Nasib Tragis Malaga, Dulu Bertabur Bintang Kini di Kasta Kedua

"Dulu mereka membeli Ruud van Nistelrooy, Jeremy Toulalan, Santi Cazorla, Isco, Joaquin Sanchez. Kini terpuruk."

Feature | 09 March 2021, 12:49
Nasib Tragis Malaga, Dulu Bertabur Bintang Kini di Kasta Kedua

Libero.id - Pada 2011/2012, Malaga menjadi pusat pemberitaan media. Kedatangan pemilik baru asal Qatar, Abdullah ben Nasser Al Thani, membuat Los Baquerones belanja banyak pemain. Mereka finish di zona Liga Champions untuk kali pertama dalam sejarah. Tapi, setelah itu bangkrut dan terjun bebas!

Klub sepakbola pertama di Malaga, Andalucia, didirikan pada 1904, dengan pembentukan Malaga Foot-Ball Club. Lalu, pada 1912, FC Malagueno dibentuk dan segera menjadi saingan Malaga FC. Pada 1927 Malaga FC menjadi Real Malaga setelah diberikan perlindungan oleh Raja Alfonso XIII.

Pada akhir 1930, Real Malaga diubah menjadi Malaga Sport Club. Tiga tahun kemudian, Malaga SC dan FC Malagueno bergabung menjadi Club Deportivo Malacitano. Lalu, pada 1941 klub berganti nama menjadi Club Deportivo Malaga ketika Estadio La Rosaleda diresmikan.

Selanjutnya, pada 25 Mei 1948, CD Malaga membentuk tim cadangan setelah mengambil alih CD Santo Tomas. Klub itu diberi nama Club Atletico Malagueno. Ketika CD Malaga dibubarkan setelah kesulitan keuangan pada 1992, anggota klub melakukan referendum pada 19 Desember 1993. Hasilnya, mereka mengubah CA Malagueno menjadi Malaga Club de Futbol pada 29 Juni 1994.

Sempat stabil pada 1990-an hingga 2000-an, masalah keuangan kembali menghantam Malaga pada 2010. Presiden saat itu, Fernando Sanz, memutuskan menjual klub ke investor Qatar dengan hanya 36 juta euro. Pada 11 Juni 2010, Al Thani akhirnya menjadi pemilik baru Los Boquerones. Itu harga yang sangat murah!

Segera setelah memiliki Malaga, salah satu anggota Kerajaan Qatar itu melakukan perombakan. Pada 28 Juni 2010, Jesualdo Ferreira ditunjuk sebagai pelatih dan Moayad Shatat diangkat sebagai wakil presiden merangkap manajer umum. Perombakan dilanjutkan dengan mendatangkan Salomon Rondon dan Eliseu.

Sayang, hasilnya masih kurang memuaskan sehingga Jesualdo dipecat setelah menempatkan klub di zona degradasi. Kemudian, Shatat mengukuhkan Manuel Pellegrini sebagai pelatih pengganti pada November 2010.

Keberadaan pemain baru membuat Malaga menyiapkan dana belanja musim dingin. Nakhoda asal Chile tersebut lalu mendatangkan Martin Demichelis dan Julio Baptista. Hasilnya, Los Boquerones keluar dari zona merah dan menyelesaikan musim 2010/2011 di peringkat 11.

Dalam persiapan menghadapi musim baru (2011/2012), Malaga menandatangani kontrak dengan Nike sebagai pemasok perlengkapan. Mereka juga mencapai kesepakatan kolaborasi dengan UNESCO.

Langkah itu dilanjutkan dengan mendatangkan beberapa pemain kelas dunia. Mereka adalah Ruud van Nistelrooy, Jeremy Toulalan, Santi Cazorla, Isco, Joaquin Sanchez, hingga Nacho Monreal. Bahkan, dengan 21 juta euro dari Villarreal, Cazorla menjadi pembelian termahal dalam sejarah Malaga.

