Kisah Maryna Striletska, Asisten Wasit Wanita Ukraina Ofisial Euro Wanita 2022

"Sepakbola menyelamatkan hidupnya dari kengerian perang. Ini kisahnya.."

Analisis | 20 June 2022, 19:48
Kisah Maryna Striletska, Asisten Wasit Wanita Ukraina Ofisial Euro Wanita 2022

Libero.id - Kehidupan Maryna Striletska terbalik pada suatu pagi di akhir Februari ketika bangun tidut. Dia menemukan anjing-anjingnya menggonggong dan suaminya menangis di depan televisi. Itu adalah hari ketika Vladimir Putin memerintahkan tentara Rusia menyeberang perbatasan, menyerang Ukraina.

"Saya tidak akan pernah melupakan momen itu. Dia menonton berita dengan air mata berlinang dan menyebut perang telah dimulai," kata Striletska kepada BBC Sport.

Striletska adalah salah satu asisten wasit top di Ukraina dan Eropa. Dia telah membuat sejarah hanya empat bulan sebelum perang sebagai bagian dari ofisial pertandingan wanita pertama UEFA yang memimpin pertandingan tim nasional sepakbola pria.

Namun, pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara Inggris asuhan Gareth Southgate melawan Andorra di Estadi Nacional Andorra dela Vale itu terasa seperti dunia yang jauh ketika kendaraan tentara melewati desanya. Itu hanya 20-an km dari perbatasan Ukraina-Rusia.

"Pada hari pertama, selama 24 jam, truk dan mobil militer lewat. Tentara Rusia ramah, menanyakan kami jalan ke Kyiv. Mereka mengira kami membutuhkan bantuan, membawa bunga dan roti. Tapi, setelah seminggu, mereka menyadari kami tidak menginginkan bantuan," kata Striletska.

"Setelah itu, mereka mulai marah. Kemudian, mereka menembaki mobil-mobil warga sipil. Pada saat itulah saya pikir mungkin saya harus segera pergi," lanjut Striletska.

Akhirnya, Striletska mengemasi barang-barangnya ke dalam satu tas dan berangkat dengan langkah yang sulit ke tempat yang aman di Swiss. Sejak itu, wanita tangguh berusia 38 tahun itu mengangkat benderanya lagi sebagai asisten wasit di Divisi III Swiss. Dan, bulan depan, dia akan tiba di Inggris untuk memimpin Euro Wanita 2022.

Siapa Striletska? Dia dibesarkan di Luhansk. Itu daerah di timur yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina dan menjadi Republik Rakyat Luhansk (LNR), yang di kemudian hari menjadi alasan invasi Rusia.

Striletska awalnya lebih tertarik pada atletik daripada sepakbola. Itu terjadi saat remaja. Tapi, dia menggabungkan keduanya di universitas dan bermain selama enam tahun setelah lulus. "Saya berlari seperti kuda gila karena saya juga berlatih atletik. Saya tidak begitu baik dengan bola, tapi saya suka berlari!" ujar Striletska.

Mantan gelandang tersebut dibujuk untuk menggunakan kemampuan atletisnya  pada 2006 ketika Asosiasi Sepakbola Ukraina (UAF) berusaha merekrut wasit wanita di masing-masing dari 24 provinsinya (oblast).

"Pada waktu itu, kami memiliki 10 orang di Ukraina yang sudah menjadi wasit (wanita). Jadi, asosiasi kami (UAF) memutuskan untuk mencari satu (wasit) wanita lagi di setiap wilayah. Mereka bertanya kepada saya dan pada saat itu saya tidak terlalu senang, tapi saya mencoba," ungkap Striletska.

Keputusan berat yang pada akhirnya berhasil di masa depan. Faktanya, hari ini Striletska adalah salah satu dari wasit wanita papan Ukraina. Dirinya juga termasuk ofisial wanita pertama yang menjadi wasit di Liga Premier Ukraina pria, ketika membantu Kateryna Monzul memimpin pertandingan.

Striletska juga telah membantu Monzul di Piala Dunia Wanita, Olimpiade, Euro, Liga Champions, Liga Europa, UEFA Nations League, hingga kualifikasi Euro U-21. Semuanya di sektor pria.

"Ini tim kami, Kateryna, saya dan Oleksandra (Ardasheva) atau Svitlana (Grushko). Ini adalah tim kecil, keluarga kecil. Ini benar-benar seperti saudara perempuan. Tapi, sekarang, sejak perang dimulai, saya melihat dunia wasit seperti keluarga besar dan saya merasa saya bagian dari itu. Orang-orang ingin membantu," ungkap Striletska.

Striletska juga menceritakan kengerian perang yang terjadi di negara asalnya. Dia menyebut pesawat terbang rendah untuk menjatuhkan bom. Jadi, dia memutuskan harus pergi demi masa depan putrinya.

