Di Mana Sekarang? Starting XI Indonesia Saat Dibantai Bahrain 0-10

"Sejarah kelam diciptakan tim nasional pada Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia, 29 Februari 2012."

Feature | 15 December 2020, 14:21
Di Mana Sekarang? Starting XI Indonesia Saat Dibantai Bahrain 0-10

Libero.id - Sejarah kelam diciptakan tim nasional pada Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia, 29 Februari 2012. Pasukan Garuda dibantai 0-10 saat menghadapi Bahrain di Riffa. Itu rekor kekalahan terbesar Indonesia di sepakbola.

Indonesia datang ke Bahrain dalam kondisi yang kurang bagus. Dualisme kompetisi, timnas, dan PSSI membuat semuanya kacau. Boikot para pemain Indonesia Super League (ISL) memaksa PSSI mengirim skuad Indonesia Premier League (IPL). Masalahnya, selama ini ISL menjadi tulang punggung tim Merah-Putih.

Pada hari pertandingan, Aji Santoso selaku pelatih kepala memiliki stok pemain terbatas. Tidak ada satupun pemain yang pernah bermain di atas 12 pertandingan internasional. Bahkan, Aji dengan berani memberi kesempatan 8 pemain untuk melakukan debut di starting line-up. Hanya ada 3 pemain yang pernah bermain untuk timnas sebelumnya.

Hasilnya sudah bisa ditebak. Indonesia mengawali pertandingan dengan sangat buruk. Tim Garuda sudah bermain 10 orang saat pertandingan baru berjalan 3 menit karena Samsidar melanggar pemain lawan di kotak penalti. Pertandingan pun berjalan berat sebelah. Bahrain terus memburu gol, sedangkan Indonesia hanya bertahan dan sesekali menyerang balik.

Di babak pertama, Indonesia sudah ketinggalan 0-4. Mahmood Abdulrahman mencetak 2 gol untuk Bahrain. Sisanya diciptakan Ismael Abdullatif dan Mohamed Tayeb. Lalu, Bahrain memproduksi 6 gol lagi di babak kedua. Tiga dari kaki Shayed Dhiya, 2 dari Tayeb, dan 1 lainnya Abdullatif.

Sempat muncul rumor pertandingan dijual ke bandar judi karena kekalahan Indonesia menguntungkan Bahrain. Tapi, rumor tersebut menguap seiring waktu setelah FIFA dan AFC melakukan investigasi.

Apalagi, kemenangan telak ternyata tetap membuat Bahrain gigit jari. Poin mereka tidak cukup untuk mengantarkan ke babak keempat. Di klasemen akhir Grup E, Bahrain ada di posisi 3 dengan 9 poin. Mereka kalah 1 poin dari Qatar yang di pertandingan lainnya bermain imbang 2-2 dengan Iran. Jadi, yang berhak lolos ke babak selanjutnya adalah Iran dan Qatar.

Berikut ini starting line-up Indonesia di pertandingan memalukan tersebut: 


1. Kiper: Syamsidar

Saat itu, Syamsidar berstatus kiper Semen Padang setelah selama bertahun-tahun membela PSM Makassar. Pada pertandingan bersejarah itu, Samsidar menjadi awal dari bencana Indonesia. Akibat pelanggaran yang dilakukan di menit-menit awal, wasit langsung menjatuhkan kartu merah.

Setelah kejadian itu, Syamsidar terus bermain sepakbola bersama sejumlah klub sebelum akhirnya pensiun pada 2017. Saat itu, Syamsidar baru saja menyelesaikan tugasnya dengan ikut meramaikan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Luwu Utara 2020.

Dia bukan menjadi pasangan calon bupati atau wakil bupati, melainkan anggota salah satu tim pemenangan. Syamsidar masuk politik dengan bergabung dalam tim sukses Muhammad Thahar Rum-Rahmat Laguni (MTR-RL). Sayang, berdasarkan hasil hitung cepat, pasangan yang didukung Syamsidar kalah dari Indah Putri Indriani-Suaib Mansur (BISA).


