4 Pelatih yang Bisa Finish di Klasemen Lebih Baik dari Pep Guardiola

"Nomor 3 menjadi satu-satunya yang gagal mengangkat trofi."

Analisis | 01 June 2022, 05:43
4 Pelatih yang Bisa Finish di Klasemen Lebih Baik dari Pep Guardiola

Libero.id - Sepanjang kariernya sebagai pelatih Barcelona, Bayern Muenchen, dan Manchester City, Pep Guardiola telah memenangkan 10 gelar liga dalam 13 musim.

Bersamaan dengan 10 musim menjadi pemuncak klasemen itu, tim asuhan Guardiola hanya dua kali finish sebagai runner-up dan finish sekali di posisi ketiga klasemen liga.

Statistik hebat itu membuat Guardiola menjadi sosok pelatih yang sama sekali tidak diragukan dalam sepakbola. Namun, masih ada empat pelatih yang bisa finish di Klasemen lebih baik dari pelatih asal Catalunya itu.

Pada catatan itu, mari kita lihat 4 pelatih yang bisa finish di klasemen lebih baik dari Guardiola.

1. Jose Mourinho – Real Madrid (2011/2012)

Guardiola memimpin klub masa kecilnya, Barcelona, untuk meraih gelar liga dalam tiga tahun pertamanya sebagai pelatih senior dari 2008 hingga 2011; masih satu-satunya tim sejak Tim Impian Johan Cruyff di awal 90-an untuk memuncaki La Liga selama tiga tahun berturut-turut.

Setelah mengantarkan treble di Inter dengan kemenangan terkenal atas Barcelona asuhan Pep Guardiola di semifinal Liga Champions, Mourinho tiba di Real Madrid pada 2010. Dia mendapat tugas menjatuhkan dominasi tim Catalunya di sepakbola Spanyol.

Mourinho membawa Madrid meraih kemenangan El Clasico pertama mereka di era Guardiola pada final Copa del Rey 2011, tetapi Los Blancos kalah dari rival abadi mereka di liga dan Liga Champions. Namun, kemenangan final piala memberi Madrid asuhan Mourinho sebuah platform untuk dibangun. Di tahun keduanya bertugas, mereka memenangkan gelar dengan rekor 100 poin, berhasil mencetak total 121 gol.

Sementara Barcelona tertinggal 9 poin di belakang rivalnya, meskipun Lionel Messi mencatat karier terbaiknya dengan mencetak 50 gol liga. Sementara pelatihnya, Guardiola, yang terlihat kelelahan mengumumkan kepergiannya sebelum akhir musim. Dia mengambil cuti panjang yang sangat dibutuhkan di New York. Rivalitas sengit dengan Mourinho jelas berdampak pada pelatih asal Catalunya itu.

2. Antonio Conte – Chelsea (2016/2017)

Guardiola tiba di Manchester City pada musim panas 2016, setelah mengantarkan gelar Bundesliga selama tiga musimnya di Bayern Muenchen.

Man City memenangkan enam pertandingan Liga Premier pertama mereka di musim 2016/2017, tetapi mereka mulai goyah memasuki musim gugur. Itu seperti debut mengecewakan untuk Guardiola – satu-satunya musim tanpa trofi dalam karier manajerialnya.

Itu adalah cerita yang sama sekali berbeda untuk Chelsea, yang membawa pelatih baru musim panas itu, Antonio Conte. Kekalahan berturut-turut dari Liverpool dan Arsenal di awal musim mendorong pelatih asal Italia itu untuk mengubah formasi The Blues ke tiga bek, dan dari sana mereka tidak pernah melihat ke belakang, mematahkan tuntutan gelar mereka dengan rekor 13 kemenangan berturut-turut yang luar biasa dari Oktober hingga Desember.

The Blues asuhan Conte memenangkan gelar dengan mengumpulkan 91 poin yang mengesankan, 15 poin di depan Man City asuhan Guardiola.

3. Mauricio Pochettino – Tottenham (2016/2017)

Chelsea bukan satu-satunya tim yang finish di depan Man City di musim pertama Guardiola sebagai pelatih pada 2016/2017. Ini adalah musim satu-satunya saat Guardiola finish di luar dua besar di liga mana pun.

Tottenham asuhan Mauricio Pochettino yang finish sebagai runner-up, satu-satunya tim yang memberi Chelsea tantangan gelar. Ini adalah tahun mereka bisa dibilang memuncak, dengan rekor penempatan liga dan penghitungan poin di era Liga Premier.

Empat pemain depan yang tak tertahankan dari Harry Kane, Dele Alli, Son Heung-min dan Christian Eriksen mencatatkan total 69 gol dan 35 assist tahun itu.

Spurs mengakhiri awal kemenangan 100% Man City dengan kemenangan 2-0 yang mengesankan dan sangat layak didapatkan pada awal Oktober dan bangkit dari ketinggalan dua gol untuk bermain imbang 2-2 dalam pertandingan kedua di Etihad. Man City finis ketiga, tertinggal 8 poin dari tim asuhan Mauricio Pochettino.

4. Juergen Klopp – Liverpool (2019/2020)

Mengungguli Guardiola adalah waktu yang lama bagi Juergen Klopp. Pelatih asal Jerman itu masih melatih Borussia Dortmund ketika Guardiola tiba di Bayern Muenchen untuk meninggalkan klub papan atas Jerman lainnya.

Dia kemudian tiba di Inggris 8 bulan sebelum kedatangan Guardiola, dan Klopp membawa Liverpool bertengger di posisi keempat pada musim penuh pertamanya. Posisi itu terpaut satu tempat dan dua poin di belakang Man City.

The Reds asuhan Klopp berhasil mengumpulkan  97 poin pada 2018/2019, sesuatu yang membuat mereka akan mengangkat gelar di musim lain mana pun, tetapi mereka tertinggal satu poin di belakang pasukan Guardiola.

Namun, Liverpool mengklaim gelar dengan tegas pada tahun berikutnya. Mereka secara tak terduga hanya kehilangan dua poin dari 27 pertandingan pertama dan dari sana gelar itu menjadi formalitas. Mereka akhirnya finis di puncak klasemen dengan total 99 poin.

Sementara City asuhan Pep Guardiola menjadi runner-up setelah tertinggal 18 poin, meskipun mereka mendapat sedikit kebanggaan dengan kemenangan 4-0 pasca-lockdown atas juara yang sudah dinobatkan di Etihad.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network