Profil Dan Friedkin, Pemilik Baru AS Roma yang Bisa Terbangkan Jet Tempur US Air Force

"Dia merogoh kocek Rp 10,26 triliun demi memiliki Giallorosi. Mencoba mengubah peruntungan Roma."

Biografi | 07 August 2020, 13:08
Profil Dan Friedkin, Pemilik Baru AS Roma yang Bisa Terbangkan Jet Tempur US Air Force

Libero.id - Kegagalan AS Roma melaju ke perempat final Liga Eropa mengiringi proses pengambilalihan mayoritas saham James Pallotta kepada Dan Friedkin. Kesepakatan itu bernilai 591 juta euro.

Beda dengan Pallotta, Friedkin tidak memiliki darah Italia. Lahir di San Diego, pemilik nama lengkap Thomas Daniel Friedkin tersebut juga kurang menyukai sepakbola. Tinggal di Houston, Friedkin lebih menggemari olahraga dirgantara. Dia merupakan pendiri merangkap ketua Air Force Heritage Flight Foundation. Meski bukan anggota militer, Friedkin ternyata memiliki izin menerbangkan pesawat tempur milik US Air Force.

Sebagai pengusaha sukses, Friedkin merupakan pemilik sekaligus CEO The Friedkin Group. Itu adalah lembaga investasi papan atas di Amerika Utara yang memiliki perusahaan di bidang automotif, marketing, jasa, logistik, produksi film, hingga olahraga.

Libero.id

Dan Friedkin

Dengan kekayaan yang dimiliki, Friedkin melalui Gulf States Toyota Distributors adalah distributor  tunggal segala jenis kendaraan Toyota di Amerika Serikat. Dia juga menguasai sejumlah hotel, apartemen, kondominium, villa, hingga kompleks perumahan mewah dengan bendera Auberge Resorts Collection.

Forbes mencatat, pria yang memiliki gelar sarjana dari Georgetown University dan master dari Rice University tersebut memiliki total kekayaan USD4,1 miliar. Dia berada di urutan 187 orang terkaya di dunia.

Sebagian besar uang yang dimiliki merupakan warisan dari sang ayah, Thomas Hoyt Friedkin. Friedkin senior adalah orang yang berjasa mendirikan Gulf States Toyota Distributors pada 1960-an. Perusahaan itu menguasai 13% pasar automotif di Negeri Paman Sam. Forbes mencatat Gulf States Toyota Distributors memiliki pemasukan hingga USD8,4 miliar.

"Keluarga besar The Friedkin Group sangat gembira menjadi bagian dari keluarga besar klub dan kota yang ikonik ini. Kami akan segera menyelesaikan proses ini agar bisa diterima menjadi anggota baru AS Roma," kata Friedkin di situs resmi Roma.

Dalam pernyataan resminya di situs asroma.com, manajemen Serigala Ibu Kota Italia menjelaskan transaksi dilakukan melalui penjualan 86,6% saham AS Roma SPV selaku pemilik Roma kepada The Friedkin Group. Dengan harga 0,1165 euro per lembar saham, transaksi itu bernilai total 591 juta euro. Transaksi direncanakan diselesaikan pada akhir Agustus 2020.

"Selama sebulan terakhir, Dan dan Ryan Friedkin telah menunjukkan komitmen total untuk menyelesaikan kesepakatan ini dan membawa klub maju dengan cara yang positif. Saya yakin mereka akan menjadi pemilik masa depan yang hebat untuk Roma," ujar Presiden Roma, Jim Pallotta.

Masuknya Friedkin layak disambut dengan tangan terbuka oleh suporter Roma. Pasalnya, sejak menguasai mayoritas saham klub pada 2012, Pallotta justru tidak membawa perubahan yang signifikan. Janji untuk mengucurkan dana besar demi merombak skuad, pembangunan stadion, hingga menghadirkan prestasi gagal direalisasikan.

Dari kacamata manajemen, rezim Pallotta banyak mengeluarkan kebijakan yang kurang populer. Contohnya pada kasus Francesco Totti, yang dipaksa pensiun dini, dan Daniele de Rossi, yang harus dibuang ke Boca Juniors. Padahal, selama bertahun-tahun, mereka adalah pemain-pemain Roma yang paling loyal.

Kacaunya kebijakan manajemen juga tercermin dari gonta-ganti pelatih setiap musim. Saat Pallotta datang, Roma dilatih Luis Enrique. Lalu, diganti Aurelio Andreazzoli dan Zdenek Zeman pada 2012/2013. Sempat mempekerjakan Rudi Garcia pada 2013/2014 dan 2014/2015, Luciano Spalletti dipanggil lagi. Hanya bertahan setengah musim pada 2015/2016, Spalletti justru digantikan Garcia.

Anehnya, pada 2016/2017, Spalletti kembali menjadi pelatih Roma dan bertahan hingga akhir musim. Pada musim selanjutnya, Eusebio di Francesco dipekerjakan. Tapi, pada 2018/2019 digantikan Claudio Ranieri. Anehnya, pada musim yang sama Di Francesco kembali untuk mengisi tempat Ranieri. Sementara untuk musim ini, Paulo Fonseca menjadi arsitek.

Dampak dari masalah internal yang tidak kunjung selesai telah membuat Roma sakit. Dalam kurun waktu 8 tahun terakhir tidak ada piala yang berhasil singgah di Stadio Olimpico. Prestasi terbaik Roma hanyalah dua kali runner-up dan tiga kali menempati posisi 3 di Serie A. Bahkan, dalam dua musim terakhir, klub berseragam merah-oranye itu tidak mampu menembus Liga Champions.

Musim lalu, Roma harus puas berada di posisi 6 klasemen akhir Serie A dengan mengumpulkan 66 poin dari 38 pertarungan. Untuk 2019/2020, pasukan Fonseca berakhir di peringkat 5 dengan 70 poin. Artinya, Roma kembali bertarung di Liga Eropa musim depan.

"Kami adalah klub dengan ekspektasi besar dari suporter. Namun, dengan segela kerendahan hati, kami harus mengatakan, musim ini kami tidak mampu menjawab harapan mereka. Sekarang, kami harus mulai berpikir untuk musim depan. Tim ini masih memiliki harapan di masa depan. Kami tidak boleh terpukul dengan hasil musim ini. Kami harus terus melihat ke depan," ungkap Fonseca.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network