Kisah Aib Brasil 6 Tahun Lalu dan Kunci Kebangkitan Bersama Tite

"Lebih dari 30 ribu televisi dimatikan setiap pemain Jerman menjebol gawang Brasil. Persis enam tahun lalu."

Feature | 08 July 2020, 13:27
Kisah Aib Brasil 6 Tahun Lalu dan Kunci Kebangkitan Bersama Tite

Libero.id - Piala Dunia 2014 seharusnya menjadi salah satu turnamen idaman bagi timnas Brasil lantaran di tahun itu mereka menjadi tuan rumah, namun nahas, hal yang tidak diinginkan justru terjadi.

Tepat hari ini enam tahun lalu tuan rumah Brasil dipermalukan Jerman dengan skor 1-7 di semifinal. Mereka mencapai babak semifinal setelah mengalahkan Kolombia dengan skor 2-1,

Hasil tersebut tentu benar-benar membuat publik tuan rumah malu bukan kepalang, bagaimana tidak, Brasil yang notabene adalah juara dunia 5 kali dikalahkan dengan skor yang sangat telak, di rumah sendiri pula.

Hal tersebut membuat mega bintang Neymar sangat kecewa dimana mantan pemain Barcelona ini langsung mematikan televisi setelah melihat gol ke-7 yang dicetak oelh Jerman kemudian ia melampiaskannya dengan bermain poker.

Neymar yang kala itu sedang menderita cedera sehingga memaksanya hanya bisa menyaksikan pertandingan dari rumah terlihat begitu terpukul, padahal dirinya sudah membayangkan mampu mengangkat trofi Piala Dunia di tanah kelahirannya sendiri.

Tak hanya Neymar, ternyata penduduk Brasil yang menyaksikan pertandingan dari layar kaca pun dibuat kecewa dengan penampilan timnasnya.

Tercatat lebih dari 30.000 televisi dimatikan setiap para pemain timnas Jerman menjebol gawang Brasil yang kala itu dikawal oleh Julio Cesar.

Setelah pertandingan tersebut usai, nyatanya penderitaan Brasil masih belum berhenti dimana tim asal Amerika Latin tersebut dihajar oleh Belanda pada perebutan tempat ketiga.

Sedangkan Jerman justru meraih sukses dengan mengalahkan Argentina di partai puncak dengan skor 1-0 sekaligus menasbihkan diri sebagai juara Piala Dunia 2014.

PERUBAHAN OLEH TITE

Takdir buruk Brasil era Luiz Felipe Scolari itu kini perlahan diperbaiki Tite.

Sejak menukangi tim samba pada pertengahan bulan Juni 2016 yang lalu, peforma tim samba Brasil semakin membaik, secara permainan dan hasil. Tim samba yang sempat keluar dari 5 besar rangking FIFA akhirnya kembali lagi ke posisi lima besar dengan menempati peringkat ke-3 di bawah Prancis dan Belgia dengan raihan 1.712 poin, Februari sebelum pandemi.

Walaupun pada awal kepelatihanya gagal di Piala dunia 2018, tetapi hal tersebut menjadi sebuah evaluasi untuknya ketika mengikuti Copa America 2019 yang diadakan di negeri mereka sendiri. Alhasil, Brasil keluar sebagai jawara Copa America 2019 plus raihan positif lainnya, baik secara permainan tim maupun individu.

Seperti Dani Alves yang keluar sebagai pemain terbaik, Allison sebagai kiper terbaik dan tim samba merupakan tim yang paling fair play dalam ajang bergengsi tersebut.

Lalu apakah yang membuat Tite atau Adenor Leonardo Bacchi tersebut berhasil membuat Selecao kembali dalam “jalur” yang benar?

1.Terbiasa Melakukan Rotasi

Dalam massa kepelatihan Luis Felipe Scolari maupun Dunga, ada kecenderungan dari tim Selecao untuk memberikan bola bahkan hingga penalti dan freekick kepada Neymar. Hal tersebut juga wajar dilakukan bila melihat peforma Neymar kala itu berseragam Barcelona tampil begitu luar biasa bersama trio MSN (Messi, Suarez, Neymar).

Tetapi hal tersebut juga menjadi awal kekalahan yang paling memalukan dalam sejarah pesepakbolaan Brasil ketika harus tunduk 1-7 dari timnas Jerman pada Piala Dunia 2014.

Libero.id

Timnas Brasil tunduk 1-7 atas Timnas Jerman

Begitu pun ketika dalam ajang Copa America 2016, mereka terlalu bertumpu pada Philippe Coutinho dan Willian dalam motor serangan mereka alhasil tim Selecao hanya mampu finish di peringkat ke-3 grup B di bawah Peru dan Ekuador.

