conte untuk Euro 2016. Dalam laga pertama, 13 Juni 2016, melawan Belgia di Lyon, Pelle memainkan pertandingan penuh. Italia menang 2-0.

Pada babak 16 besar di Stade de France, 27 Juni 2016, Pelle melakukan tendangan voli di menit 91 untuk memberi Gli Azzurri kemenangan 2-0 atas juara bertahan Spanyol. Tapi, pada 2 Juli, dia gagal mengeksekusi penalti dalam kekalahan adu penalti dari Jerman di perempat final.

Sayang, karier cemerlang Pelle di klub Eropa maupun timnas terhenti pada musim panas 2016. Bukan karena kegagalan di adu penalti tersebut, melainkan keputusan mengejutkan pindah ke Liga Super China untuk membela Shandong Luneng dengan transfer 12 pounds (Rp238 miliar). Gaji, 350,000 (Rp7 miliar) pounds per pekan saat itu berada di posisi 7 dunia dan hanya kalah dari pemain-pemain seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau Neymar.

"Jelas, saya tidak akan pernah datang ke sini (China) jika bukan karena uang sebanyak itu," ucap Pelle, mengakui tanpa malu tentang motivasi utama bermain di Shandong, dilansir Football Italia.

Setelah Euro 2016, Conte berhenti dan digantikan Gian Piero Ventura. Mantan pelatih Torino itu mengikuti jejak Conte dengan hanya akan memanggil pemain yang merumput di kompetisi atas Benua Biru. Dulu, Conte pernah Andrea Pirlo dan Sebastian Giovinco yang bermain di MLS. Sedangkan Ventura memberi ultimatum kepada Pelle terlebih dulu.

"Seorang pemain harus memiliki keinginan untuk menang. Pindah ke liga yang lebih rendah tentu tidak akan membantu dalam mencapai hal tersebut. Ketika (Alessandro) Diamanti pindah ke China, dia juga kehilangan tempatnya di timnas, terlepas dari kualitasnya," ujar Ventura, dilansir Four Four Two.

Ventura sebenarnya sedikit berbaik hati kepala Pelle. Dia memberi kesempatan membuktikan diri untuk laga persahabatan melawan Prancis dan Kualifikasi Piala Dunia 2018 versus Israel. Dia menjawab dengan mencetak gol di kedua pertandingan itu.

Pelle dipanggil lagi untuk pertandingan melawan Spanyol dan Macedonia Utara pada 6 serta 9 Oktober 2016. Tapi, dia kemudian dikeluarkan dari skuad setelah menolak menjabat tangan Ventura ketika diganti pada menit 59 di pertandingan melawan Spanyol.

Tindakan tidak terpuji itu berakibat fatal. Meski meminta maaf secara terbuka, Ventura tidak pernah memberi Pelle kesempatan kedua. Bahkan, dua pelatih pengganti Ventura, Luigi di Biagio dan Roberto Mancini, juga sudah melupakan bakat Pelle.

"Menjadi bagian dari skuad Italia melibatkan berbagai nilai-nilai yang sesuai dengan tim nasional, dimulai dengan menunjukkan rasa hormat kepada staf, rekan satu tim, dan penggemar. Pemain ini (Pelle) akan kembali ke klub induknya," bunyi pernyataan resmi Asosiasi Sepakbola Italia (FIGC).

Lalu, bagaimana karier Pelle di China. Dia tetap bermain seperti biasa. Meski berada di kompetisi Asia, dia tidak terlalu istimewa. Pelle menyelesaikan kontraknya dengan Shandong pada 2020. Tidak ada lagi kontrak baru berharga selangit. Dia juga harus kembali ke kehidupan normal dengan gaji biasa bersama Parma sejak 5 Februari 2021 untuk kontrak 6 bulan.

Di Parma, Pelle tidak bisa berbuat banyak. Dengan gaji yang sedikit, dia baru mencetak 1 gol dari 9 laga Serie A. Sialnya, I Ducali sudah memastikan terdegradasi ke Serie B musim depan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 100%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network