Kisah Aturan Golden Goal yang Sempat Mewarnai Sejarah Sepakbola

"Dunia tidak akan melupakan golden goal David Trezeguet di Euro 2000 dan gol Ahn Jung-hwan ke gawang Italia di Piala Dunia 2002."

Feature | 26 February 2021, 11:06
Kisah Aturan Golden Goal yang Sempat Mewarnai Sejarah Sepakbola

Libero.id - Pertandingan sepak bola dianggap menarik oleh sebagian besar penduduk bumi. Bahkan, untuk sebagian orang awam saja, tetap terdapat sesuatu yang istimewa. Sebut saja perasaan mendebarkan dan jantung yang berdetak lebih cepat ketika menyaksikan detik-detik penalti.

Perasaan seperti ini jauh lebih mendebarkan, apalagi drama adu penalti sangat menentukan hasil akhir siapa yang bakal keluar sebagai pemenangnya. Satu tendangan penalti dapat menjadi perubahan besar yang dapat mempengaruhi hasil pertandingan.

Hal ini sangat jauh berbeda dari gaya sepak bola yang menerapkan aturan layaknya ‘kematian mendadak’. Aturan ini sempat berlaku dalam sepak bola era 1990-an. Di sini, kita memikirkan kembali untuk melihat naik-turunnya popularitas gol emas (golden goal) sebagai penentu kemenangan tim dalam pertandingan yang terpaksa dilakukan ketika terjadinya perpanjangan waktu.

Kelahiran Golden Goal
Apa Golden Goal itu?

Tergantung pada usia Anda, mungkin Anda belum pernah menonton pertandingan yang menerapkan aturan golden goal. Aturan ini berlaku dalam kompetisi yang menerapkan sistem gugur. Secara garis besarnya, kedua tim akan menjalani babak tambahan melalui sistem golden goal ketika hasil imbang diperoleh hingga berakhirnya waktu normal 2x45 menit. Tim yang lebih dahulu mencetak gol akan keluar sebagai pemenang.

Sistem ini membuat peluang menjalani drama adu penalti lebih kecil, karena setiap tim memiliki kesempatan lebih besar untuk menyelesaikannya saat babak tambahan waktu. Sistem ini membuat tim termotivasi mencetak gol cepat.

Kapan Aturan itu Diperkenalkan?
Konsep menggunakan golden goal lahir dari hasil pemikiran di ruang rapat FIFA di awal tahun sembilan puluhan. Sebagai bentuk uji pemikiran ini, maka diberlakukan serangkaian tes yang dilakukan di kompetisi tingkat junior pada 1993. Dari sini, aturan itu mulai diterapkan ke turnamen lebih umum seperti Olimpiade dan Piala Konfederasi.

Di awal penerapan golden goal, tak banyak keluhan terhadap hasil rancangan FIFA ini. Reaksi itu membuat Federasi Sepak bola Inggris (FA) turut menerapkan golden goal di turnamen tingkat klub pada 1995. Mereka menggunakan metode itu di Piala FA.

Mengapa Aturan itu Diperkenalkan?

Jika Anda seorang penggemar yang mengikuti sepak bola, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa mereka memutuskan aturan golden goal. Agar adil, keputusan mereka sebenarnya mengikuti jalur yang cukup logis. Apalagi, rasanya salah jika kita sok mengkritik peraturan yang dibentuk oleh FIFA. Otoritas sepak bola dunia ini sejatinya hanya mempersingkat waktu sekaligus mendorong tim yang menjalani golden goal lebih bersemangat. Sistem itu bertujuan mengubah ritme permainan membosankan di babak tambahan dengan permainan cepat dan menghibur.

Sistem golden goal tak lagi menciptakan tempo permainan lambat serta kurang menarik disaksikan. Hal itu sempat terjadi karena kemungkinan takut kalah atau karena sudah kelelahan sebelum golden goal diterapkan. Apapun alasannya, golden goal sempat mengubah ritme permainan sepak bola saat itu.

Para pembuat aturan (FIFA) percaya pengenalan aturan golden goal akan memaksa tim untuk menyerang. Anda bisa membayangkannya sekarang bukan? Pelatih terus-menerus mengeluh karena harus bermain ekstra setengah jam di babak tambahan.

Dalam benak mereka hanya segera memenangkan pertandingan melalui gol cepat pada 15 menit awal babak tambahan. Motivasi itu yang membuat sepak bola, khususnya di babak tambahan lebih menarik disaksikan.

Menjadikannya Mainstream
Kapan golden goal pertama kali digunakan di kompetisi besar?

Setelah beberapa kali uji coba, keputusan diambil untuk menerapkan sistem tersebut. Dan, Piala Eropa 1996 dijadikan turnamen besar pertama yang menggunakan metode golden goal. Sistem ini diberlakukan mulai babak perempat final, yang berarti hanya ada tujuh pertandingan yang memenuhi syarat menggunakan metode tersebut.

Ternyata, lima dari tujuh partai melakukannya. Tiga laga di perempat final, semifinal, dan final Piala Eropa 1996. Metode golden goal membuat semua tim saat itu melakukan strategi menyerang tanpa adanya pikiran menunda waktu untuk terciptanya drama adu penalti.

Perempat final berlalu dengan hasil seri di dua laga hingga perpanjangan waktu, maka laga diselesaikan melalui adu penalti. Hal yang sama terjadi di babak semifinal. Aturan baru golden goal tampak terlihat konyol pada waktu itu.

