Kisah Loyalitas Marcell Jansen, Pilih Pensiun Muda Saat Kontrak Tak Diperpanjang Hamburg

"Daripada membela klub lain, dia memilih pensiun. “Saya tidak mungkin mencium lambang klub lain.”"

Biografi | 28 December 2020, 11:57
Kisah Loyalitas Marcell Jansen, Pilih Pensiun Muda Saat Kontrak Tak Diperpanjang Hamburg

Libero.id - Siapa pemain sepakbola paling loyal di dunia? Dia bukan Lionel Messi, Francesco Totti, Franco Baresi, Paolo Maldini, Giuseppe Bergomi, Javier Zanetti, Ryan Giggs, Paul Scholes, Iker Casillas, Steven Gerrard, Frank Lampard, atau Bambang Pamungkas. Sosok yang dimaksud adalah Marcell Jansen.

Status tersebut layak didapatkan Jansen, meski tidak masuk anggota one-club man atau merumput belasan tahun di satu klub. Mantan full back kiri tim nasional Jerman itu juga pensiun di usia yang relatif muda, yaitu 29 tahun, pada 2015.

Namun, kisah yang melandasi pensiunnya Jansen membuat banyak suporter sepakbola di Jerman, khususnya Hamburg SV, angkat topi. Dia memutuskan gantung sepatu sebagai setelah kontrak kerjanya tidak diperpanjang. Jansen memilih mundur karena tidak ingin bermain di klub selain Hamburg.

"Saya tidak mungkin dengan tiba-tiba mencium lambang klub lain di seragam saya," ucap pesepakbola yang ikut membantu Der Panzer menempati peringkat 3 Piala Dunia 2006, 2010, serta runner-up Euro 2008 tersebut, kepada salah satu harian Jerman, Bild, pada 2015.

Saat itu, Jansen sempat menjadi headline di banyak media olahraga Jerman. Penyebabnya, keputusan gantung sepatu yang diambil pria kelahiran Moenchengladbach, 4 November 1985, tersebut di usia emas.

Alasan yang dikemukakan Jansen mampu menyayat hati semua pendukung Hamburg. Dia menyebut sangat mencintai Die Rothosen sehingga tidak pernah berpikir bermain di klub lain. Padahal, sebelum bermain untuk Hamburg, Jansen sebenarnya sempat membela beberapa klub Bundesliga, termasuk Borussia Moenchengladbach dan Bayern Muenchen.

"Saya memikirkannya saat liburan. Ada banyak tawaran bagus. Tapi, bagi saya melanjutkan (bermain di klub selain Hamburg) bukanlah pilihan. Saya bugar, bisa pindah dengan bebas transfer, dan masih bisa mendapatkan banyak uang. Tapi, saya lebih suka meninggalkan uang," ungkap Jansen.

Jansen menyatakan Hamburg memang bukan klub sepakbola profesional pertamanya. Dia juga baru datang ke Volksparkstadion pada 28 Agustus 2008 saat ditransfer 8 juta euro dari Bayern dan dikontrak 5 tahun.

Namun, Jansen jatuh cinta dengan Hamburg. Dia dengan bangga mengaku menjadikan Die Rothosen sebagai klub terakhir yang menyentuh hatinya. Dia tidak tahu alasannya. Jansen hanya menyatakan bahwa sambutan yang didapatkan dari suporter selama bermain di Hamburg telah menyihir dirinya untuk cinta mati kepada klub.

"Dalam beberapa tahun terakhir saya sangat terikat secara emosional dengan semua orang yang ada di Hamburg. Saya akan terus tinggal di Hamburg dan akan selalu mencintai klub ini," ucap Jansen.

Hebatnya, cinta Jansen kepada Hamburg ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Sebagai bentuk penghargaan, para anggota Die Rothosen dan suporter melakukan pemilihan presiden klub yang baru pada 19 Januari 2019. Hasilnya, Jansen terpilih menjadi orang nomor satu di Hamburg.

"Apakah saya mencintai Gladbach? Tentu saja. Tapi, sekarang saya punya klub baru (Hamburg). Saya tidak ingin berbohong atau menipu. Saya tidak ingin membohongi fans ketika saya tidak lagi mendukungnya (Gladbach). Saya adalah penggemar berat klub ini (Hamburg)," tambah pemain yang sempat dibuang ke Hamburg II itu.

Sepanjang berkarier di Hamburg, Jansen bermain pada 152 pertandingan Bundesliga dengan memproduksi 20 gol. Jika ditotal, dia merumput 184 kali dengan mencetak 26 gol. Sayang, tidak ada satu pun gelar juara kompetisi resmi yang sanggup dipersembahkan Jansen. Trofi justru didapatkan ketika memperkuat FC Hollywood pada 2007/2008.

Lalu, mengapa pada akhir musim 2014/2015, Hamburg justru tidak memperpanjang kontrak pemainnya yang paling setia? Jawabannya, cedera. Hampir setiap musim, Jansen harus absen karena bertemu tim dokter karena berbagai masalah kesehatan.

Puncak cedera yang membuat manajemen Hamburg menyerah terjadi pada 2013/2014 dan 2014/2015. Pada 2013/2014, Jansen dimainkan sebagai bek kiri sebelum menderita patah jari kaki. Setelah kembali ke tim utama, Jansen menjadi kapten ketika Rafael van der Vaart cedera. Tapi, cedera kembali memaksa Jansen absen lama.

Situasi tersebut benar-benar disadari Jansen dan manajemen Hamburg. Dengan kontrak tersisa 1 musim, Hamburg merekrut Matthias Ostrzolek dari FC Augsburg sebagai pengganti Jansen di kiri belakang.

Kedatangan Ostrzolek tidak langsung menyingkirkan Jansen. Sang pemain justru berpindah dari full back menjadi sayap kiri. Tapi, jelang libur Natal-Tahun Baru, cedera kembali menghantam Jansen. Ketika paruh kedua musim 2014/2015 digulirkan kembali, Jansen sudah sembuh. Tapi, dia kembali cedera setelah 2 pertandingan.

Dengan sejumlah fakta obyektif itulah, Hamburg mengambil sikap final. Pada akhir musim 2014/2015, Hamburg memilih untuk tidak memperpanjang kontrak Jansen. Dia tidak kecewa. Dia bisa memahami keputusan yang diambil. Lalu, Jansen merespons dengan menyatakan pensiun.

"Banyak yang bertanya kepada saya apakah saya sebenarnya menginginkan bermain klub baru? Jawaban saya tidak. Tapi, saya memang selalu ingin terlibat mengelola klub yang saya cintai ini," jelas Jansen saat diputuskan menjadi presiden Hamburg pada 2019.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network