2. Bek kanan: Hengky Ardiles

Hengky jadi salah satu pemain yang menjalani debut di laga melawan Bahrain. Berstatus pemain Semen Padang, fullback kanan asli Padang itu kebingungan mengantisipasi pergerakan lawan. Hengky sekarang sudah pensiun dan bergabung di jajaran staf pelatih Semen Padang sekaligus menjadi karyawan di PT Semen Padang.


3. Bek tengah: Gunawan (Wahyu Wijiastanto, 68)

Gunawan juga menjalani debut di laga versus Bahrain. Saat itu, bek berpostur 182 cm tersebut berstatus anggota Timnas U-23 yang tampil di SEA games 2011. Dia menjadi pemain yang tampil sangat buruk. Gunawan tidak mampu menjalin komunikasi yang baik dengan rekan-rekannya. Dia sering bingung saat serangan masuk area penalti.

Saat ini, Gunawan masih aktif bermain sepakbola, meski tidak lagi mendapatkan panggilan tim Garuda. Sejak 2019, dia tercatat sebagai pemain Bali United yang menjuarai Liga 1.

Selain bersama Bali, Gunawan juga meraih sukses bersama Sriwijaya FC. Dia membantu Laskar Wong Kito menjuarai Indonesian Community Shield 2010 dan Indonesian Inter Island Cup 2010. Gunawan juga membantu Persija Jakarta menjuarai Liga 1 2018 dan Piala Presiden 2018.

Di laga melawan Bahrain, Gunawan hanya bermain 68 menit sebelum digantikan Wahyu Wijiastanto. Saat itu, Wahyu membela Seman Padang setelah hijrah dari Persiba Bantul. Saat ini, dia sudah pensiun. Persip Pekalongan menjadi tim terakhir yang dibela Wahyu pada 2017.


4. Bek tengah: Abdul Rahman

Sebagai anggota timnas U-23 yang tampil di SEA Games 2011 dan membela Semen Padang, Rahman mendapatkan panggilan bermain melawan Bahrain. Itu adalah debutnya di laga resmi tim senior. Sama seperti Gunawan dan Wahyu, yang jadi tandem di jantung pertahanan, Rahman bermain buruk.

Setelah hari kelam di Riffa, Rahman tetap bermain sepakbola, meski jarang dipanggil ke timnas. Dari Seman Padang, dia membela Sriwijaya FC, Persib Bandung, Karketu Dili (Timor Leste), Bali United, dan PSM Makassar. Hingga saat ini dia masih aktif sebagai pemain Juku Eja.


5. Bek kiri: Diego Michiels

Diego adalah pemain naturalisasi dari Belanda yang dipercaya menjalani debut senior melawan Bahrain. Dia juga menjadi salah satu anggota skuad SEA Games 2011 asuhan Rahmad Darmawan.

Awalnya, dia bermain untuk Pelita Jaya di ISL. Lalu, Diego "membelot" bermain untuk Arema Indonesia di IPL. Diego dipanggil melawan Bahrain dan bermain 90 menit, meski tidak banyak melakukan hal positif. Saat ini, Diego masih aktif bermain. Sejak 2016, mantan pemain Go Ahead Eagles itu membela Borneo FC. Diego juga sempat membela Sriwijaya FC dan Mitra Kukar.


6. Sayap kanan: Slamet Nurcahyo (Andi Muhammad Guntur, 4)

Slamet dipilih bermain melawan Bahrain setelah tampil bagus sebagai gelandang serang Persiba Bantul. Tapi, kartu merah yang diterima Syamsidar membuat Aji menarik Slamet untuk digantikan kiper muda PSM Makassar, Andi Muhammad Guntur. Praktis, Slamet tidak banyak unjuk kemampuan.

Secara teknis, kiper pengganti Syamsidar itulah yang bertanggung jawab memungut 10 bola dari jalanya. Guntur saat itu baru berusia 22 tahun dan baru 2 tahun masuk ke skuad utama PSM. Hingga saat ini, Guntur masih aktif bermain dan belum beranjak dari skuad Juku Eja.

