9 Kegagalan Menyakitkan Inggris di Ajang Besar dalam 30 Tahun Terakhir

"Paling nyesek tentu di Piala Dunia 2018 lalu saat kalah dari Kroasia di semifinal. Andai Kane mengumpan Sterling."

Feature | 22 November 2020, 05:39
9 Kegagalan Menyakitkan Inggris di Ajang Besar dalam 30 Tahun Terakhir

Libero.id - Inggris adalah negara besar sepakbola di Eropa yang puasa trofi internasional sangat lama. Sejak menjuarai Piala Dunia 1966, The Three Lions tidak pernah berjaya. Bahkan, dalam 30 tahun terakhir mereka sering tersingkir menyakitkan.

Beda dengan Italia, Jerman, Spanyol, Portugal, atau Prancis yang sudah bisa mengangkat piala pada milenium baru, Inggri masih dikutuk. Negeri Ratu Elizabeth II tersebut selalu bernasib sial ketika ambil bagian pada turnamen besar sekelas Piala Eropa atau Piala Dunia.

Uniknya, setiap kegagalan yang didapatkan Inggris selalu menyakitkan. Selain diwarnai drama, terkadang kegagalan-kegagalan tersebut harus berujung dengan kontroversi dan perdebatan sengit di media. Selalu saja ada kambing hitam yang ditunjuk untuk diharapkan tanggung jawabnya.

Berikut ini 9 pertandingan Inggris di ajang besar yang berakhir dengan kegagalan menyakitkan, dalam 30 tahun terakhir:


1. Euro 2000 (Inggris vs Rumania 2-3)

Turnamen di Belanda-Belgia itu menjadi salah satu momen kelam The Three Lions. Tergabung di Grup A bersama Portugal, Rumania, dan Jerman, Inggris tidak berdaya. Di laga pertama, mereka dikalahkan Portugal 2-3 setelah unggul 2-0. Kemudian, pada pertandingan kedua, Inggris bangkit dengan mengalahkan Jerman 1-0.

Dengan hanya membutuhkan 1 poin untuk lolos ke perempat final, Inggris justru dipecundangi Rumania 2-3. The Three Lions kalah lewat gol penalti Ioan Ganea di menit 89! Inggris harus pulang lebih dini setelah menempati peringkat 3 dengan 3 poin. Rumania runner-up dengan 4 poin menampingi Portugal (9 poin).


2. Euro 2016 (Inggris vs Islandia 1-2)

Babak 16 besar Euro 2016 belum lama berlalu. Tapi, suporter Inggris masih merasakan sakitnya kekalahan. Apalagi, hasil minor didapatkan dari tim yang hanya bisa bermain sepakbola selama 3 bulan di musim panas karena wilayah negaranya tertutup salju sepanjang tahun. Negara itu adalah Islandia.

Itu adalah salah satu penampilan terburuk Inggris dalam sejarah Piala Eropa. Pasukan Roy Hodgson itu kalah segala-galanya. Unggul cepat di menit keempat melalui Wayne Rooney, Inggris menderita dua gol tak terduga beberapa menit kemudian. Skor akhir 1-2 dan Inggris harus melihat Islandia mencapai perempat final.


3. Piala Dunia 2010 (Jerman vs Inggris 4-1)

Pengganti Steve McClaren, Fabio Capello, memastikan Inggris tidak melakukan kesalahan yang sama dengan gagal lolos ke turnamen besar berikutnya. Tapi, ketika mereka berada di Afrika Selatan, The Three Lions kembali mempermalukan diri mereka sendiri.

Mereka mulus melewati Aljazair, Amerika Serikat, dan Slovakia di fase grup. Tapi, ketika memasuki babak 16 besar, Inggris loyo. Mereka bertemu Jerman dan harus menyerah 1-4.

Tidak ingin disalahkan, Inggris menjadikan wasit sebagai kambing hitam. Mereka mewacanakan video assistant referee (VAR) agar kekalahan menyakitkan dari Der Panzer tidak diungkit media. Komentar-komentar Inggris mengacu pada gol Frank Lampard yang tidak diakui, meski melewati garis gawang Manuel Neuer.


4. Piala Dunia 2018 (Inggris vs Kroasia 1-2)

Kutukan Piala Dunia 1966 sebenarnya nyaris berakhir ketika Inggris mendapatkan tiket semifinal Piala Dunia 2018. Dengan barisan pesepakbola muda berbakat dan kemampuan Gareth Southgate dalam meramu skuad menjadikan fans The Three Lions dilanda euforia ketika mengetahui "hanya" melawan Kroasia.

Tampaknya, imajinasi itu akan bisa diwujudkan ketika pertandingan berlangsung. Ketika laga baru menginjak menit kelima, Inggris langsung unggul 1-0 melalui Kieran Trippier. Gol lahir melalui tendangan bebas berkelas.

Keyakinan suporter Inggris semakin besar ketika skor 1-0 masih tertulis di giant board pada menit 67. Tapi, semenit kemudian, Ivan Perisic mengubah skor sementara menjadi 1-1. Bayangan kegagalan kembali menghantui The Three Lions setelah pertandingan harus berlanjut ke extra time.

Benar. Kekhawatiran semua pendukung Inggris terbukti di babak perpanjangan waktu. Pada menit 109, Mario Mandzukic mencetak gol untuk Kroasia. Inggris harus meradang setelah menyerah 1-2. Mereka semakin sedih karena di pertandingan play-off perebutan peringkat 3 dikalahkan Belgia 0-2.


