Bukan Petr Cech! Inilah Jens Martin Knudsen, Kiper Pertama dengan "Helm"

"Orang-orang menyebutnya sebagai topi jambul putih."

Biografi | 31 March 2021, 03:00
Bukan Petr Cech! Inilah Jens Martin Knudsen, Kiper Pertama dengan "Helm"

Libero.id - Siapa bilang Petr Cech pelopor kiper dengan helm? Jauh sebelum kiper legendaris Republik Ceko itu, Jens Martin Knudsen telah lebih dulu mengenakannya. Dikenal sebagai "topi berbandul putih", pria berusia 53 tahun itu adalah kiper legendaris tim nasional Kepulauan Faroe.

Knudsen memulai karier sebagai pesepakbola amatir untuk tim lokal NSI Runavik. Pada 1992, dia pindah ke Gl Gota untuk memenangkan medali Kejuaraan Nasional Kepulauan Faroe, 4 kali berturut-turut pada 1993-1996.

Setelah dua musim di Islandia bersama Leifur, Knudsen kembali ke Kepulauan Faroe Sebelum menghabiskan waktu singkat dengan status pinjaman di tim asal Skotlandia, Ayr United. Dia pindah kembali ke Leifur untuk musim berikutnya. Pada 2001, dia akhirnya kembali ke NSI sebagai pemain-pelatih. Dia pensiun pada usia 40 tahun.

Knudsen terkenal karena 65 penampilannya untuk timnas Kepulauan Faroe. Dia melakukan debut dalam pertandingan persahabatan melawan Islandia pada Agustus 1988. Itu pertandingan pertama Kepulauan Faroe setelah diakui FIFA.

Lalu, Kepulauan Faroe melakukan salah satu kejutan paling terkenal dalam sejarah sepakbola Eropa dengan Knudsen berada di bawah mistar. Laga itu adalah Kualifikasi Euro 1992 melawan Austria. Kepulauan Faroe menang 1-0 dan Knudsen adalah salah satu pahlawan setelah melakukan banyak penyelamatan.

Layaknya aksi Thibaut Courtois atau David de Gea pada masa kini yang mencuri perhatian media, penampilan Knudsen ketika itu juga membuat banyak orang penasaran. Pasalnya, ada banyak hal tidak biasa yang dia kerjakan.

Pertama, tutup kepada putih yang dikenakan. Itu bukan topi. Bukan pula helm rugby seperti Cech pada masa kini. Itu lebih mirip tutup kepala orang-orang Sikh di India. Ada juga yang menyebutnya mirip dengan perban yang digunakan untuk membungkus kepala orang luka.

Faktanya, itu seperti perpaduan antara topi dengan helm. Berwarna putih dan memiliki jambul di atasnya. Media di Inggris menyebutnya sebagai "The Keeper with the Bobble Hat" (Kiper dengan topi jambul putih).

"Setelah pertandingan melawan Austria, kami bisa saja menjadi orang bodoh terbesar di Eropa. Jika kami kalah 0-10, saya akan menjadi orang bodoh terbesar di dunia (karena tutup kepala putih yang oleh sebagian orang disebut konyol)," ujar Knudsen di situs resmi UEFA pada 2007.

Sama seperti alasan Cech menggunakan helm rugby, Knudsen mengenakan atribut unik tersebut untuk melindungi kepalanya yang pernah gegar otak saat berusia 14 tahun. Saat remaja, dia juga terjatuh ketika bermain sepakbola bersama rekan-rekannya. kepalanya terbentur tanah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit dengan vonis gegar otak ringan.

Kepopuleran "topi jambul putih" menjadikan Knudsen bintang iklan sejumlah produk di Kepulauan Faroe, Islandia, Denmark, hingga Inggris. Bahkan, pada 1996, BBC sempat membuat serial khusus untuk membahas Knudsen dalam tayangan Fantasy Football League.

