Termasuk Martin Skrtel, AS Trencin Punya Tradisi Jual Pemain ke Liga Top Eropa

"Semoga tradisinya dilanjutkan Witan Sulaeman.."

Analisis | 12 August 2022, 02:01
Termasuk Martin Skrtel, AS Trencin Punya Tradisi Jual Pemain ke Liga Top Eropa

Libero.id - Selain mendapatkan jam terbang dan pengalaman, banyak pemain menjadikan liga-liga kelas dua di Eropa sebagai batu pijakan ke kompetisi yang lebih bergengsi. Contohnya, klub baru Witan Sulaemen di Liga Slovakia, AS Trencin, yang punya tradisi menjual pemain ke liga-liga lebih bergengsi di Eropa.

AS Trencin didirikan pada 1990 sebagai TJ Ozeta Dukla Trencin dan memulai di Divisi III Liga Cekoslovakia. Setelah itu, TTS Trencin meleburkan diri. Klub menghabiskan tiga musim (1994-1997) di Divisi II Liga Slovakia. Dan, sejak 1997, Trencin bermain di Divisi I.

Kemudian, pada 2002 klub berubah nama lagi menjadi FK Laugaricio Trencin, dan satu tahun kemudian menjadi FK Araver a Synot Trencin (FK AS Trencin).

Keberhasilan terbesar klub sejauh ini adalah memenangkan gelar nasional pada 2014/2015, dan mencapai tempat kedua di musim 2013/2014. FK AS Trencin juga telah membuat empat penampilan di Piala Intertoto (1998, 1999, 2000, 2002), sebelum terdegradasi pada 2007/2008 atau setelah 11 musim di level.

Pada Juli 2015, FK AS Trencin bersama dengan tim bola tangan wanita HK tart Trencin digabung menjadi Asociacia Sportov Trencin (AS Trencin). Klub ini sekarang dimiliki mantan pemain Ajax Amsterdam dan tim nasional Belanda, Tschen La Ling.

Sebagai klub yang sudah berusia lebih 30 tahun, AS Trencin telah menghasilkan banyak pemain nasional Slovakia. Selama periode terakhir, mereka juga berhasil melakukan transfer ke berbagai klub di sejumlah liga yang lebih bergengsi di Eropa.

AS Trencin menjual pemain ke Liga Premier Rusia. Contohnya, Martin Skrtel ke Zenit St Petersburg pada 2004 dan Frantisek Kubik ke Kuban Krasnodar (2011). Kemudian, ke Liga Pro Belgia seperti Osman Bukari ke Gent (2020), Wesley ke Club Brugge (2016), Kingsley Madu dan Aliko Bala ke Zulte Waregem (2016, 2017), atau James Lawrence ke Anderlecht (2018).

Ada juga ke Denmark Superliga, seperti Stanislav Lobotka dan Ramon ke FC Nordsjaelland pada 2015 atau Fanendo Adi ke FC Copenhagen (2013). Kemudian, ke Eredivisie seperti Ryan Koolwijk ke SBV Excelsior (2016), Hilary Gong ke Vitesse Arnhem (2018).

Tak ketinggalan, AS Trencin juga mengekspor pemain ke Liga Super Yunani (Jairo ke PAOK pada 2015) dan Norwegia Tippeligaen (Tomas Malec ke Lillestrom SK pada 2016).

Sedangkan untuk rekor transfer, pemain saya Brasil yang pada 2016 baru berusia 20 tahun, Wesley, pergi ke Club Brugge dengan biaya 4,2 juta euro (Rp63 miliar). Di tahun yang sama, Matus Bero pergi ke Trabzonspor dengan 3,5 juta euro (Rp53 miliar) dan pada 2018, Hilary Gong hijrah Vitesse Arnhem dengan 2 juta euro (Rp30 miliar).

Lalu, berapa harga jual Martin Skrtel? Saat meninggalkan AS Trencin pada 2004, Zenit St Petersburg hanya membayar 500 ribu euro (7,6 ,miliar). Tapi, saat Liverpool membela Martin Skrtel dari Zenit St Peterseburg pada 2008, harganya 6,5 juta pounds (Rp117 miliar).

Sebagai klub yang membina Martin Skrtel, AS Trencin mendapatkan bagian dari transfer ke Liverpool. Begitu pula saat Liverpool menjual bek tangguh itu ke Fenerbahce pada 2016 dengan 5 juta euro (Rp90 miliar).

Dengan tradisi transfer yang membanggakan itulah Witan Sulaeman layak optimistis. Jika mampu disiplin, tampil bagus, dan menyatu dengan tim, pemuda asal Palu itu bisa menjadikan AS Trencin batu pijakan ke liga yang lebih besar layaknya Martin Skrtel.

"Terima kasih dan selalu dukung saya. Di mana pun kondisinya saya selalu berjuang untuk karier saya dan tentunya untuk sepakbola Indonesia untuk lebih baik lagi ke depan. Terima kasih," kata Witan Sulaeman di akun Instagram resmi AS Trencin.
 

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network