Karier Unik Alexi Lalas, Bek Legendaris AS Sekaligus Musisi Rock Jempolan

"Alexi Lalas menyandang status sebagai orang Amerika Serikat (AS) pertama yang bermain di Serie A. Rambut dan janggutnya khas."

Biografi | 11 February 2021, 09:07
Karier Unik Alexi Lalas, Bek Legendaris AS Sekaligus Musisi Rock Jempolan

Libero.id - Saat masih aktif bermain, Alexi Lalas menyandang status sebagai orang Amerika Serikat (AS) pertama yang bermain di Serie A, yaitu dengan Padova pada 1994-1996. Selain bermain sepakbola, mantan bek itu juga berpofesi sebagai musisi.

Dikenal sebagai salah satu pesepakbola berpenampilan nyentrik dengan rambut ikal pirang sebahu dan janggut panjang kemerahan, Lalas memiliki karier yang sama unik dengan penampilannya. Ketika AS menjadi tuan rumah Piala Dunia 1994, Lalas ikut bermain. 

Ketika itu, Lalas bukan pemain profesional. Dia hanya memiliki curriculum vitae sebagai mantan pesepakbola kampus di Rutgers University, New Brunswick, New Jersey. Di tim yang dikenal sebagai Rutgers Scarlet Knights itu, Lalas kuliah sambil bermain sepakbola pada 1988-1991. Selama 4 musim di Rutgers, dia mencapai NCAA Final Four 1989 dan National Championship Game 1990.

Setelah selesai kuliah mengikuti seleksi tim nasional AS yang sedang dipersiapkan ke Olimpiade 1992. Dia lolos seleksi dan mengikuti TC jangka panjang serta sejumlah pertandingan uji coba maupun kompetisi regional Amerika Utara. Debutnya terjadi pada 12 Maret 1991 saat AS bermain imbang 2-2 melawan Meksiko pada NAFC Championship. Itu kompetisi sebelum Piala Emas CONCACAF.

Ketika Olimpiade dilaksanakan di Barcelona, Lalas bermain bersama sejumlah pemain legendaris AS seperti Brad Friedel, Cobi Jones, Joe-Max Moore, hingga Claudio Reyna. Tapi, AS terhenti di fase grup setelah hanya menang melawan Kuwait dan imbang dengan Polandia.

Petualangan Lalas di timnas semakin menjadi saat Bora Milutinovic menjadi pelatih. Dia masuk skuad utama AS di Copa America 1993 sebagai undangan CONMEBOL mewakili CONCACAF bersama Meksiko. Pada tahun yang sama, AS menjadi runner-up Piala Emas edisi perdana 

Setahun berselang, Piala Dunia digelar. Lalas kembali masuk skuad dan masih menjadi pemain utama. Meski AS hanya menempati posisi 3 klasemen akhir Grup A, sistem kompetisi saat itu memungkinan lolos ke babak 16 besar. Sebab, turnamen hanya diikuti 24 tim.

Sayang, mimpi AS untuk banyak bicara di Piala Dunia harus tdak bisa terwujud. Pada fase knock-out pertama mereka dikalahkan Brasil 1-0 lewat gol semata wayang Bebeto. Pada akhir turnamen, Brasil keluar sebagai juara.

Dari Piala Dunia, Lalas mendapatkan kontrak membela Padova. Dengan Lalas memperkuat pertahanan tim dan mencetak 3 gol dari bola mati (termasuk melawan AC Milan dan Inter Milan), Padova menyelesaikan musim 1994/1995 di posisi 14 klasemen. Mereka bertahan di Serie A setelah mengalahkan Genoa di play-off. Duel harus dilaksanakan karena poin Genoa dan Padova sama, 40.

Lalas masih bermain di Padova pada 1995/1996, meski sudah mengikat kontrak untuk bermain di MLS. Kompetisi profesional itu sebenarnya akan digelar pada 1995. Tapi, mundur pada 1996 sehingga Lalas harus kembali ke Italia.

Ketika MLS akhirnya bergulir, Lalas membela New England Revolution. Setelah 2 tahun, dia pindah ke New York/New Jersey Metro Stars (New York Red Bull). Berikutnya, Kansas City Wizards dan Los Angeles Galaxy. Bersama Galaxy inilah Lalas menjuarai Piala Champions CONCACAF 2000 dan MLS 2002.

Uniknya, selain tangguh saat berjibaku di lapangan, Lalas ternyata juga memiliki jiwa seni yang sangat tinggi. Dia bukan hanya menyukai musik. Dirinya bahkan memiliki grup band profesional yang diberi nama The Gypsies. 

Band miliknya pernah tampil sebagai pembuka konser Hootie & The Blowfish saat tur di Eropa pada 1998. Band indie tersebut dia dirikan ketika masih kuliah di Rutgers. Mereka merekamnya sendiri, menjualanya sendiri, dan tanpa disadari menarik perhatian banyak pencinta musim di AS, Amerika Utara, dan sebagian Eropa.

Musik sudah menjadi bagian dari jiwa pemilik 96 caps dan 9 gol bersama AS itu. Ketika masih bermain, dia sudah memiliki tekad untuk terus bermusik. Bahkan, ketika sudah tak aktif di sepakbola, Lalas semakin bersemangat bermusik. Konser dan rekaman semakin kerap dilakukan Lalas. 

Faktanya, Lalas sudah meliris 7 solo album. Satu album saat masih aktif bermain dan 2 ketika sudah gantung sepatu. Sebut saja Ginger yang rilis pada 1998, Far from Close (2008), Infinity Spaces (2014), Shots (2016), Sunshine (2018), serta Look at You (2019).

Sebagai pemusik, Lalas juga menjadikan banyak grup band papas atas dunia sebagai inspirasi dalam karier maupun kehidupan sehari-hari. Dia juga menyukai musik-musik beraliran cadas seperti Led Zeppelin, Van Halen, atau Metalica. Begitu pula pemusik cadas seperti Ozy Osbourne. 

“Saya tidak terlalu suka musik hip-hop karena jarang memiliki melodi. Saya suka musik dengan melodi," kata pria kelahiran Michigan, 1 Juni 1970, tersebut, dilansir Planet Football.

Meski memiliki karier musik yang gemilang, Lalas tidak bisa lepas dari sepakbola. Dia pernah ditunjuk sebagai Presiden dan Manajer Umum San Jose Earthquakes selama musim MLS 2004 dan 2005. Dia juga menjabat sebagai General Manager New York Red Bulls pada 2005-2006. 

Lalas juga pernah berperan sebagai Presiden LA Galaxy pada 2006-2008. Selama waktunya di sana, klub menandatangani David Beckham. Lalas juga menghabiskan 6  tahun sebagai komentator untuk ESPN sebelum menandatangani kesepakatan dengan Fox Sports.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network