Hal yang sama juga dijalani Slamet. Dia masih aktif di sepakbola Indonesia. Sejak 2016, Slamet tercatat sebagai pemain Madura United. Dia juga pernah membela Persepam Madura United dan Persebaya Bhayangkara. Jika ditotal, Slamet memiliki 5 caps untuk tim Garuda.


7. Gelandang: Muhammad Taufiq

Taufiq punya karier yang cukup bagus di sepakbola Indonesia setelah kejadian memalukan di Bahrain. Lepas dari Persebaya 1927, dia bergabung dengan Persib Bandung dan menghasilkan gelar ISL 2014 dan Piala Presiden 2015. Taufiq juga menjadi bagian generasi emas Bali United saat menjuarai Liga 1 2019. Beberapa kali dia juga sempat mendapatkan panggilan timnas.


8. Gelandang: Aditya Putra Dewa (Ricky Ohorella, 61)

Aditya mencuri perhatian ketika menjadi pencetak gol terbanyak ISL U-21 2008/2009 dengan 10 gol untuk PSM Makassar. Ketika dualisme terjadi di Indonesia, PSM memilih IPL sehingga Aditya mendapatkan kesempatan membela timnas melawan Bahrain.

Sebagai gelandang tengah, penampilannya sangat buruk sehingga digantikan Ricky Ohorella pada menit 61. Saat itu, Ricky adalah pemain Semen Padang. Sama seperti Aditya, dia juga menjalani debut senior pada pertandingan bersejarah tersebut.

Saat ini, Aditya dan Ricky sama-sama masih aktif bermain sepakbola. Aditya membela Persikabo setelah sempat memperkuat PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman. Sementara Ricky kembali ke Padang setelah berkelana untuk mencari pengalaman di Borneo FC dan Arema FC.


9. Sayap kiri: Rendy Irawan

Rendy dikenal sebagai sayap lincah yang memberikan kecepatan di sektor penyerangan Persebaya selama bertahun-tahun. Dia juga membantu Bajul Ijo mendapatkan kesuksesan di sepakbola Indonesia hingga hari ini. Di usia 33 tahun, Rendy tetap setiap bersama klub dari Kota Pahlawan tersebut.

Saat melawan Bahrain, Rendy ikut terpilih karena bermain untuk Persebaya 1927. Itu menjadi debut Rendy di timnas. Itu juga satu-satunya pertandingan senior yang melibatkan dirinya dengan seragam berlogo garuda. 


10. Penyerang: Irfan Bachdim

Libero.id

Kredit: instagram.com/ibachdim

Bachdim bermain untuk Persema Malang saat pertandingan melawan Bahrain dilaksanakan. Sebagai pemain profesional yang datang jauh-jauh dari Belanda, dia hanya berusaha menjalankan profesi sebagai pemain. Pasalnya, sejak awal Persema sudah bermain di IPL ketika masih bernama Liga Primer Indonesia (LPI).

Hingga saat ini Bachdim masih aktif bermain. Sempat menjadi pemain pujaan suporter Bali United, suami Jennifer Kurniawan itu tercatat sebagai anggota PSS Sleman ketika Liga 1 2020 belum dihentikan terkait pandemi Covid-19.

11. Penyerang: Ferdinan Sinaga

Libero.id

Kredit: instagram.com/ferdinand17sinaga

Ferdinan dikenal sebagai pemain yang rajin berpindah klub. Bersama Syamsidar dan Bachdim, dia menjadi satu dari tiga pemain berpengalaman di pertandingan melawan Bahrain. Tapi, sepakbola adalah permainan tim sehingga peran Ferdinan tidak maksimal ketika rekan-rekannya loyo.

Setelah pertandingan itu, Ferdinan meninggalkan Semen Padang untuk membela Putra Samarinda. Lalu, kariernya berlanjut ke Persib Bandung, Sriwijaya FC, PSM Makassar, Kelantan FA, dan kembali ke PSM. Musim ini, dia dipinjamkan ke PSMS Medan di Liga 2.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network