5. Euro 2004 (Portugal vs Inggris 2-2, 6-5 ap)

Sekali lagi, Inggris mengklaim memiliki generasi emas yang akan bersinar di Euro 2004. Mereka punya banyak pemain hebat seperti David Beckham, Paul Scholes, Steven Gerrard, Frank Lampard, John Terry, Michael Owen, hingga Wayne Rooney.

Namun, lawan Inggris juga memiliki generasi emas mereka sendiri. Portugal contohnya. Cristiano Ronaldo sedang merintis karier untuk menjadi pengoleksi Ballon d'Or di masa depan. Dibimbing Luis Figo, Manuel Rui Costa, Nuno Gomes, hingga Ricardo Carvalho, Portugal mengalahkan Inggris lewat adu penalti 6-5 (2-2).

laga berlangsung ketat ketika Owen mencetak gol di menit ketiga. Lalu, Helder Postiga menyamakan kedudukan di menit 83. Saat extra time berlangsung 20 menit, Rui Costa membuat Portugal unggul 2-1. Inggris merespons dengan baik lewat Lampard pada menit 115. Tapi, di babak tos-tosan, Beckham dan Darius Vassell gagal. Begitu pula Rui Costa.


6. Piala Dunia 2006 (Portugal vs Inggris 0-0, 3-1 ap)

Hasil Piala Dunia tahun itu seperti deja vu Euro 2004 bagi Inggris. Sama-sama berlangsung 120 menit dan ditentukan adu penalti. Semua penendang Inggris gugup ketika berhadapn dengan kiper Portugal, Ricardo.

Uniknya, bukan kehebatan Ricardo yang dibicarakan seusai laga, melainkan kartu merah Wayne Rooney. Itu menyeret Ronaldo karena dianggap sebagai pihak yang memprovokasi wasit agar rekan setimnya di Manchester United itu dikartu merah. Rekaman kamera yang diputar berulang-ulang di televisi menunjukkan CR7 mengedipkan mata ke bench Portugal saat Rooney diusir wasit.

Perselisihan itu sempat membuat Sir Alex Ferguson pusing. Tapi, semuanya berakhir indah ketika Ronaldo dan Rooney kembali ke Old Trafford untuk membela The Red Devils lagi.


7. Piala Dunia 1998 (Inggris vs Argentina 2-2, 3-4 ap)

Drama babak 16 besar itu terjadi di Saint-Etienne. Semuanya dimulai ketika Owen, yang baru berusia 18 tahun, mencetak salah satu gol Inggris yang paling berkesan di Piala Dunia. Sebuah solorun brilian penyerang Liverpool itu melewati pertahanan Argentina sebelum mengecoh Carlos Roa.

Memasuki menit-menit pertengahan, pertandingan semakin panas. Sebuah provokasi Diego Simeone dimakan mentah-mentah Beckham. Prit! Wasit memberikan kartu merah kepada suami Victoria Adams tersebut. Inggris bermain 10 orang dan akhirnya menyerah 2-4 di babak adu penalti setelah selama 120 menit menciptakan skor imbang 2-2.


8. Piala Dunia 1990 (Inggris vs Jerman Barat 1-1, 3-4 ap)

Media dan suporter Inggris sangat senang memberikan atribut "generasi emas" kepada skuad timnas yang sedang bertanding. Hal tersebut juga diberikan kepada pasukan yang tampil di Piala Dunia 1990.

Dengan pemain-pemain berbakat seperti Gary Lineker, Peter Shilton, Des Walker, Stuart Pearce, Chris Waddle, David Platt, Paul Gascoigne, hingga Peter Beardsley, The Three Lions tampil meyakinkan sejak fase grup hingga perempat final. Mereka menampilkan aksi-aksi bagus dengan sejumlah kemenangan penting.

Namun, semua berubah di semifinal. Bertemu Jerman Barat, Inggris nyaris kalah di waktu normal ketika skor 0-1. Beruntung, Lineker mencetak gol di menit 80 untuk memaksakan perpanjang waktu. Ketika babak tos-tosan berlangsung, Pearce dan Waddle gagal menjebol jala Bodo Illgner. Inggris menyerah 2-4!


9. Euro 1996 (Inggris vs Jerman 1-1 (5-6 ap)

Enam tahun setelah kekalahan menyakitkan dari Jerman di Italia, Inggris menjadi penyelenggara Piala Eropa. Tapi, sebuah penampilan yang suram di Euro 1992 dan kegagalan lolos ke Piala Dunia 1994 membuat banyak penggemar kecewa dengan timnas. Apalagi, ada sejumlah kontroversi yang terjadi sebelum turnamen.

Semuanya berjalan mulus saat fase grup. Skotlandia, Belanda, dan Swiss mereka lewati. Lalu, Spanyol disingkirkan dari perempat final. Fans Inggris sangat senang karena kemenangan dihasilkan lewat adu penalti. Mereka merasa kutukan babak tos-tosan telah hilang.

Namun, kegembiraan itu hanya sesaat. Ketika tahu akan menghadapi Jerman di perempat final, jantung Alan Shearer dkk ketika itu berdetak sangat kencang. Mereka cemas dengan kegagalan yang membayangi.

Kekhawatiran itu akhirnya terbukti saat pertandingan berlangsung. Keunggulan 1-0 Inggris di menit ketiga langsung dibayar lunas Jerman 13 menit kemudian. Skor bertahan selama 90 menit sehingga dilanjutkan ke extra time. Gagal mencetak gol emas, pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti. Inggris akhirnya kalah 5-6 setelah Southgate gagal menjebol jala Andreas Kopke.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network