5 Aksi Protes Menghebohkan dalam Sejarah Piala Dunia

"Salah satunya Prancis di Piala Dunia 2010. Masih ingat?"

Feature | 24 November 2022, 19:40
5 Aksi Protes Menghebohkan dalam Sejarah Piala Dunia

Libero.id - Menyusul protes yang dilakukan para pemain Jerman saat berfoto jelang kick-off Piala Dunia 2022 dengan menutup mulut, Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, memperkuat pesan tersebut dengan mengenakan ban lengan bertuliskan "OneLove" untuk mempromosikan toleransi, keragaman, dan hak LGBTQ+ saat duduk di sebelah Presiden FIFA, Gianni Infantino.

Der Panzer adalah salah satu dari tujuh tim, termasuk Wales dan Inggris, yang berencana mengenakan ban kapten "OneLove" sebagai protes terhadap Undang-undang anti-LGBTQ+ di Qatar.

Namun, FIFA melarang ban kapten itu digunakan dengan memperingatkan setiap negara yang memakainya akan menghadapi sanksi jika nekat menggunakannya.

Menariknya, protes yang dilakukan Jerman ternyata bukan pertama kalinya di Piala Dunia. Sepanjang sejarah turnamen sepakbola bergengsi itu, sudah banyak kejadian ketika pemain atau orang-orang yang terlibat di dalamnya melakukan protes terhadap sejumlah masalah.

Nah, berikut ini 5 protes yang pernah terjadi dalam sejarah Piala Dunia:

1. Uruguay (Piala Dunia 1934)

Tuan rumah Piala Dunia 1930, Uruguay, memboikot kompetisi 1934 yang diadakan di Italia. Negara itu kecewa dengan kurangnya kontestan Eropa yang mengikuti kompetisi pada 1930. Sebagai bentuk protes, Uruguay menolak mengikuti Piala Dunia pada edisi selanjutnya yang digelar di Eropa.

Ini menjadi satu-satunya kasus saat pemenang Piala Dunia tidak tampil di turnamen berikutnya, bukan karena gagal lolos kualifikasi, melainkan faktor non teknis.

2 Konfederasi Sepakbola Afrika (Piala Dunia 1966)

Piala Dunia 1966 diboikot oleh 31 negara Afrika setelah aturan FIFA yang dibuat pada 1964 yang menyebut iga pemenang putaran kedua dari kualifikasi zona Afrika harus memasuki play-off melawan pemenang Asia.

Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) marah karena negara anggota yang telah mendapatkan jatah lolos justru tidak dianggap layak tampil di Piala Dunia 1966. Akibatnya, 31 anggota CAF memutuskan menolak melanjutkan proses kualifikasi. Boikot baru diakhiri pada Piala Dunia 1970 saat CAF mendapat satu tiket otomatis.

3. Demo Menentang Vladimir Putin (Piala Dunia 2018)

Tidak ada tindakan drastis dari negara-negara yang diambil pada 2018 ketika Piala Dunia diadakan di Rusia, yang empat tahun sebelumnya telah mencaplok Semenanjung Crimea dari Ukraina.

Namun, musisi punk feminis, Pussy Riot, menyerbu final antara Prancis dan Kroasia dalam upaya untuk menarik perhatian pada pelanggaran HAM yang dilakukan di negara tuan rumah. Aksi ini dilakukan oleh beberapa orang yang masuk ke lapangan dan membentangkan poster. Itu membuat keempat orang tersebut menerima hukuman penjara singkat.

4. Portugal (Piala Dunia 1986)

Para pemain Portugal marah oleh beberapa masalah minor di Piala Dunia 1986, seperti fasilitas latihan di sebuah tempat bernama Saltillo, yang sangat buruk. Pemain juga tidak mendapatkan bayaran yang layak. Jadi, mereka memutuskan tersingkir lebih dini di fase grup. Sepakbola Portugal kemudian membutuhkan waktu satu dekade untuk pulih dari bencana itu.

5. Pemogokan Pemain Prancis (Piala Dunia 2010)

Prancis adalah runner-up Piala Dunia 2006. Les Bleus datang ke Afrika Selatan dengan skuad yang penuh talenta. Tapi, ketika pertengkaran antara Nicolas Anelka dan Raymond Domenech terjadi, Piala Dunia 2010 berubah menjadi drama bagi Prancis.

Kapten Prancis, Patrice Evra, dicap sebagai "pengkhianat" di jajaran pemain Prancis karena diduga membocorkan cerita yang seharusnya rahasia kepada media. Kemudian, para pemain menolak berlatih menyusul keputusan Asosiasi Sepakbola Prancis (FFF), yang mencoret Nicolas Anelka dari tim.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network