Tertipu Iklan! 7 Transfer Aneh Pemain Muda Juventus pada 1999-2001

"Tidak semua pemain muda yang diboyong ke Turin memiliki penampilan bagus maupun masa depan membanggakan. Ada yang tertipu iklan"

Feature | 25 April 2021, 07:20
Tertipu Iklan! 7 Transfer Aneh Pemain Muda Juventus pada 1999-2001

Libero.id - Seperti umumnya klub raksasa Eropa, Juventus juga memiliki kegemaran mendatangkan pemain. La Vecchia Signora dikenal memiliki radar yang baik ketika mengunci pemain buruan. Tapi, pada 1999-2001, talent scout Juventus pernah tertipu sejumlah pemain muda, yang katanya berbakat.

Pada periode peralihan abad 20 ke 21, Juventus sempat mengubah arah perekrutan pemain. Jika sebelumnya membeli banyak pemain bintang yang sudah jadi, maka pada 1999-2001 diganti dengan mendatangkan pesepakbola-pesepakbola muda bertalenta.

Rencananya, pemain-pemain yang dipantau lewat sebagai pemandu bakat klub akan dibina lebih dulu di tim Primavera sebelum akhirnya ditampilkan di skuad utama La Veccgia Signora. Saat itu, Juventus sangat agresif mencari pemain. Tidak hanya di Italia, melainkan sampai ke Britania Raya, Skandinavia, dan Amerika Latin.

Beberapa talenta muda yang didatangkan mampu menjadi bintang. Contohnya, Gianluca Zambrotta yang didatangkan dari Bari pada usia 22 tahun atau Edwin van der Sar dari Ajax Amsterdam saat berusia 20 tahun.

Namun, tidak semua pemain muda yang diboyong ke Turin memiliki penampilan bagus maupun masa depan membanggakan. Beberapa pesepakbola justru tidak sesuai iklannya. Sejumlah nama bahkan sangat mengecewakan dan dianggap aneh oleh suporter La Vecchia Signora sendiri.

Berikut ini 7 transfer aneh pemain muda yang dilakukan Juventus pada 1999-2001:


1. Matteo Brighi

Libero.id

Matteo Brighi

Matteo Brighi lebih dikenal suporter karena statusnya sebagai pemain terhebat di game FIFA 2003 besutan EA Sports dengan rating 97. Angka itu lebih baik dari Ronaldo Luiz Nazario de Lima, yang di era tersebut sedang tren. Jika dibandingkan pemain masa kini, Brighi hanya kalah dari Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Itu karena Brighi baru saja dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik Serie A. Bahkan, saat pindah ke Juventus pada 1999 dari Rimini, Direktur Olahraga La Vecchia Signora, Luciano Moggi, membandingkan Brighi dengan gelandang legendaris Real Madrid, Fernando Redondo.

Tapi, dunia maya memang berbeda dengan dunia nyata. Brighi terbukti gagal di Juventus. Dia dipinjamkan ke Rimini dan Bologna sebelum dijual murah ke Parma pada 2002.


2. Andreas Isaksson

Andreas Isaksson datang dari klub di kampung halamannya Swedia, Trelleborg, di waktu yang sama dengan Edwin van der Sar. Itu keputusan yang salah karena terbukti Van der Sar lebih dibutuhkan dibanding Isaksson.

"Karena sepakbola tidak berjalan dengan baik bagi saya (di Italia). Saya tidak cocok dengan tim itu. Itu menjadi sulit untuk bertahan. Kehidupan di luar juga tidak baik. Semuanya menjadi sulit. Jadi, yang terbaik adalah pindah," kata Isaksson dalam sebuah wawancara dengan Svenskafans beberapa tahun kemudian.

Masalahnya, Juventus mengalami kesulitan saat kiper tersebut dijual ke Djurgarden. Trelleborg memegang opsi pertama pada pemain jika dia akan dijual dengan harga kurang dari 9 juta krona (Rp15 miliar). Juventus gagal memberitahu Trelleborg tentang minat Djurgarden dan akhirnya harus membayar 7,5 juta krona pada 2003.

Setelah kembali ke tanah airnya, Isaksson akhirnya lebih sukses di luar negeri. Dia bermain untuk Rennes dan PSV Eindhoven. Sang penjaga gawang juga sempat menghabiskan waktu di Manchester City.


3. Sergio de Windt

Direkomendasikan ke Juventus oleh Edgar Davids, Sergio de Windt dikontrak sebagai remaja dari Ajax Amsterdam pada musim panas 2000. Pemain bertahan kelahiran 9 Agustus 1982 itu dianggap Davids sebagai orang yang bisa menggantikan dirinya di masa depan.

Tapi, De Windt gagal total. Bahkan, ketika maih bersama Juventus U-19. Akibatnya, dia harus pergi. De Windt kembali ke Belanda untuk membela Haarlem. Hingga kini, hanya ada sedikit catatan tentang kariernya di kemudian hari selain periode singkat di tim kasta ketiga Belanda, Rijnsburgse Boys, pada 2010.

Menurut Transfermarkt, De Windt pensiun pada 2012 setelah bermain di klub amatir Belanda lainnya, CSW Wilnis.


4. Vincent Pericard

Libero.id

Vincent Pericard

Vincent de Paul Pericard bermain sebagai striker. Pria kelahiran Kamerun yang membela Prancis U-21 itu sempat dikenal di Inggris saat bermain membela Portsmouth dan Stoke City. Dia juga sempat membela Sheffield United, Millwall, Southampton, hingga Swindon Town.

Tapi, dalam kurun waktu 11 tahun, karier Pericard berubah sangat dratis dari bermain bersama Zinedine Zidane di Juventus menjadi pemain medioker di klub non liga di Inggris, Havant dan Waterlooville.