Dia tampil bersama presenter Frank Skinner dan David Baddiel di acara segmen terkenal "Phoenix From The Flames" untuk menciptakan kembali momen terkenal itu. David dan Frank memainkan peran sebagai penyerang Austria dan Knudsen memainkan peran dirinya sendiri, menyimpan tembakan mereka persis sama seperti dalam pertandingan sebenarnya dengan rekaman asli yang dimainkan setelahnya.

Selain topi, hal kedua yang membuat Knudsen terkenal adalah statusnya saat itu sebagai pemain semiprofesional. Meski membela negara di laga resmi, Knudsen sebenarnya berprofesi sebagai sopir truk forklift paruh waktu di pabrik pengolahan ikan di kota pelabuhan Runavik.

Runavik adalah tempat yang menjadi lokasi para nelayan membongkar tangkapan ikannya setelah melaut berhari-hari. Di sanalah Knudsen bekerja setiap hari ketika sedang tidak ada aktivitas sepakbola. Ketika panggilan negara datang, dia meminta izin atasannya untuk Torshavn berlatih dan bertanding dengan timnas.

Tapi, dua hal itu ternyata tidak cukup mengetahui siapa Knudsen. Hal ketiga dan yang paling membuat orang penasaran sekaligus kagum adalah statusnya sebagai atlet di tiga cabang olahraga berbeda.

Selain sepakbola, Knudsen adalah juara senam di negara asalnya. Dia punya medali emas dalam Kejuaraan Nasional Senam Kepulauan Faroe. Dia sempat mewakili Faroe di sejumlah kompetisi internasional.

Bukan hanya senam, Knudsen juga tercatat sebagai anggota tim nasional bola tangan Kepulauan Faroe. Beda dengan sepakbola, posisi Knudsen di bola tangan adalah pemain lapangan (bukan kiper). Dia juga tercatat bermain secara reguler di kompetisi bola tangan Kepulauan Faroe bersama Tjaldur.

Jadi, bisa dibayangkan sibuknya atlet kelahiran Saltangara, 11 Juni 1967 itu. Dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tapi, dia lain hari dia juga harus bermain tiga olahraga sekaligus. "Itu (sepakbola, senam, bola tangan) membantu saya dengan kelincahan, kekuatan, dan kebugaran," ucap Knudsen.

Setelah mengoleksi 65 pertandingan bersama Kepulauan Faroe, Knudsen pensiun pada 2006. Tidak ada penampilan di Piala Eropa atau Piala Dunia yang dijalani Knudsen. Begitu pula Piala UEFA, Liga Champions, Piala Winners, atau hanya sekedar Piala Intertoto.

Tapi, kepopuleran Knudsen telah melegenda. Pada 2000-an ketika pemain-pemain ternama di sejumlah negara Eropa akan bertanding melawan Kepulauan Faroe, maka yang terlintas dalam benak mereka adalah Knudsen.

"Yang saya tahu tentang mereka (Kepulauan Faroe) adalah pelatih mereka adalah orang Denmark dan penjaga gawang mereka memakai topi berbandul," kata Torsten Frings pada 2002 saat akan memperkuat Jerman tandang ke Kepulauan Faroe pada Kualifikasi Euro 2004 Grup 5. Itu adalah pertemuan pertama Der Panzer dengan Kepulauan Faroe.

Dua tahun kemudian, Thierry Henry menyatakan hal yang tidak berbeda jauh dengan Frings sebelum Prancis menghadapi Kepulauan Faroe. "Kiper adalah satu-satunya yang saya tahu. Saya tidak mengenalnya. Saya hanya tahu topinya," ujar Legenda Arsenal tersebut.

Dan, ketika Republik Irlandia mengunjungi Torshavn untuk menghadapi Kepulauan Faroe pada 2005, suporter tamu sengaja mengenakan topi berbandul untuk menghormati Knudsen. Tapi, bukan berwarna putih, melainkan hijau.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network