Pembelian yang berhasil. Sebab, untuk pertama kalinya dalam sejarah, klub lolos ke Liga Champions setelah menyelesaikan kampanye La Liga 2011/2012 di posisi 4. Dengan 58 poin dari 38 pertandingan, Malaga di belakang Real Madrid, Barcelona, dan Valencia.

Saat berpartisipasi untuk pertama kali di Liga Champions, Malaga tergabung bersama AC Milan, Anderlecht, dan Zenit Saint Petersburg di Grup C. Mereka berhasil keluar dari babak penyisihan dengan tidak terkalahkan serta menang melawan ketiga klub tersebut.

Pada babak 16 besar, Malaga mengalahkan FC Porto. Tapi, mereka terhenti di perempat final dari Borussia Dortmund lewat kejadian kontroversial di penghujung laga. Saat itu, wasit tidak menghentikan laga ketika waktu sudah seharusnya diakhiri. Justru, Dortmund mencetak 2 gol di menit sehingga keunggulan 2-1 Malaga sirna menjadi kekalahan 2-3.


Bangkrut karena terlilit banyak hutang

Harga murah Malaga ketika Al Thani membeli dari Sanz ternyata hanya kamuflase. Sang pemilik baru tidak menyangka jika Malaga memiliki hutang yang sangat banyak. Nominalnya, lebih dari 10 kali lipat dari uang yang dibayarkan Al Thani ketika membela Los Boquerones dari Sanz.

Dampak dari utang itu pada terasa pada 2012/2013. Malaga dilarang UEFA bermain di kompetisi Eropa karena utangnya. UEFA menyatakan hukuman untuk klub itu berlaku 4 musim. Tapi, setelah banding, sanksi berkurang menjadi 1 musim dan klub dikeluarkan dari Liga Eropa 2013/2014.

Untuk mengatasi masalah finansial yang membelit, pada musim panas 2013, Isco dijual ke Real Madrid. Lalu, Joaquin ke Fiorentina dan Jeremy Toulalan ke AS Monaco. Posisi pelatih juga berubah dengan Bernd Schuster mengambil alih kursi Pellegrini.

Penjualan para pemain bintang otomatis membuat Malaga mengalami penurunan hasil secara konsisten. Pada 19 April 2018, Malaga menghadapi Levante dan berharap untuk mengakhiri rentetan 10 kekalahan beruntun yang membuat posisi 20 klasemen sementara La Liga ditempati.

Namun, nasib berubah menjadi lebih buruk dan Malaga kebobolan gol dari Levante lewat Emmanuel Boateng di additional time babak kedua. Los Boquerones kalah 0-1 dan harus terdegradasi ke Segunda Division untuk pertama kali setelah 10 musim.

Pada 2018/2019, Malaga nyaris dipromosikan kembali ke La Liga 2019/2020 setelah finish di posisi 3 Segunda Division. Tapi, mereka harus tersingkir di babak pertama play-off oleh Deportivo de La Coruna.

Kemudian, pada awal 2020, muncul laporan bahwa pemilik klub, Al Thani dan keluarganya, berhutang 8,5 juta euro kepada Malaga dalam bentuk pinjaman dan kredit. Uang itu untuk membeli saham dari pemegang saham yang lebih kecil untuk dialihkan ke pengeluaran pribadi dan kepentingan bisnis mereka.

Dampak dari masalah itu membuat persiapan Malaga menuju kompetisi 2020/2021 terganggu. Mereka tidak punya uang sehingga harus memberhentikan seluruh skuad utama menyelamatkan klub dari kebangkrutan. Gantinya, menggunakan pemain-pemain junior dan pinjaman dari klub lain.

Menggunakan skuad yang ala kadarnya telah membuat Malaga kurang kompetitif. Untuk sementara, mereka ada di posisi 10 klasemen dengan 37 poin dari 28 pertandingan. Los Boquerones hanya unggul 9 poin dari zona degradasi ke Segunda Division B.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network