Meski mengungsi, Striletska juga harus melalui perjalanan panjang yang tidak mudah dan penuh bahaya. Striletska bersama putrinya, istri seorang teman dan dua anak mereka, mengendarai mobil dan berangkat ke Polandia. Dia duduk di belakang kemudi selama berjam-jam pada malam hari untuk menghindari salah sasaran tembakan.

Dalam perjalanan itu, hanya Striletska dan kaum hawa yang diizinkan pergi. Kaum pria harus tetap tinggal di Ukraina untuk membantu militer mengusir penjajah Rusia.

"Sulit karena semua rambu-rambu jalan telah diturunkan. Kami harus bersembunyi di sebuah desa dalam perjalanan sambil menunggu tank lewat. Suatu kali kami pergi ke gereja dan tidur di lantai, saya mengemudi selama 18 jam dan hanya ingin tidur. Pukul 6 pagi kami akan mulai lagi," kata Striletska.

"Saya butuh empat hari. Setelah sampai di perbatasan, kami mengantri selama 17 jam, tapi setelah itu mudah. Saya merasa kami aman," ujar Striletska.

Striletska hanya bisa berharap suaminya aman, karena dia harus tetap tinggal. "Dia akan mempertahankan rumah kami karena bagi kami ini adalah kedua kalinya. Kami dulu tinggal di Donbas, dan pada 2014 kami kehilangan segalanya. Saya tidak pernah melihat orang tua saya lagi sebelum mereka meninggal," ungkap Striletska.

Menjadi pengungsi di Swiss, Striletska awalnya berjuang memikirkan apa pun selain suami dan perang. Dan, sepakbola telah memberinya jalan keluar. "Selama tiga minggu saya menangis setiap hari. Saya lupa saya berada di dunia sepakbola karena saya berpikir tentang perang. Itu sebabnya saya harus mulai menjadi wasit," beber Striletska.

Striletska mengatakan UAF menawarkan bantuan dengan menghubungi Asosiasi Sepakbola Swiss (SFA). Hasilnya, mereka mengizinkan Striletska memimpin pertandingan lagi di level bawah di kompetisi regional atau setara Divisi III.

"Saya sangat bersyukur untuk ini karena SFA telah memberi saya banyak permainan. Ini membantu, karena setidaknya, selama dua jam saya bisa melupakan perang dan hanya melihat pemain bertahan, penyerang, offside!" kata Striletska.

Dengan putrinya yang menetap di sekolah, Striletska telah menghabiskan hari-harinya mengikuti program kebugaran FIFA dan belajar Bahasa Jerman. "Swiss melakukan banyak hal untuk orang Ukraina. Semua. Museum, kereta api, bus gratis untuk kami. Saya sangat berterima kasih kepada negara ini. Mereka menyelenggarakan kursus bahasa gratis untuk kami," ungkap Striletska.

Terlepas dari rasa terima kasihnya kepada Swiss, Striletska sangat ingin cepat kembali ke tanah airnya. Dia ingin perang segera berakhir dan semuanya kembali normal.

"Sekarang, wilayah kami mulai normal. Rusia telah pergi ke Donbas dan fokus di timur. Kadang-kadang, suami saya mengatakan mendengar ledakan, tapi tidak seperti sebelumnya. Bahkan, gedung olahraga kami mulai aktif, dan saya melakukan sesi pelatihan dengan anak-anak secara online," kata Striletska.

Yang membuat Striletska bersemangat lainnya adalah Euro Wanita 2022. Dia akan bekerja kembali dengan Monzul, sahabatnya. Sama seperti Striletska, Monzul juga mengungsi. Dia ada di Italia dan menjadi wasit Serie A Wanita.

"Saya sangat senang mendapatkan berita tentang Euro Wanita 2022. Ini perasaan yang luar biasa. Saya bisa melupakan perang, dan saya menantikan kita bekerja sama lagi," ujar Striletska.

Monzul dan Striletska terakhir kali berkolaborasi pada pertandingan Liga Champions Wanita yang mempertemukan Arsenal dengan tim Denmark, HB Koge, di Borehamwood, London. Kemudian kualifikasi Piala Dunia Wanita antara Inggris melawan Austria di Stadium of Light, Sunderland.

"Setelah ini, saya menyadari, anda tidak membutuhkan banyak hal dalam hidup. Uang tidak penting. Yang terpenting, hubungan antarmanusia," ucap Striletska.

"Orang-orang membantu saya, berbicara kepada saya, membawakan buah untuk putri saya. Hal-hal kecil, tapi bermanfaat. Dan, ini adalah hal-hal yang penting dalam hidup kami. Kami selalu berusaha mencapai yang lebih tinggi, bekerja lebih keras, membeli sesuatu. Tapi, sungguh, anda hanya perlu menikmati saat ini," pungkas Striletska.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network