Dulunya Pericard didatangkan Juventus dari Saint-Etienne. Tapi, dia hanya membuat satu penampilan ketika masuk sebagai pemain pengganti melawan Arsenal di Liga Champions. "Seluruh hidup dan kariernya saya di Juventus sangat memalukan," kata Pericard pada 2018.

"Saat itu, saya dan dua pemain Prancis lainnya menjalani pelajaran Bahasa Italia dengan seorang guru yang cantik. Suatu malam kami berada di rumah dan saya mengirim pesan kepada guru itu dan mengundangnya untuk minum bersama kami," tambah Pericard.

"Satu jam kemudian, telepon berdering. Itu adalah Roberto Bettega (wakil presiden Juventus). Dia marah dan bertanya kepada kami siapa yang mengirimi pacarnya pesan. Kami tidak tahu dia pacarnya. Kami diseret untuk melakukan pembicaraan, dan mereka meminjamkan saya ke Portsmouth," lanjut Pericard.

"Itu sangat buruk karena segalanya berjalan sangat baik bagi saya di Juventus. Saya menghancurkan karier saya di Juventus dengan hal yang tidak perlu. Itu semua karena SMS yang tidak seharusnya. Saya tidak ragu bahwa tanpa hal itu terjadi, hidup saya akan sangat berbeda," ungkap striker berpostur 185 cm itu.


5. Ronnie O’Brien

Ronnie O’Brien adalah transfer paling aneh dalam sejarah Juventus. Itu karena gelandang Irlansia tersebut sebenarnya baru saja dilepas Middlesbrough ketika dikontrak Juventus 5 tahun pada 1999. Agen Paul Merson, Steve Kutner, menjadi perantara kesepakatan. Itu setelah Merson berbicara tentang kehebatan O'Brien selama latihan.

Kemungkinan, apa yang dikatakan Merson kepada Kutner hanya hiperbola. "Tentu saja, ketika dia mengatakan Italia, saya pikir dia bermaksud menurunkan. Saya tidak berpikir saya akan bergabung dengan Juventus," kata O'Brien kepada Teeside Live beberapa tahun kemudian.

Tidak mengherankan, gelandang tersebut tidak pernah naik kelas di Turin dan dikirim dengan status pinjaman empat kali sebelum akhirnya menetap di MLS. Tapi, dia masih menjadi berita utama selama waktunya di Italia.

Anehnya, ada yang menemukan dirinya dalam pencalonan sebagai "Orang Abad Ini" versi Time setelah orang-orang iseng mendorong pengguna internet untuk memilih pemain sepakbola yang tidak dikenal dalam jajak pendapat online. Itu menempatkan namanya di samping orang-orang hebat seperti Martin Luther King, Winston Churchill, hingga Bunda Theresa.

O'Brien akhirnya dihapus dari jajak pendapat, dengan keputusan Time: "Kandidat yang aneh dan orang lain yang tidak sesuai dengan semangat gelar tidak akan dihitung," bunyi pernyataan majalah asal Amerika Serikat (AS) itu.

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan O'Brien? Bakat, kemampuan, mentalitas, maupun kecerdasan O'Brien memang tidak cocok dengan kompetisi sepakbola level atas Eropa. Buktinya, saat pergi ke MLS, dia justru sukses bersama FC Dallas, Toronto FC, dan San Jose Earthquakes. Bahkan, sekarang dia melatih tim junior Toronto.

"Ronnie tidak berhasil di sini. Tapi, kami mendoakan yang terbaik untuknya di sisa kariernya. Kami pikir dia masih harus membuktikan sesuatu sebelum dia dapat mengklaim dirinya sebagai pemain yang berbakat," bunyi pernyataan resmi Middlesbrough saat melepas O'Brien.


6. Tomas Guzman

Tomas Guzman bergabung dengan tim junior Juventus dari Presidente Hayes pada 2001. Pada Maret 2002 dia mendapat kesempatan bermain melawan Arsenal di Liga Champions karena Juventus merotasi skuad utama setekah lolos ke babak berikutnya. Juventus menang 1-0

"Guzman Paraguay, yang diantara semuanya adalah satu-satunya yang memiliki potensi fenomena tersebut," tulis Kolumnis sepakbola di Italia, Emanuele Gamba, untuk La Repubblica pada 2000.

Ternyata, pertandingan melawan Arsenal merupakan satu-satunya yang dijalani Guzman bersama tim utama La Vecchia Signora. Bahkan, ketika Juventus dipaksa turun kasta karena Calciopoli 2006, Guzman tidak menjadi pemain inti. Dia hanya bermain 1 kali di Serie B saat melawan Pescara. Itu 4 tahun setelah debutnya di Liga Champions.

Mengapa? Itu terjadi karena pemain-pemain seperti Alessandro del Piero, David Trezeguet, Marcelo Zalayeta, Valeri Bojinov, Raffaele Palladino, hingga Sebastian Giovinco masih membela Juventus.


7. Fabian Carini

Kedatangan Fabian Carini dari Danubio di Uruguay diharapkan bisa mengoreksi kesalahan dari transfer Andreas Isaksson. Itu karena penjaga gawang berpostur 190 cm tersebut sudah memiliki penampilan untuk timnas senior.

Tapi, saat tiba di Turin, Carini hanya bernasib sedikit lebih baik dari Isaksson. Dua dari 4 tahun di Stadio Delle Alpi hanya dihabiskan dengan status pinjaman di Standard Liege. Lalu, dia benar-benar pindah secara permanen ke Inter Milan dan tampil di Serie A empat kali.

Karier nomaden di level klub menjadi kesimpulan Carini. Tapi, dia masih bisa memiliki 74 caps untuk La Celeste.

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan Juventus


  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network