Maka belajar dari kesalahan sebelumnya, Tite membuat rotasi pemain yang cukup signifikan nama-nama seperti Gabriel Jesus, Fred, Taison dan Roberto Firmino dipanggil ketika Piala Dunia 2018, walaupun di dalam ajang 4 tahunan tersebut mereka belum bisa berbicara banyak setidaknya aliran bola tim Samba tidak selalu mengarah ke Philippe Coutinho, Willian ataupun Neymar.

Hal tersebut terbukti ketika dalam ajang Copa America 2019, tanpa kehadiran Neymar dan cederanya Willian dalam awal pembukaan turnamen, tim Samba berhasil menjadi jawara grup dengan raihan 7 poin. Dan yang menarik adalah nama-nama baru seperti Richarlison, Lucas Paquetá dan Everton Sousa Soares menjadi bintang baru di sana, ketiganya tampil dengan impresif.

Dalam ajang persahabatan pun, tim Samba juga selalu mengganti dan membawa nama-nama baru. Seperti Allan, David Neres dan Arthur adalah pemain yang dalam beberapa tahun belakangan namanya mulai naik bersama tim Samba. Berbeda dengan Dani Alves, Neymar, Marcelo maupun Fernandinho yang sudah lama menjadi bagian dari tim samba sejak era Luis Felipe Scolari dan Dunga.

Dalam rilis skuat laga uji coba pada bulan November 2019 yang lalu, Tite setidaknya membawa 8 wajah baru di timnas Brasil yakni Daniel Fuzato, Éder Militão, Renan Lodi, Douglas Luiz, Wesley dan 3 pemain lainnya. Berbeda ketika massa Dunga dan Scolari, kedua pelatih itu cenderung memanggil pemain yang sudah punya nama di klubnya masing-masing dan jam terbang bermain yang tinggi seperti David Luiz, Neymar, Marcelo, Julio Cesar, Lucio, Willian dan Hernanes.

Walaupun Tite tidak menutup mata akan kualitas pemain-pemain seperti Neymar dan Marcelo,bahkan membela Neymar atas aksi “bergulingnya” di Piala Dunia 2018 yang lalu. Oleh karena itu, sering kali ia mengombinasikan antara pemain senior dan muda dalam satu tim, pengalaman dan kreativitas menjadi satu elemen dalam tim Samba. Bahkan dalam urusan pemberian ban kapten, ia sering melakukan rotasi. Terhitung sejak bulan Mei 2018, Tite telah memberikan ban kapten kepada 15 pemain yang berbeda dalam 19 pertandingan, dan terakhir adalah Thiago Silva.

2.Tite Memang Dipandang Sebagai Orang Yang Layak Di Timnas Brasil

Dalam 5 tahun terakhir, federasi Brasil yang dirusak oleh skandal korupsi, dengan tiga presiden terakhir semuanya diselidiki. Hal tersebut membuat kecurigaan masyarakat Brasil mengenai kinerja dan faktor turunnya performa tim Samba berasal dari skandal korupsi tersebut.

Datangnya Tite ke dalam timnas Brasil membawa harapan baru untuk rakyat Brasil, apalagi catatan atau track record dari seorang Adenor Leonardo Bacchi tidak pernah tersandung kasus seperti penggelapan pajak maupun korupsi. Banyak rakyat Brasil yang memanggil Tite sebagai "penyelamat tanah air".

Bahkan pada bulan Maret 2017, lembaga survei asal Brasil menunjukan data bahwa 15 persen orang Brasil akan memilih Tite sebagai presiden. Alhasil hasil survei tersebut langsung ditanggapi oleh Tite dengan gaya bicara Titebilidade tradisionalnya,

“Lelucon ini adalah sesuatu yang sangat serius. Saya tidak tahu bagaimana cara bermain politik, itu adalah tanggung jawab yang sangat besar. Saya meminta semua orang untuk tidak bermain dengannya (politik). Saya tidak bercanda, itu tidak cocok, dan itu adalah hal yang sangat serius dan dengan terlalu banyak tanggung jawab,” ujar Tite kepada ESPN Brasil.

Perlu diketahui juga, Tite adalah telah banyak menghabiskan 26 tahun karir kepelatihanya di persepakbolaan Brasil. Jadi pria kelahiran Caxias do Sul itu benar-benar sudah paham soal kultur masyarakat Brasil begitu pun dengan rakyat Brasil sudah mengenal dirinya.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network