Bikin Kontroversi, Klub Liga Premier Ingin Tradisi Berlutut Dihentikan Musim Depan

"Ini dia yang tak mau berlutut."

Analisis | 03 August 2022, 03:44
Bikin Kontroversi, Klub Liga Premier Ingin Tradisi Berlutut Dihentikan Musim Depan

Libero.id - Berlutut sebelum memulai pertandingan di Liga Premier seperti sudah menjadi ritual dalam beberapa musim terakhir. Hal itu bertujuan sebagai kampanye anti-rasialisme.

Namun, setelah memunculkan kontroversi dari para pemain, ritual ini mulai dipertimbangkan kembali dan kemungkinan besar akan dihentikan musim depan.

Sebagaimana dilansir Daily Mail, semua kapten dari 20 klub di Liga Premier sudah mengadakan pertemuan untuk membahas masalah ini sejak pekan lalu. Mayoritas dari mereka sudah sepakat kalau tradisi berlutut sebelum memulai pertandingan dihentikan musim 2022/2023.

Namun, beberapa kapten klub yang hadir dalam pertemuan itu tidak sepakat kalau tradisi berlutut dihentikan. Hal itu bisa saja memungkinkan gerakan ini dilakukan kembali sebelum kick-off.

Sementara itu, Liga Premier belum mengambil sikap jelas dengan adanya permintaan dari mayoritas kapten klub. Pihak Liga masih menelaah lebih dulu esensi dari kampanye berlutut yang menjadi respons atas gerakan Black Lives Matter.

Akan tetapi, semua kapten tim berharap keputusan dari Liga Premier bisa dipastikan sebelum pertandingan pembuka antara Crystal Palace vs Arsenal pada 5 Agustus 2022.

Sejak kampanye 2020/2021, setiap tim Liga Premier memang telah memulai tradisi berlutut sebagai bentuk dukungannya di balik gerakan Black Lives Matter dengan melakukan demonstrasi pra-pertandingan yang melibatkan para pemain yang berlutut.

Namun, gerakan yang bertujuan sebagai kampanye anti-rasialisme kini dinilai sudah kehilangan pengaruhnya.

Gerakan berlutut ini terinspirasi sejak pertama kali diperkenalkan oleh mantan quarterback NFL Colin Kaepernick pada 2016. Bintang-bintang besar lainnya, seperti Lewis Hamilton segera mengikuti setelah kematian George Floyd di Amerika Serikat pada 2020.

Sehingga diadakan gerakan anti-rasisme dengan semua pemain berlutut sebelum kick-off. Aksi itu membuat Liga Premier menerima pujian luas dari komunitas olahraga ketika pertama kali dimulai.

Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak pemain yang menentangnya, termasuk pemain seperti Wilfried Zaha dan Ivan Toney. Mayoritas kapten Liga Premier kini telah setuju bahwa tradisi berlutut dihentikan di Liga Premier dan dan menyarankan hanya dilakukan dalam pertandingan tertentu saja.

Klub yang baru dipromosikan ke Liga premier, Bournemouth, juga dilaporkan tidak akan berutut sama sekali dengan para pemain memutuskan bahwa langkah tersebut telah 'berjalan dengan sendirinya'.

Perlu dicatat, Wilfried Zaha adalah salah satu pemain Liga Premier pertama yang menentang gerakan itu. Bintang Crystal Palace itu menilai gerakan berlutut sudah kehilangan pengaruhnya. Itu bukan tanda sebagai sebuah kesetaraan.

“Saya merasa seperti berlutut itu merendahkan,” kata bintang Crystal Palace itu pada konferensi FT Business of Football.

“Tumbuh dewasa, orang tua saya hanya memberi tahu bahwa saya harus bangga menjadi orang kulit hitam, apa pun yang terjadi, dan saya hanya berpikir kita harus berdiri tegak.”

“Saya pikir makna di balik semuanya menjadi sesuatu yang baru saja kita lakukan sekarang. Itu tidak cukup. Saya tidak akan bertekuk lutut,” pungkas Zaha. 

Dia menambahkan: “Kami mencoba untuk mengatakan bahwa kami setara, tetapi hal-hal ini tidak berhasil.”

“Kecuali ada perubahan, jangan tanya saya tentang itu. Kecuali tindakan akan terjadi, saya tidak ingin mendengarnya,” tambahnya.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network