Momen golden goal baru tercipta di final saat Republik Ceko menghadapi Jerman. Der Panzer menjadi pemenang walau sempat terjadi hasil imbang 1-1 di waktu normal. Rep Ceko sempat unggul lebih dulu berkat gol Patrick Berger sebelum Oliver Bierhoff menyamakan kedudukan 14 menit kemudian.

Ketika pertandingan kembali dilanjutkan lewat perpanjangan waktu menggunakan sistem golden goal, Bierhoff menjadi penentu kemenangan Jerman melalui aksi heroiknya. Mantan striker yang sempat bermain bersama AC Milan itu mampu mengelabuhi kiper Rep Ceko, Petr Kouba. Jerman beruntung dapat menyelesaikan laga itu lebih cepat, karena Der Panzer dituding buruk ketika menjalani adu penalti.

Golden Goal yang Mendunia

Setelah Bierhoff mencatatkan namanya sebagai sosok pertama yang berhasil meraih keuntungan lewat golden goal, FIFA terus maju dengan menerapkan aturan baru tersebut. Turnamen internasional besar berikutnya adalah Piala Dunia 1998 di Prancis. Kali ini ada 16 pertandingan sistem gugur yang harus dimainkan, namun hanya empat laga yang membutuhkan perpanjangan waktu. Empat laga ini juga ditentukan lewat golden goal.

Prancis pertama kali berjuang melawan Paraguay untuk memperebutkan tempat di perempat final. Les Bleus harus melewati itu setelah bermain imbang tanpa gol hingga berakhirnya waktu normal. Prancis nyaris menjalani adu penalti sebelum Laurent Blanc menjadi penentu kemenangan Prancis pada menit ke-114.

Menjadi Andalan

Setelah aturan golden goal diberlakukan di dua turnamen besar, FIFA makin semangat menerapkan itu. Salah satunya di Piala Eropa 2000, di mana terdapat momen dua golden goal tercipta. Kejadian bersejarah itu tercipta di semifinal dan final. Kedua momen itu dicetak Prancis melalui aksi Zinedine Zidane dan David Trezeguet.


Kemudian tiba di Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korea Selatan. Anda dapat menyaksikan tiga golden goal tercipta di turnamen ini. Korea Selatan mengejutkan Italia di babak gugur pertama, Senegal mencetak gol pada tahap yang sama untuk melampaui Swedia ke perempat final, hingga momen saat Senegal dipermalukan Turki dalam perebutan tempat ketiga.

Bagaimana dengan Kompetisi Klub Besar?

Setelah diterapkan di level internasional, aturan tersebut juga diberlakukan di kompetisi yang diikuti klub-klub Eropa. Walau begitu, momen golden goal di level kompetisi klub tak sebaik di kompetisi internasional, karena sifat kompetisi klub sangat berbeda. Contohnya konsep keunggulan gol atau agresivitas gol tandang membuat kompetisi jarang sekali dimainkan hingga perpanjangan waktu.

Namun, ada beberapa momen golden goal yang dicetak di kompetisi klub seperti Piala Super. Sementara di Liga Champions, tidak satupun permainan dimenangkan berdasarkan aturan golden goal. Piala UEFA juga sempat memberlakukan aturan itu, tapi hanya ada satu momen yang dimenangkan melalui golden goal.

Kebetulan momen itu terjadi di final saat Liverpool menghadapi Alaves. Ketika kedua tim bermain imbang selama 90 menit, Gary McAllister memanfaatkan keuntungan golden goal di babak tambahan. Tendangan bebas McAllister salah diantisipasi dengan baik oleh Delfi Geli hingga tercipta gol bunuh diri paling menyedihkan dalam sejarah sepak bola.

Apakah Aturan Golden Goal Sukses?

Peraturan ini sempat berjalan mulus, meski hasilnya tak sesuai harapan banyak pihak. Aturan itu justru menuai banyak hasil yang cenderung menimbulkan kontra ketimbang pihak yang mendukung aturan tersebut.

Ketika Anda menganggap bahwa golden goal menyajikan serangkaian hasil yang menarik di turnamen internasional, Anda mungkin berpikir aturan tersebut mulai membuktikan nilainya. Faktanya tidak demikian. Sepak bola adalah bisnis hiburan dan pendekatan 'dibunuh atau membunuh' pada akhir bisnis pertandingan besar tidak banyak membantu mendorong kualitas sepak bola itu sendiri. Aturan itu akhirnya dibatalkan pada 2003.

Aturan Golden Goal Saat Ini

Golden goal sudah hampir punah saat ini. Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan beberapa bentuk perbaikan pada teka-teki perpanjangan waktu, tetapi tidak pernah terwujud menjadi sesuatu yang berhasil. Apakah kamu pernah mendengar istilah silver goal selain golden goal? Benar-benar lelucon! Bagaimanapun, waktu tambahan hari ini sama seperti pada 1992. Itu hanya 30 menit sebagai tambahan waktu perpanjangan. Satu-satunya pengecualian untuk ini, di mana gaya permainan layaknya kematian mendadak dari golden goal masih berlaku, yaitu di sepak bola perguruan tinggi di Amerika Serikat. Mereka dipersilahkan untuk melakukan aturan tersebut di dalam pertandingan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network